Pilkada Tersulit PDI-P

Machfud Arifin (Cawali Kota Surabaya)

Oleh: Sukoto

Azrul Ananda bakal mendampingi Machfud Arifin sebagai cawawali di Pilkada Surabaya? Itulah kabar paling anyar yang dilansir sejumlah kawan.

Awalnya, usulan itu disampaikan oleh NasDem, sebagai partai pengusung Machfud Arifin. Namun, usulan itu bergulir bak snow ball yang makin membesar dukungannya. Meski belum ada kepastian,  karena belum ada rekomendasi dari partai-partai pengusung, dan ditetapkan oleh KPU Surabaya, namun menarik untuk didiskusikan bagaimana peluang Machfud Arifin (MA) - Azrul Ananda (AA) menangi Pilkada Surabaya.

Bila pasangan MA - AA diusung oleh 8 partai, maka dipastikan pilkada hanya akan diikuti oleh dua kontestan, yakni jago PDI Perjuangan (PDI-P) vs non PDI-P. Memang ada satu partai lagi yang belum menyatakan sikap, yakni PSI. Partai ini memiliki 4 kursi  di DPRD Surabaya. Jumlah kursi yang tidak sedikit, tapi tidak bisa mengusung jago sendiri di Pilkada nanti. Sebab, jumlah kursi pengusung pasangan calon di Pilkada minimal 10 kursi (20% dari jumlah kursi di DPRD Surabaya).

Partai ke-8 yang mengusung MA adalah Partai Keadilan Sosial (PKS). Tujuh partai yang sebelumnya sudah mengusung MA adalah PKB, PAN, Gerindra, Demokrat, PPP, NasDem dan Golkar. Delapan partai tersebut memiliki 31 kursi di DPRD Surabaya. Jumlah kursi yang berlebihan untuk mengusung satu pasangan calon.
Itulah politik.

Partai-partai tersebut tidak bernyali untuk berkoalisi sendiri mengusung pasangan calon. Jadi ya keroyokan untuk mengalahkan jago PDI-P.

Bagi PDI-P, inilah pilkada paling sulit di Indonesia. Seluruh daerah di Jatim yang menggelar Pilkada sudah menerima rekomendasi dari Megawati. Tapi, untuk Surabaya ternyata belum ada rekomendasi dari Megawati untuk menunjuk siapa yang akan berkontestasi menuju orang nomer satu di Surabaya.

Mengapa untuk Surabaya belum ada rekomendasi dari Megawati ? Ini tak lepas adanya faksi-faksi di tubuh PDI-P Surabaya. Setidaknya ada tiga faksi yang saling mengklaim berhak mengirim calonnya mendapat rekomendasi dari Megawati. Yaitu, faksinya Tri Rismaharini, walikota; faksinya Wishnu Sakti Buana, wakil walikota. Dan faksinya Bambang DH, mantan walikota.

Faksinya Tri Rismaharini punya jago yakni Ery Cahyadi. Faksi Wishnu Sakti dan faksi Bambang DH menolak alias tidak setuju siapa pun yang diusung oleh Tri Rismaharini.

Faksi Wishnu Sakti pasti menunjuk dirinya sebagai  orang yang layak mendapat rekomendasi dari Megawati. Lantas, faksinya Bambang DH juga tidak akan mendukung siapa pun calon yang diusulkan oleh Tri Rismaharini.

Sempat ada kabar bahwa rekomendasi Megawati  diberikan kepada Wishnu Sakti. Tapi kabar itu dibantah sejumlah pihak.
Dengan melihat peta internal PDI-P Surabaya, akankah jago yang diusung bakal mampu menandingi MA-AA di Pilkada nanti?

Akhirnya kita harus bicara tokoh. Meski MA arek asli Surabaya, namun ketokohannya tidak mampu menandingi Tri Rismaharini. Meski AA adalah pemilik Persebaya,  ketokohannya belum mampu menandingi Tri Rismaharini. Hingga ini belum ada tokoh yang mampu mengungguli Tri Rismaharini. So.. yang bisa menandingi MA-AA hanya seorang Tri Rismaharini. Karena itu kalau PDI-P mau meneruskan sebagai partai penguasa balaikota maka Tri Rismaharini harus maju lagi.

Posisinya sebagai walikota harus turun derajat menjadi calon wakil walikota. Bila terjadi maka  kondisi ini persis 10 tahun lalu ketika Bambang DH, yang dua periode menjadi walikota, turun kasta menjadi wakil walikota untuk Tri Rismaharini.
Posisi Tri Rismaharini akan menghapus persaingan antarfaksi di PDI-P Surabaya dalam memenangkan pilkada pada 9 Desember nanti.

Lalu siapa yang akan diusung PDI-P berkontestasi sebagai cawalinya? Yang pasti bukan Wishnu Sakti atau Bambang DH. (Sudono Sueb/Mas)

(Sukoto, direktur Koran Pojok Kiri dan Ketua Serikat Perusahaan Pers Jawa Timur).

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama