“Presidensi G20 Indonesia bukan hanya suatu tantangan besar tetapi juga harapan. Dengan mengangkat tema Recover Together, Recover Stronger maka Indonesia mendorong upaya bersama bagi pemulihan ekonomi dunia,” katanya di Jakarta, Minggu.

Berdasarkan catatan PBB, sekitar 48 negara sedang menghadapi risiko tinggi atau sangat tinggi terkait lost generation akibat berkurangnya kesempatan pendidikan, kehilangan pekerjaan, dan terkendala sistem perawatan kesehatan.

Oleh sebab itu, kerja sama global dalam mencegah kondisi krisis yang berkepanjangan perlu dilakukan khususnya untuk membantu negara-negara paling miskin dan rentan.

Kerja sama global yang salah satunya melalui Presidensi G20 Indonesia ini juga akan mengupayakan kemitraan global dalam bentuk dukungan pendanaan, penangguhan pembayaran utang, dan akses teknologi.

Terlebih lagi, pandemi telah memberi kesempatan untuk melakukan reset and reshape terhadap dunia dengan cara yang lebih selaras dengan Sustainable Development Goals (SDGs).

Negara-negara di seluruh dunia pun telah berkomitmen untuk mencapai SDGs pada 2030 sehingga diperlukan mekanisme pembiayaan yang inovatif untuk menutup kesenjangan pendanaan SDGs.

Salah satu pembiayaan inovatif ini berupa blended finance dan sustainable private investment yang dilakukan untuk menghidupkan kembali perekonomian dan menciptakan lapangan kerja.

Sejalan dengan penekanan Presiden RI Joko Widodo, prinsip utama yang harus dipegang adalah pertumbuhan yang inklusif, berpusat pada masyarakat, ramah lingkungan, dan berkelanjutan.

Prinsip ini sejalan dengan peningkatan produktivitas, peningkatan ketahanan, dan memastikan stabilitas ekonomi dan keuangan di seluruh dunia.

"Indonesia akan berusaha semaksimal mungkin agar G20 dapat bermanfaat bagi semua negara. Inklusivitas adalah prioritas utama bagi kepemimpinan Indonesia, dengan komitmen untuk memastikan tidak ada yang tertinggal,” jelas Airlangga.