Jelang Pilkada Lamongan; Menguak Daya Pikat Deddi Nordiawan


Oleh : W. Masykar (Warga Lamongan)

Setidaknya setelah resmi Deddi Nordiawan mendaftarkan diri maju melalui partai Gerindra, suhu politik menjelang pilkada, khususnya di Lamongan, mulai beringsut memanas. Padahal, ketika hal yang sama dilakukan oleh bakal kandidat lain, biasa saja.

Seolah ada daya magnetis yang cukup kuat dari sosok Deddi Nordiawan, untuk mendulang dukungan, toh pilkada masih tahun depan.

Itulah sebabnya, saya sejak awal lebih kerap menganalisa sosok Deddi ini.
Nama Deddi Nordiawan, saya tidak pernah kenal, ketemu juga belum pernah.

Termasuk bakal kandidat bupati atau wakil bupati lainnya. Saya tidak pernah kenal dan bertemu dengan Sholahuddin. Tidak pernah kenal dan bertemu Suhandoyo, bahkan dengan Kartika Hidayati juga hanya sekali, hanya sempat foto, tidak lebih dari itu.

Pun, Kaharuddin, pernah ketemu sekitar 4 tahun lalu, saat menjadi ketua DPRD, dan itupun tidak lebih hanya 10 menit, karena keperluan konfirmasi. Termasuk Saim, pernah kenal, namun belum tentu dalam setahun ketemu lagi. Bakal kandidat lain, apalagi malah sama sekali, termasuk yang bannernya terpampang sejak awal, Suli Daim, sama sekali tidak kenal dan tidak pernah bertemu. Nah, dari belasan bakal kandidat bupati dan Wabup Lamongan yang saat ini lagi gencar membangun citra, mendongkrak simpati dukungan, yang saya kenal dan relatif beberapa kali pernah ketemu (tidak sering).

Hanya, Yuhronur Efendi (Sekda) dan Husnul Aqib.  Inipun tidak dalam rangka pilkada.

Sehingga kalau misalnya, saya menyebut Deddi Nordiawan memiliki daya magnetis, daya pikat terhadap konstituen atau masyarakat pemilih, bukan karena saya kenal baik atau teman akrab. Atau kalau ditarik karena dia putra bupati, misalnya, juga tidak benar.

Bahwa bupati Fadeli tahu dan mengenal saya, iya, namun jika lebih dari itu, itu nanti dulu.

Nah, tulisan ini bermaksud, mengapa daya pikat Deddi Nordiawan begitu kuat di publik, toh meski dia putra asli Lamongan, tapi masyarakat kota Nasi Boranan ini, tidak pernah tahu, sehingga dinilai sebagai tokoh "tiba-tiba".

Pertanyaannya, kenapa tiba-tiba juga cepat populer dan memiliki daya pikat? Ini yang membuat saya kemudian mencari sejumlah referensi dari beberapa sumber, baik informasi dari teman-temanya, atau dari postingannya atau dari pemberitaan di media.

Ironisnya, kerabatnya malah menutup informasi tentang Deddi ketika saya mau mencari tambahan bahan.

Ada beberapa pandangan penulis, seperti ini, pertama, dia putra bupati Fadeli, bupati dua periode, sebelumnya menjabat Sekda, sehingga siapa yang tidak kenal dan tahu bupati Fadeli, minimal pernah mendengar. Popularitas ini, sudah pasti berpengaruh pada keluarga dan orang-orang dekatnya. Sehingga, popularitas Deddi Nordiawan tidak bisa dibantah lagi, karena imbas dari popularitas sang bapak.

Kedua, selain mendapat cipratan pengaruh popularitas keluarga atau orangtuanya, Deddi sendiri tampaknya memiliki sejumlah kelebihan lain, seperti sebutan Dosen Ekonomi UI, sosok muda yang religious dan memiliki intelektualitas tinggi, hafal Alqur'an, kemudian relatif belum pernah masuk atau berurusan dengan birokrasi, soal proyek atau yang terkait KKN, misalnya. Memiliki wajah lumayan gantheng, menjabat direktur di sebuah perusahaan besar, kemudian dibidang IT, bisa dibanggakan.

Ketiga, selain kelebihan kelebihan tersebut, yang tidak kalah menariknya adalah orangnya kelihatan santun, penyabar dan misalnya kalau dihujat, lebih memilih diam sambil memberi jawaban yang cenderung solutif.

Singkatnya, Deddi Nordiawan, dengan segala kekurangan dan kelebihannya, dia adalah sosok yang memiliki integritas tinggi. Suatu konsistensi yang tidak gampang tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur serta keyakinan.

Nah,  integritas sebagai suatu konsep yang menatap konsistensi antara suatu tindakan dengan nilai atau prinsip. Dalam sudut pandang etika, misalnya, integritas disebut sebagai suatu kejujuran dari setiap tindakan atau perilaku seseorang. Sehingga perilaku yang yang tidak berintegritas kerap disebut berperilaku hiprocrit.

Itu juga cara melihat integritas dalam sudut pandang etika. Ciri seorang yang memiliki integritas adalah ditandai dengan kata-katanya yang selalu dapat dipegang selaras dengan perbuatan yang dilakukannya.

Seorang yang memiliki integritas adalah tipe manusia yang tidak memilki banyak wajah. Penampilannya juga disesuaikan dengan kepentingan pribadinya. Ciri ciri ini tampak dimiliki oleh bakal kandidat bupati Lamongan, Deddi Nordiawan. Integritas menjadi kunci utama karakter seorang pemimpin. Seorang pemimpin yang memiliki integritas akan senantiasa mendapatkan kepercayaan dari bawahannya atau dari orang-orang yang di pimpinnya. Apalagi, konon kabarnya, dia juga memiliki pengalaman memimpin sebuah perusahaan besar.

Dr. Henry Cloud, menyebut integritas adalah sebuah upaya seseorang untuk menjadi orang yang utuh meski dalam hal hal tertentu berbeda. Integritas dapat diartikan sebagai sifat, mutu dan keadaan yang menggambarkan suatu kesatuan yang utuh, sehingga mempunyai potensi dan kemampuan yang selalu memancarkan kejujuran dan kewibawaan. (Cloud, Henry. 2006. Integritas : Keberanian Memenuhi Tuntutan Kenyataan. Gramedia, Jakarta).

Dari beberapa kelebihan itu, barangkali yang kemudian membuat sejumlah kalangan sulit membuat manuver untuk "menghantam" Deddi, sehingga yang menjadi objek sasaran kemudian adalah sang bapak. Politik dinasti, misalnya, jika kita fair, itu sudah selesai, karena Mahkamah Konstitusi sudah memutus. Lantas, harus dihantam dari mana lagi? Politik Anggaran, Mutasi yang tidak wajar atau demosi, misalnya. Ya silakan saja!

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama