Situs Megalitikum Dirusak Orang Tak Dikenal


Salah satu batu pahatan situs megalitikium
kepala Bendet (kepala Buaya)
dihancurkan dengan menggunkan martil
 oleh orang tak dikenal, Rabu (8/12
REMBANG (wartamerdeka.com)-Batu pahatan situs megalitikum di puncak bukit Desa Terjan, Kecamatan Kragan, pada Rabu (8/12) dirusak  oleh orang tak dikenal, sedikitnya ada empat buah batu situs hancur akibat dihantam dengan martil, dan dua diantaranya hilang. Dari data yang dihimpun dilokasi, batu pahatan situs yang berada diareal tanah seluas 1/4 hektar atau sekitar 2050 meter yang dihancurkan diantarnya, kepala Katak, kepala Naga, kepala Bondet (kepala buaya) dan kepala Gandarwonan (kepal Kuda) sementara untuk situs yang raib merupakan batu tumpang berbentuk kursi. 
Setelah dirusak oleh okum tak dikenal tersebut kini situs yang menggambarkan kehidupan masyarakat sekitar tahun 1.400 sebelum Masehi tinggal dua yang masih utuh yakni kepala barongan (kepala singa) dan batu pahatan arah mata angin.
Pengrusakan situs yang menjadi simbol kebanggaan dan dikeramatkan masyarakat setempat, diketahui masyarakat sempat pada hari Kamis (9/12), Kasmudi, seorang sesepuh desa setempat menceritakan pengrusakan situs kali pertama diketahui oleh petani yang akan pergi ke ladang. Sampai di lokasi, batu-batu itu sudah hancur lebur dan sebagian berserakan di luar lokasi.
”Warga bersama sama mencari potongan batu, karena pelaku pengrusakan sengaja membuang keluar lokasi situs. Beruntung sebagian masih bisa ditemukan, namun sebagian lainya sudah hancur akibat dihatam bodem (palu besar),” katanya.

Kasmudi menyesalkan kelambanan pemerintah untuk menyelamatkan situs Kalau dari awal ada penataan, pemagaran dan batas batas tanah jelas, kemungkinan tidak akan muncul kejadian seperti ini.
Menurut Kasmudi, kelestarian situs merupakan menjadi harga mati tak bisa ditawar tawar lagi, dengan dalih apapun situs itu harus dilestarikan.”Jika sudah terjadi seperti ini (rusak, red), harus segera dicari dalangnya,”katanya
Ungkapan senda disampaikan Kepala Desa Terjan, Abdul Hadi mengaku sangat menyayangkan pengrusakan peninggalan sejarah tersebut, dan aksi sabotase itu pihaknya sudah melaporkan kasus pengrusakan situs kepada petugas Polsek Kragan. “Setelah mengetahui aksi tersebut, kami telah melaporkanya pada pihak yang berwajib. Kami berharap aparat hukum dapat segera menagkap orang-orang yang tidak bertanggung jawab serat tidak menghargai peninggalan sejarah ini,”ungkapnya, kemarin.
Terpisah Ketua Masyarakat Sejarahwan Indonesia, Edi Winarno mengutuk aksi tersebut, situs Megalitikum Terjan merupakan warisan budaya dunia, sehingga kalau ada yang merusak, berarti sama saja melakukan kejahatan internasional. “Di Indonesia hanya ada empat lokasi peninggalan Megalitikum, yakni Pasemah Sumatera, Pare Sulawesi, Goa Made Jombang Jatim dan Terjan Kragan,”katanya.
Hingga kini belum diketahui persis motif pengrusakan. Namun sebelumnya berhembus kabar di sekitar lokasi situs, marak aktivitas penambangan batu, bahkan banyak pemilik tanah menjual kepada pengusaha tambang. Belakangan warga desa Terjan menggelorakan tuntutan supaya situs tetap dijaga, sehingga membingungkan makelar tanah maupun kelompok usaha yang terlanjur keluar banyak uang mersa gerah.
Dugaan sementara, terkait dengan rencana penambangan ke depan, tetapi pihak Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda Dan Olahraga Kabupeten  Rembang mengingatkan masyarakat jangan mudah terprovokasi, karena dibutuhkan bukti dan keterangan saksi yang kuat.(hasan)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama