Filosofi Korek Api, Prof. Zainuddin Maliki Terima MKD DPR RI Awards 2022

Oleh : W. Masykar

"Di senayan, saya merasa hanya ibarat sebatang pentol korek api. Tidak bisa memberi terang seluruh ruang. Tetapi nyala sebatang korek api insya Allah bisa dipakai petunjuk mencari jalan keluar dari ruang besar yang gelap."

Itu kalimat yang sering diucapkan oleh Prof. Zainuddin Maliki. Baik dalam situasi formal maupun disaat sedang ngobrol santai. 

Korek Api,  sebuah benda kecil,  yang sangat bernilai guna,  namun seringkali juga diabaikan. 

Sebatang pohon dapat membuat jutaan batang korek api, tapi satu batang korek api bahkan mampu membakar jutaan batang pohon. Pada konteks ini, Korek Api bisa dimaknai satu pikiran negatif mampu membakar semua pemikiran positif. Dianalogikan, Korek api sebatang kayu dengan ukuran kecil yang memiliki kepala, namun tidak mempunyai otak. Pantas, Si korek api akan   terbakar ketika ada gesekan, meski gesekan itu, kadang tidaklah berarti. Begitu korek apik melakukan gesekan kecil, akan mudah terbakar. 

Sebuah benda kecil, sederhana namun memiliki peran besar, bahkan dari yang berbentuk kecil, yang kerap diabaikan itu, korek api mampu membumihanguskan kawasan dan perkampungan. 

Dari gesekan kecil, dia mampu membuat kobaran api. Mampu membakar apa saja yang ada disekelilingnya. Filosofinya, korek api adalah pemantik untuk menghasilkan api. Menghasilkan energi,  dan bagaimana kita mampu memanfaatkan energi itu? Di analogikan yang sedikit mendalam, korek api membuktikan pada kita bahwa untuk memiliki peran besar, tidak harus dimulai dengan langkah besar. 


Bisa jadi, apa yang disampaikan dan di lakukan oleh Prof. Zainuddin Maliki tidak jauh dari filosofi itu. Perjuangannya di senayan kerap tidak dianggap sebagai sesuatu yang berarti karena terkepung oleh suara mayoritas yang memiliki peran besar. 

Sebagai simbol effort. Korek Api akan mengeluarkan api, kalau ada gesekan terlebih dahulu. Harus ditekan. Harus digesek. Baru muncul apinya. Setelah api muncul dan bercahaya, yang disebut-sebut justru rokoknya.

Peran sederhana, tidak akan berarti ditengah kelompok kepentingan yang jauh lebih besar. Namun, bagi Prof. Zainuddin Maliki secercah cahaya yang keluar dari sebatang Korek Api akan mampu menerangi ruang gelap untuk mencari jalan keluar. 

Karena itu, jangan pernah merendahkan korek api. Ia lebih bijaksana di tengah ambisi banyak orang yang menginginkan pujian akan perannya. Peran sederhana, tidak butuh pujian orang lain, meski dari yang sederhana itu, seringkali menghasilkan sesuatu yang besar dan sangat berarti bagi proses keberlangsungan negeri ini. 

Dan filosofi korek api inilah, yang kemudian dipantau oleh Mahkamah  Kehormatan Dewan (MKD) sebagai salah satu alat kelengkapan dewan untuk melakukan pemantauan kepada salah satunya, anggota DPR RI dari FPAN. 

Sesuai hasil pemantauan, MKD  telah menetapkan Anggota DPR RI sebagai Pejuang Etika yang berkontribusi positif bagi peningkatan Citra dan Dibawa kelembagaan DPR RI. 

dalam salah satu alenia surat yang dikirim tertulis sesuai Penilaian yang telah disepakati dalam rapat interen Mahkamah Kehormatan Dewan, tanggal 7 Desember 2022, sdr. Prof. Zainuddin Maliki (A.507 FPAN) terpilih sebagai penerima Penghargaan Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) Awards, 2022.

Saat dihubungi, Prof. Zainuddin Maliki hanya menjawab, "Saya tidak tahu persis alasan MKD memberi awards. Yang saya tahu MKD adalah alat kelengkapan DPR yang antara lain diberi tugas memantau integritas anggota DPR dari sisi etik. Di samping juga sebagai alat kelengkapan yang memastikan dapat ditegakkannya citra dan wibawa kelembagaan DPR." (***)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama