Demo Petambak Lamongan, Momentum Menaikkan Popularitas


Oleh : W. Masykar

Tahun politik, setiap momentum terbaik tidak akan di sia siakan oleh para politisi. Jika suasana itu dinilai menguntungkan kenapa tidak?

Adalah kegiatan Demo para petani tambak di delapan wilayah kecamatan yang digelar di halaman gedung DPRD dan kemudian berlanjut di kantor bupati Lamongan, Kamis (06/02) kemarin.

Meski bupati Fadeli langsung turun menemui para pendemo bahkan berdialog dengan para perwakilannya untuk - , tidak hanya mendukung para petani tambak, tetapi juga meyakinkan mereka bahwa apa yang dikeluhkan oleh saudara saudara petambak di Lamongan, sudah diperjuangkan oleh pemkab Lamongan melalui pihak/dinas terkait, baik langsung mendatangi kementerian terkait maupun berkirim surat agar alokasi pupuk bersubsidi dikembalikan seperti pada 2019 atau tidak ada pengurangan pada 2020 ini.

Menariknya, sebelum ada kegiatan demo petani tambak, nyaris tidak ada seorang tokoh pun (politisi, red) di Lamongan yang dengan "gagahnya" berkomentar soal teriakan petambak akan kelangkaan pupuk.

Namun begitu melihat massa membludak dengan tuntutan agar soal subsidi pupuk tidak dipersulit, sejumlah pihak yang sebelumnya diam, berdiri dengan suara lantang akan berusaha memperjuangkan para petani yang lagi mengalami kesulitan pupuk akibat ada pengurangan alokasi jatah.

Ada pihak yang berusaha meyakinkan para petani bahwa pihaknya sudah berkomunikasi intens dengan kementerian terkait, yakni Kementan dan kementerian KKP. Ada salah satu bakal Calon bupati Lamongan, yang berkomentar disejumlah media bahwa pihaknya sudah melakukan komunikasi dengan kementerian, bahkan dalam screen shot komunikasi tersebut ditayangkan di media tertentu.

Dari aspek momentum, memang tidak ada salahnya jika politisi ikut "nimbrung" di kegiatan demo alih alih mendongkrak elektabilitas meski soal mendapat respon dari kementerian itu, soal berikutnya.
Akan tetapi, dari apsek kenaikan elektabilitas, menurut pengamatan saya tidak terlalu signifikan, bahkan malah akan sia sia.


Kenapa? Pertama, statemen salah satu bacabup soal subsidi pupuk tersebut, pasca demo menjadi ramai di jagad medsos bahwa statemen itu, tak lebih hanya ingin menangguk keuntungan politis dengan menaikan rating elektabilitas sehingga seakan akan pernyataan dan komunikasi dari salah seorang bacabup dengan kementerian tersebut,  adalah benar bahwa, dia  sudah membela petani tambak.

Padahal, faktanya pemkab/bupati dan OPD sudah lebih dulu melangkah baik berkirim surat maupun mendatangi langsung ke kantor kementerian.

Kedua, Kalau pun pada akhirnya nanti tuntutan petani tambak tersebut dikabulkan oleh pemerintah pusat, tidak akan membawah implikasi positif untuk mendongkrak elektabilitasnya. Karena, para petambak sudah semakin cerdas. Bahwa keberhasilan ini, adalah keberhasilan bersama antara para petani tambak dengan pemkab Lamongan.

Ketiga, Jika tuntutan tersebut tidak dikabulkan atau diundur tahun depan misalnya, maka kepercayaan publik akan menurun, bukan hanya pada pemkab dan DPRD setempat, tapi pada bacabup yang turut "mengail popularitas" juga akan anjlok.

Oleh karena itu, langkah ikut menumpang di demo Patani tambak kemarin, akan menjadi blunder elektabilitas. Sebab, jika tidak terbukti maka konstituen akan mengasumsikan bahwa statemen itu hanya NATO semata, No Action Talk Only.

Pertanyaannya, kemudian adalah bagaimana statemen salah satu bacabup tersebut mampu mendapatkan "tumpeng" politik dengan kenaikan berkah elektabilitas dan popularitas yang semakin baik. Jawabannya, ada pada bacabup bersangkutan dan Timnya, karena masih ada ruang untuk menggapai itu.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama