Solihin Kalla: Saya Laporkan DP Ke Polisi, Tak Ada Kaitan Dengan Pilkada, Ini Soal Harga Diri Keluarga

Solihin Kalla, putra Jusuf Kalla 

MAKASSAR (wartamerdeka.info) - Solihin Kalla, putra Jusuf Kalla yang melaporkan Danny Pomanto ke Ditreskrimsus Polda Sulsel terkait beredarnya rekaman diduga suara Danny Pomanto yang melakukan fitnah kepada Jusuf Kalla (JK), Minggu sore (6/12/2020) diperiksa oleh Polda Sulsel sebagai saksi pelapor (korban).

Sebelum berangkat ke Mapolda Sulsel, Solihin Kalla sempat diwawancara secara khusus. 

Pada kesempatan itu Solihin Kalla menegaskan bahwa pihak keluarga melaporkan Danny Pomanto (DP) ke polisi karena DP telah menginjak harga diri keluarga besar JK.

"Ini tidak ada kaitan masalah Pilkada yang tengah berlangsung di Kota Makassar. Kebetulan saja bahwa Danny adalah calon wali kota Makassar. Kami keluarga besar JK sangat tersinggung dan marah dengan pernyataan Danny yang memfitnah orangtua kami," ujarnya.

Seperti diketahui, pada hari Sabtu, Solihin telah melaporkan DP terkait pencemaran nama baik. 

"Kita dapat rekaman terindikasi itu suara Pak Danny Pomanto. Jadi saya melapor ke polda supaya ditangani srcara hukum bahwa ini pencemaran orang tua kami," ujar Solihin Kalla.

Dirinya melaporkan supaya tidak ada lagi orang yang memfitnah orang tuanya.

"Harga diri kita diinjak injak. Satu-satunya lewat jalur hukum," tegasnya.

Sholihin JK berharap pihak Kepolisian bekerja profesional dalam menangani kasus dugaan pencemaran nama baik Jusuf Kalla. Dengan begitu, Sholihin Kalla berharap tidak ada lagi orang dengan mudahnya melontarkan isu atau fitnah terhadap orang tua mereka.

Apalagi, Jusuf Kalla merupakan tokoh nasional yang sangat dihormati oleh masyarakat Sulawesi Selatan. Terlebih lagi, suku Bugis Makassar sangat menjunjung tinggi budaya siri'napacce (budaya malu).

"Kami serahkan ke proses  hukum penerapannya seperti apa. Setelah kita laporkan ini, kami harap supaya tidak ada lagi yang memfitnah, ini kan salah satu upaya memecah belah bangsa, apalagi kita ini Bugis Makassar ada budaya siri' napacce," katanya. 

Putra Ketua PMI Indonesia itu menuturkan bahwa Danny Pomanto selaku publik figur yang juga mantan Walikota Makassar tentunya juga dipercaya banyak orang. Sehingga, setiap ucapan yang keluar tentunya ada yang mempercayainya.

"Danny kan dia pemimpin jadi apapun dia bilang, orang gampang percaya. Dia publik figur ngomong seperti itu, jangan sampai orang lain percaya. Apalagi dia ngomong kalau papa saya orang yang mengatur penangkapan Edy Prabowo, itu kan tidak elok," imbuhnya.

Dia juga menegaskan lagi, kendati Danny Pomanto salah satu kontestan Pilwakot, tapi pelaporannya tak kaitan denfan Pilwakot.

"Kebetulan aja pada masa pilkada dia (Danny) ngomong seperti itu, jadi mohon maaf yah. Saya berharap, Kepolisian harus menindaklanjuti laporan saya, apalagi orang tua sudah hampir 80 tahun, masih juga difitnah seperti itu," katanya lagi.

Sholihin  Kalla juga mengungkapkan bahwa selama ini, Jusuf Kalla tidak pernah memiliki masalah dengan Danny Pomanto. "Sepengatahuan keluarga tidak ada masalah dengan Danny, kita juga kenal dengan Danny dan istri beliau (Danny) sahabat kakak saya dari SMP, tapi yang namanya fitnah siapa pun itu, fitnah sangat kejam," pungkasnya.

Sebelumnya diberitakan bahwa Calon Wali Kota Makassar, Mohammad Ramdhan Pomanto dilaporkan oleh keluarga mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla ke Polda Sulsel terkait dugaan pencemaran nama baik, Sabtu (5/12/2020).

Pelaporan ini buntut dari rekaman suara berudrasi 1 menit 58 detik yang diduga pria yang akrab disapa Danny Pomanto itu tersebar di media sosial. Dalam rekaman tersebut, mantan walikota Makassar itu menuding Jusuf Kalla otak di balik penangkapan Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo.

"Kepada seluruh masyarakat, jangan pilih tukang fitnah!," kata Danny pada video pembukaan. 

Bukan kalimat pembuka itu yang menghentak perhatian publik. 

Justru rekaman yang diduga suara Danny Pomanto yang menurut video tersebut berlokasi di Jalan Amirullah (kediaman Danny Pomanto di Makassar), pada 27 November 2020, yang mengerutkan dahi seantero negeri. 

Ya, dari rekaman itu, suara percakapan yang diduga Danny Pomanto menyinggung sejumlah tokoh-tokoh besar di negeri ini. 

Sebut saja Wakil Presiden ke 10 dan 12 RI Jusuf Kalla (JK), Presiden Joko Widodo, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Mantan Menteri KKP Edhy Prabowo, penyidik senior KPK Novel Baswedan hingga pentolan FPI Habib Rizieq Shihab (HRS). 

Percakapan itu awalnya menyinggung peristiwa tangkap tangan Menteri KKP Edhy Prabowo di Bandara Soekarno Hatta Jakarta, oleh KPK yang dikomandoi Novel Baswedan. 

Setelahnya, suara yang diduga Danny Pomanto itu menyimpulkan bahwa penangkapan yang dipimpin Novel Baswedan itu erat kaitannya dengan JK dan Anies Baswedan. 

"Kalau urusannya Edhy Prabowo ini, kalau Novel (Baswedan) yang tangkap berarti JK (Jusuf Kalla) - Anies Baswedan. Maksudnya kontrolnya di JK," katanya. 

Percakapan itu mengalir lebih dalam hingga menyinggung para penguasa negeri ini. Menurut suara yang diduga Danny, JK secara tersirat telah menyerang Prabowo. 

Dan membenturkannya dengan Presiden Jokowi. Pasalnya, Prabowo yang merupakan Ketum Gerindra dan Edhy sebagai Waketum Gerindra disebut telah mengkhianati kepercayaan presiden. 

"Artinya dia sudah menyerang Prabowo. Yang kedua nanti seolah-olah Pak Jokowi yang suruh, akhirnya Prabowo dan Jokowi baku tabrak. Ini kan politik," tuturnya lagi. 

Menurutnya, dengan ramainya pemberitaan terkait penangkapan Edhy selepas lawatannya dari Amerika dalam kasus suap benih lobster, isu bahwa JK merupakan aktor di balik kepulangan Rizieq Shihab pun perlahan menguap. 

"Kemudian mengalihkan (isu) Habib Rizieq. Ini mau digeser JK dan Habib Rizieq. Karena JK yang paling diuntungkan dengan tertangkapnya Edhy Prabowo. Coba siapa yang paling diuntungkan. JK lagi dihantam, beralih ke Edhy Prabowo kan," ujar rekaman yang begitu identik dengan suara Danny Pomanto itu. 

"Kemudian Prabowo yang turun karena dianggap bahwa korupsi pale disini, calon presiden to. Berarti Anies dan JK yang diuntungkan. Kemudian (Prabowo) mengkhianati Jokowi. Jadi yang paling untung ini JK. Begitu memang chaplin. Jago memang mainnya. Tapi kalau kita hapal, apa yang dia mau main ini," tegasnya kemudian. (I)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama