JAKARTA (wartamerdeka.info) - Anggota Komisi VII DPR RI Rofik Hananto mendukung usaha yang dilakukan sejumlah pihak terkait pengolahan sampah menjadi salah satu bahan bakar alternatif.

"Saat ini permasalahan sampah menjadi perhatian semua pihak," kata Rofik Hananto dalam rilis yang diterima di Jakarta, Sabtu.

Rofik mengingatkan, berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, total volume sampah yang diproduksi menjadi lebih dari 67 juta ton per tahun.

Hal tersebut, lanjutnya, akan terus meningkat sejalan dengan perkembangan populasi dan ekonomi.

Ia mengapresiasi dan mendukung usaha seperti yang sudah dilakukan PT Solusi Bangun Indonesia (SBI) Tbk, yang merupakan salah satu contoh perusahaan yang telah memanfaatkan sampah perkotaan (municipal solid waste/MSW) sebagai bahan bakar alternatif dalam pembuatan semen lewat fasilitas tempat pengelolaan sampah terpadu refused derived fuel (TPS RDF).

RDF, imbuhnya, merupakan hasil dari sampah domestik yang diolah dengan metode biodrying untuk dijadikan energi terbarukan dan dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif. Pemanfaatan sampah tersebut mampu mensubstitusi penggunaan batu bara menjadi bahan bakar hingga 3 persen substitusi energi panas (thermal substitution rate/TSR.

Ia berpendapat bahwa pengolahan sampah menjadi RDF (Refused Derived Fuel) dapat menjadi salah satu solusi alternatif dan bisa menjadi sumber bahan bakar baik untuk pabrik semen ataupun industri yang lainnya seperti PLTU.

Sebagaimana diwartakan, sebanyak 70 persen sampah organik di Tanah Air sebenarnya bisa diolah menjadi produk bernilai tambah seperti pupuk organik melalui proses biokonversi.

"70 persen limbah organik bisa diselesaikan dengan biokonversi," kata Direktur Utama PT Bio Konversi Indonesia Isra Darma yang memiliki bisnis pengolahan sampah menjadi pupuk hayati cair melalui biokonversi, dalam seminar virtual (webinar) "Inovasi Ekonomi Sirkular dan Produk Inovasi Biokonversi di Jakarta, Jumat (12/3).

Isra menuturkan di Jakarta saja, ada kurang lebih 7.500 ton sampah per hari yang mana 50 persennya merupakan sampah organik.

Sebenarnya dari total 7.500 ton per hari itu, 2.250 ton sampahnya dapat diproses biokonversi menjadi pupuk organik.

Selain itu, sampah organik di sektor pertanian juga dapat diproses biokonversi menjadi pupuk hayati. Dengan demikian, biokonversi dapat dimasifkan untuk menjadi bagian dari solusi mengatasi sampah organik di Tanah Air dengan cara mengolahnya menjadi produk lain yang bermanfaat.

Sampah memang menjadi salah satu masalah yang dihadapi Indonesia, dimana Indonesia merupakan penghasil limbah makanan terbesar kedua di dunia, yakni 300 kilogram per kapita per tahun.

Setelah membuat dan mengkomersialisasikan pupuk hayati cair, Isra menuturkan pihaknya masuk dalam pengembangan pakan ikan dan ternak serta pestisida nabati melalui biokonversi sampah.