Donasi Suzuki Untuk Korban Gempa Palu Diduga Dikorupsi Oknum Kwarda Gerakan Pramuka Sulteng

PALU (wartamerdeka.info) - Anggota DPRD Sulteng, Drs Zainal Daud  menyatakan, jika itu benar terjadi di tubuh lembaga Pramuka Sulteng,  pihaknya  sangat  menyayangkan. Karena sikap seperti ini tidak sesuai jiwa kepemimpinan yang diajarkan dalam kepramukaan.

"Pramuka itu kan ditanamkan kejujuran, tapi kalau kemudian ada pengurus Pramuka merampok hak rakyat, maka saya selaku mantan kader Pramuka sangat menyayangkan," ujarnya, saat dikonfirmasi terkait penberitaan tentang Sekretaris Kwartir Daerah (Kwarda) Gerakan Pramuka Sulteng, Dr.Muzakir Tawil alias Mute yang diduga korupsi  dana Donasi (sumbangan) untuk korban Gempa Palu, September 2018.

"Kasihan masyarakat, keadaan sudah seperti ini, tapi justru dimanfaatkan orang yang tidak bertanggung jawab, saya sangat menyayangkan," tambahnya, hari ini.

Untuk diketahui, neski sudah empat bulan diperiksa Lembaga Pemeriksa Keuangan (LPK) Kwarda, status Mute dalam kasus yang menghebohkan internal Kwarda dan Kwarcab se Sulteng itu, belum juga ada kejelasan.

Kabarnya, dari total Rp 700 - an juta, ada beberapa pos Donasi yang bermasalah dan diduga raib di tangan Mute, dengan nilai ratusan juta rupiah membuat status Mute terkatung katung.

Salah satu pos Donasi yang diduga raib adalah Donasi (sumbangan) dari PT Suzuki Indomobil. Bagaimana kronologis raibnya Donasi dari Suzuki itu, berikut hasil investigasi dan wawancara awak media dengan Mute beberapa waktu lalu.

“Berapa sumbangan yang ditransfer Suzuki ke rekening Kwarda,”tanya media ini mengawali wawancara. Angka yang ditanyakan itu sebenarnya sudah dikantongi, termasuk tanggal penarikannya dari kas Kwarda.

“Itu, hmmm….tigaa…tiga ratusan…tiga raruus berapa…berapa itu,” jawan Mute terbata bata.

“Tiga ratus tujuh puluh juta atau tiga berapa,” kejar awak media.

Mute pun lantas  bekelik, sambil berkata beda itu, tiga…tiga ratus berapa itu, saya tadi liat di.…(Mute coba berdalih, sambil melihat kearah  layar Laktop yang memang ia siapkan).

“Yang jelas, itu saya kelola...tiga…tiga ratus…eee…ceritanya begini…supaya jelas ya. Eee Suzuki transfer ke rekening kwartir daerah sebanyak tiga ratus juta sekian,” jawab Mute kian berbelit belit, dan ogah sebut nominal sebnarnya.

Mute kembali berdalih dengan mengatakan sebelumnya memang Suzuki telpon dari Jakarta. Mereka telpon ke kita, “ini dari Suzuki,” kata Mute menirukan sang penelpon.

Lalu mereka sampaikan, sambung Mute, kak kami ingin berpartisipasi pada bencana di Palu. Ini ada dana sekian (Mute lagi-lagi tidak sebut secara pasti besaran transfer dari Suzuki), kami akan transfer ke rekening kakak (rekening Kwarda,red).

Nah, tapi…eee.. lalu kemudian…“kami akan datang juga membagikan langsung dana tersebut,” ujarnya menirukan penelpon dengan nada terus terbata bata.

Diteruskan Mute, lalu kemudian Suzuki datang. Mereka datang, uang nya tiga ratus sekian yang ditransfer itu minta dikeluarkan oleh kita untuk mereka edarkan ke korban Gempa. “Trus, saya cabuuut,” ujarnya.

“Berapa dicabut ?,” kejar awak media lagi.

“Dicabut semua…itu…tiga ratus sekian,” kata Mute dengan terus menutup nominal sebenarnya.

“Tiga ratus berapa ?,” cecar awak media.

“Saya tidak tau persis itu tiga ratus berapa, “jawabnya, sambil menambahkan uang tiga ratus juta sekian yang dicabutnya itu sifatnya hanya dititip, dan kita hanya kelola 300 juta.

Jadi, kata Mute, donasi Suzuki ditransfer ke kita 300 sekian, dan dicabut semua, karena sifatnya hanya titipan. Lalu kita dikasih 300 untuk dikelola, sementara lebihnya diambil Suzuki. “ Saya tidak tau berapa sisanya yang mereka ambil,” ujarnya. 

Diakui Mute, adapun target penyaluran donasi Suzuki 300 juta itu antara lain 100 juta untuk operasional, terdiri dari biaya relawan di 11 posko sebesar Rp 20 juta, dan  Rp 80 juta digunakan untuk akomodasi dan transfortasi tim Suzuki dari Jakarta, seperti  ongkos makan minum selama tiga hari, sewa mobil Inova dan Avansa dan lain lain.“Ada juga saya beli lektop,” ujar Mute.

Sementara Rp 200 juta lagi Mute mengatakan pihak Suzuki yang bagikan ke 10 sekolah, antara lain di Sigi tiga sekolah dan tiga sekolah lagi di Donggala, masing-masing Rp 20 juta. SDN Impres Tanah Modindi Rp 20 juta, SDN 2 Besusu Rp 10 juta, SDN 26 palu Rp 20 juta, dan Rp 20 juta untuk SDN Inpres Silae,  total Rp 200 juta. “Ke 10 sekolah itu kita yang tentukan, sesuai usulan Kwarcab-Kwarcab,” kata Mute. 

Verapa sebenarnya Donasi yang ditransfer Suzuki ke rekening Kwarda, benarkah selisig dari Rp 300 juta itu  diambil kembali oleh Suzuki? Benar pula kah donasi Suzuki Rp 80 juta itu digunakan juga untuk operasional tim Suzuki selama di Palu, dan apakah Rp 200 juta itu benar disalurkan pihak Suzuki dan sampai ke sekolah tujuan? Berikut hasil penelusurannya. 

Tanggal 22 Nopember 2018, tanpa diketahui bendahara, Mute yang mengaku kuasa pengguna anggaran (KPA) Kwarda lakukan penarikan di tiga pos donasi Gempa, salah satunya adalah pos donasi dari Suzuki sebesar Rp 368.467.000. Dua pos donasi di tanggal penarikan yang sama serta penarikan donasi dari pos-pos lain akan diulas pada berita berikutnya.

Terus, Mute mengatakan pihaknya hanya mengelola 300 juta dengan alur penyaluran seperti sudah disebut di atas. Kelebihan dari 300 juta yang enggan disebut itu ternyata sebesar Rp 68 juta lebih, tepatnya Rp  68.467.000, dan uang ini dikatakan Mute telah diambil kembali oleh Suzuki.

Dikonfirmasi kelebihan Rp 68.467.000 itu, perwakilan PT Sinar Mandiri Galesong Makassar selaku diler Suzuki Palu, Lexi Sallata mengatakan hal ini diluar pengetahuan pihaknya.   

“Kalo dorang (mereka,red) bilang Suzuki ambil selisinya, suruh datang kemari, atas dasar apa dia bicara begitu,” sanggah Lexi.  

Biaya operasional Rp 80 juta untuk tim Suzuki juga dibantah Lexi. Menurutnya, jika sumbangan yang sudah diteransfer, lalu mau ditarik lagi sebagian untuk operasional, sangat tidak masuk diakal itu, karena mualai penjemputan, hotel sampai soal mobil tamu selama di palu, semua sudah disiapkan pihak Suzuki.  

Pernyataan Lexi ini kemudian dipertegas rekannya, Alkap. Dikatakan Alkap, pihak “Suzuki Galesong” tidak terkaitan dengan sumbangan  tersebut, termasuk soal penyaluran Rp 200 juta ke 10 sekolah.

“Jadi, yang memberi dan menyerahkan itu dari jakarta langsung, PT Suzuki Indomobil,” ujar Alkap, sambil dikatakan “Suzuki Galesong” Makassar dealer Palu hanya tangani mobil untuk transfortasi tim Suzuki Jakarta selama berada di Palu.

Pernyataan Alkap ini sekaligus pertegas bahwa pihak “Suzuki Galesong “ Makassar dealer Palu tidak berurusan dengan lebihan dana Rp 68.467.000, uang operasional Rp 80 juta serta penyaluran Rp 200 juta ke 10 sekolah sebagaimana diakui Mute. 

Supaya aliran selisi donasi Rp 68 juta lebih, dan uang operasional Rp 80 juta serta Rp 200 juta itu terang benderang, maka sebelum berita ini tayang, Mute diminta berikan akses konfirmasi ke pihak Suzuki Jakarta, tapi sayang ia yang miliki nomer Handpone Suzuki dimaksud, tidak diberikan. 

Demikian halnya whatsaap konfirmasi nama enam (6) sekolah di Sigi dan Donggala guna pengecekan lapangan, tidak dijawabnya. Pada hal cek ke 6 sekolah ini perlu dilakukan, karena penyaluran Rp 200 juta untuk 10 sekolah itu terindikasi tidak sepenuhnya sampai ke sekolah tujuan. 

Bagaimana tidak, dari empat sekolah yang di-crosscheck, terdapat tiga sekolah penyalurannya bermasalah, yakni SDN 2 Besusu, SDN 26 Palu dan SDN inpres Silae. Masalah ini diungkap langsung kepala sekolah (kepsek) SDN 2 Besusu Amiatin, kepsek  SDN 26 Nurmiati dan Roni kepsek SDN Silae. 

Seperti diterangkan Mute, SDN 2 Besusu mendapat Rp 10 juta, faktanya Rp 14 juta, SDN 26 Lalu Rp 20 juta, realisasinya hanya Rp 6 juta, dan SDN inpres Silae Rp 20 juta, ternyata kosong. Artinya, dari empat sekolah ini ada Rp 30 juta yang tidak sampai. 

Nah, untuk  jejaki aliran dana ke enam sekolah lainnya di Sigi dan Donggala, serta soal uang selisi Rp 68 juta sekian, ditambah Rp 80 juta, media ini masih menunggu konfirmasi Mute dan Suzuki Jakarta. Tentang Suzuki mana yang dimaksud Mute, ini pula harus dijawab Sekretaris Kwarda itu.

Mengenai beli Laptop seperti kata Mute digunakan untuk mengolah data penyaluran donasi, ini juga jadi masalah. Menurut sumber di kartor Kwarda, Laptop itu merupakan barang cicilan pribadi Mute di sebuah toko yang diambilnya pada sebelum Gempa Palu itu terjadi. 

Jadi, suatu ketika, cerita sumber tadi, orang toko telpon ke saya soal tunggakan cicilan lektop Mute. “Datangi saja kampusnya,”jawab si sumber ke penelpon itu. 

Terakhir, laptop itu tercatat dalam dokumen pemeriksaan LPK sebagai barang belanjaan Donasi Suzuki seharga Rp 35 juta dari sebenarnya hanya Rp 24 juta. Mute yang dikonfirmasi Laptop ini juga tidak menjawab.  (Tim)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama