Terkait Bentrok Di Kampus UNKRIS, Alumni Prof. Dr. Ir. Gimbal Doloksaribu Himbau Pejabat Berkuasa, Jangan Merasa Memiliki Sendiri Institusi

Foto: Peristiwa bentrok preman di UNKRIS unjuk rasa di kampus Jatiwaringin, Pondok Gede

JAKARTA (wartamerdeka.info) - Terkait peristiwa bentrok kelompok preman di kampus Universitas Krisnadwipayana (UNKRIS), Jatiwaringin beberapa waktu lalu, alumni senior, Prof. Dr. Ir Gimbal Doloksaribu, MM menghimbau, agar pejabat yang sedang berkuasa, jangan merasa memiliki sendiri institusi tersebut.

“Saya pikir, para pejabat Unkris yang ditunjuk dan sedang berkuasa, janganlah merasa memiliki sendiri kampus itu, dan yang lain dianggap tidak ada. Unkris itu milik kita bersama. Terutama kita para alumni Unkris,” ungkapnya menjawab pertanyaan media, Kamis (09/09/2021) di Jakarta.

Prof. Dr. Ir Gimbal Doloksaribu, MM, alumni Fakultas Teknik Unkris ini mengatakan, seharusnya para insan akademik saling mengerti dan saling menghormati.

“Kita itu kan insan akademik. Harusnya bisa saling mengerti dan saling hormat-menghormati. Janganlah membuat orang-orang merasa dikebiri. Unkris mestinya bisa dijalankan bersama-sama. Dan kita juga tahulah, semua orang butuh duit dan penghargaan,” tandasnya.

Alumni Fakultas Tenik UNKRIS, Prof. Dr. Ir Gimbal Doloksaribu, MM 

Sebab itu, Ketua Umum DPP Persatuan Guru Besar (Profesor) Indonesia (PERGUBI) ini mengajak kedua belah pihak yang bertikai, agar mencari solusi terbaik untuk institusi. 

“Mari kita mengajak teman-teman dari dua kubu yang bertikai, secara bersama-sama mencari solusi terbaik untuk institusi. Apa masalahnya, bagmana kemauan masing-masing, kemudian kita ambil solusi bersama yang terbaik. Termasuk pembagian kelebihan rejeki, diberikan ke masing-masing yang bekerja maupun para pemerhati Unkris. Jangan makan duit sendiri atau berusaha memperkaya diri atau kelompok, dari Unkris,” bebernya.

Guru Besar dari Universitas Mercu Buana ini menceritakan, dari dulu Unkris itu bermasalah, dan perlu penyelesaian secara seksama.

“Dari dulu Unkris itu bermasalah, karena pihak yang berkuasa atau menjabat tidak menganggap yang lain ada. Dan berharap dapat banyak dari Unkris. Jadi memang butuh penyelesaian secara seksama. Kalau kami ini tidak ada motivasi apa-apa,” pungkasnya.

Aksi unjuk rasa ratusan mahasiswa

Sebagaimana berita sebelumnya, lebih dari 100 mahasiswa Universitas Krisnadwipayana (UNKRIS) melakukan unjuk rasa menolak keputusan Yayasan sekarang ini, yang memecat Rektor mereka yang sah, beberapa waktu lalu. Unjuk rasa berlangsung pagi tadi, Selasa, 24 Agustus 2021, di kampus UNKRIS, Jatiwaringin, Pondok Gede, Jakarta Timur.

Ada 4 (empat) tuntutan para mahasiswa yang berunjuk rasa, dalam bentuk pernyataan sikap, dengan membentangkan spanduk. Isi tuntutannya yaitu: Menolak pemberhentian Dr. H. Abdul Rivai, SE., M.Si yang dibuat Yayasan saat ini; Menuntut kepastian hukum tentang pemberhentian Dr. H. Abdul Rivai, SE., M.Si, sebagai Rektor UNKRIS, atas tuduhan penggunaan dana tanpa seizin Yayasan; Tetap mengakui Dr. H. Abdul Rivai, SE., M.Si sebagai Rektor UNKRIS; dan Mempertanyakan keabsahan Yayasan saat ini.

Karena dari pihak Yayasan dan Rektorat tidak ada solusi, keesokan harinya para mahasiswa melakukan penyegelan gedung Rektorat yang berada di bagian depan kampus. Aksi penyegelan ini didukung para alumni yang tergabung dalam Ikatan Keluarga Besar Alumni (IKEBA) UNKRIS.

Namun, pada hari Selasa (31/08/2021) pagi, sekelompok ormas bersama salah seorang pejabat Rektorat membuka paksa segel, tanpa berkompromi lagi dengan para mahasiswa dan alumni. Para mahasiswa dan alumni terpaksa menarik diri, karena aksi ormas yang tampak arogan.

Pada siang harinya, tiba-tiba sekelompok orang masuk kampus dan menyerang serta mengusir ormas yang membuka segel pagi harinya. Terjadi bentrok dua kelompok yang menimbulkan korban luka berat hingga meninggal dunia. 

Sementara itu diketahui, Yayasan dengan Ketua Dewan Pembina Prof. Dr. Gayus Lumbuun, SH. MH dan Ketua Pengurus Yayasan, Amir Karyatin, SH, menetapkan Rektor yang baru, Dr. Ir. Ayub Muktiono, M.Sip. Penetapan Rektor juga diduga tanpa melalui prosedur pemilihan Senat Guru Besar UNKRIS.

Di sisi lain, keberadaan Yayasan yang sekarang ini dipertanyakan para mahasiswa dan alumni, karena belakangan ketahuan, adanya Akta Perubahan Pendirian Yayasan tahun 2003, dimana 12 pendiri Yayasan tahun 1954 yang sebelumnya menghilang dari fakta sejarah. 

Hal ini kemudian menimbulkan kekisruhan dan berbuntut panjang. Banyak alumni angkat bicara, dan menginginkan adanya penyelesaian masalah dengan segera, agar sitruasi kampus kembali kondusif. (DANS)

1 Komentar

  1. Sayang, beritanya tidak sesuai dengan kejadian yang sebenarnya.

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama