Rektor Dan Yayasan Harus Bertanggungjawab Atas Bentrok Preman Di Kampus UNKRIS

Foto: Para preman yang berada di kampus Jatiwaringin, Pondok Gede pada Selasa (31/08/2021)

JAKARTA (wartamerdeka.info) - Terjadinya bentrok dua kelompok preman di kampus Universitas Krisnadwipayana (UNKRIS), Jatiwaringin, Pondok Gede, Bekasi, Selasa siang (31/08/2021) lalu, sangat disayangkann banyak pihak.

Pasalnya, kampus sebagai tempat mahasiswa menggali ilmu, dinodai dengan masuknya para preman yang membuat keributan. Bahkan diketahui ada korban luka dan meninggal dunia.

Terkait hal tersebut, Ketua Umum perkumpulan alumni UNKRIS, Krisna Group Jatiwaringin (KGJ), Maydin R.H Sitanggang, SE., MM mengatakan, Rektor dan Yayasan harus bertanggungjawab atas kejadian tersebut. 

“Rektor dan Yayasan harus bertanggungjawab atas terjadinya bentrok preman Selasa kemarin. Karena secara aturanpun, Rektor adalah pimpinan tertinggi Institusi di kampus, dan Yayasan yang menaungi Institusi. Itu jelaslah,” ungkapnya saat ditanyai awak media, Rabu (01/09/2021) malam di Pondok Gede, Bekasi. 

Menurut Maydin Sitanggang, kampus mestinya steril dari premanisme, karena kampus adalah tempat menggali ilmu pengetahuan.

“Saya bersama 140-an teman alumni yang tergabung di KGJ dari seluruh Indonesia, sangat prihatin mendengar berita ini. Kampus harusnya steril dari aksi premanisme. Hal ini sudah mencederai kampus sebagai tempat menggali ilmu,” bebernya.

Menurut pensiunan bank plat merah ini, kampus sebagai tempat orang-orang intelek dan berpendidikan tinggi, harus menjaga marwah pendidikan itu sendiri. 

“Kampus itu kan tempat orang-orang intelek. Orang-orang berpendidikan tinggi. Ngapain bawa-bawa orang luar masuk ke kampus, apalagi preman yang hanya bikit ribut? Bisa selesai nggak tuh, dengan preman?,” tandasnya.

Sebab itu, Maydin Sitanggang yang semasa kuliah juga aktif berkesenian dan karate di kampus dan diluar kampus ini berharap, agar UNKRIS kembali kondusif. 

“Kami beharap, kampus UNKRIS kembali kondusif dan tenteram. Agar adik-adik mahasiswa bisa belajar dengan nyaman dan enjoy. Janganlah mereka dibuat resah, gara-gara persoalan para pimpinan kampus. Kan kasihan mereka itu,” ujarnya.

Sebagaimana diberitakan, beberapa hari sebelumnya terjadi kerusuhan, ratusan mahasiswa UNKRIS melakukan unjuk rasa, menuntut agar Rektor lama, Dr. Abdul Rivai, SE., M.Si yang diberhentikan sepihak oleh Yayasan, kembali menjabat. Unjuk rasa dilanjutkan esok harinya dengan menyegel kantor Rektorat, karena tak ada titik temu pembicaraan setelah unjuk rasa. 

Ada 4 (empat) tuntutan para mahasiswa dalam bentuk pernyataan sikap mereka yaitu: Menolak pemberhentian Dr. H. Abdul Rivai, SE., M.Si yang dibuat Yayasan saat ini; Menuntut kepastian hukum tentang pemberhentian Dr. H. Abdul Rivai, SE., M.Si, sebagai Rektor UNKRIS, atas tuduhan penggunaan dana tanpa seizin Yayasan; Tetap mengakui Dr. H. Abdul Rivai, SE., M.Si sebagai Rektor UNKRIS; dan Mempertanyakan keabsahan Yayasan saat ini.

Sementara itu diketahui, Yayasan dengan Ketua Dewan Pembina Prof. Dr. Gayus Lumbuun, SH. MH dan Ketua Pengurus Yayasan, Amir Karyatin, SH, menetapkan Rektor yang baru, Dr. Ir. Ayub Muktiono, M.Sip. Penetapan Rektor juga diduga tanpa melalui prosedur pemilihan Senat Guru Besar UNKRIS.

Disisi lain, keberadaan Yayasan yang sekarang ini dipertanyakan para mahasiswa dan alumni, karena belakangan ketahuan, adanya Akta Perubahan Pendirian Yayasan tahun 2003, dimana 12 pendiri Yayasan tahun 1954 yang sebelumnya menghilang dari fakta sejarah. 

Hal ini kemudian menimbulkan kekisruhan dan berbuntut panjang. Dan anehnya lagi, bukannya melakukan penyelesaian secara bijak, tapi malah menimbulkan kekisruhan dengan melibatkan premanisme masuk ke internal kampus. 

Kelompok ormas yang mengaku dari ormas Banten, tiba-tiba membobol paksa segel ruang Rektorat yang dilakukan para mahasiswa hari sebelumnya, yang didukung para alumni. Selanjutnya, terjadilah bentrok dua kelompok preman yang menimbulkan korban luka berat dan meninggal. (DANS)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama