SEMARANG (wartamerdeka.info) - Saat ini di Indonesia banyak makanan yang di-mix (dicampur) dengan teh hijau (Green Tea) seperti donat, es krim, semua jenis bakery (roti) hingga martabak. Tujuannya agar produk makanan olahan yang hasil campuran dengan teh hijau dapat menyehatkan ketika dikonsumsi bahkan bisa mengurangi kandungan lemak.
Pemahaman itu dilandasi pengertian bahwa teh hijau mengandung antioksida, antiradang dan antikanker yang baik untuk menjaga kesehatan tubuh. Sehingga ketika dikonsumsi akan memberi manfaaat seperti mencegah penyakit jantung dan stroke, menghambat pertumbuhan sel kanker, mencegah diabetes bahkan bisa menurunkan berat badan serta manfaat lainnya.
Namun, harus dicermati bahwa produk makanan yang sudah dicampur dengan teh hijau memiliki efek samping ketika dikonsumsi terlalu banyak. Salah satunya adalah menyebabkan rasa perih pada perut bahkan tidak baik bagi para penderita maag yang akut. Hal ini dikarenakan di dalam teh hijau mengandung kamponen kafein yang tidak baik dikonsumsi secara berlebihan, bahkan juga tidak baik dikonsumsi pada anak-anak dan manula.
Dari hasil observasi inilah, lima orang dosen Sekolah Vokasi Universitas Diponegoro (UNDIP) meneliti bagaimana efek kafein dari teh hijau bisa dminimalisasi. Kelima dosen yang melakukan penelitian adalah M Endy Yulianto, ST., MT, Dr Eng Vita Paramita, ST., MM., M.Eng, Dr. Ir Eflita Yohana, MT dan Dr Dada Rohdiana. Penelitian yang diberi judul “Komersialisasi Produk Monopolifenol Teh Hijau Bebas Kafein Sebagai Inkorporasi Functional Food Melalui Teknik Inaktivasi Enzimatis” ini difokuskan untuk memisahkan teh hijau dengan komponen kandungan kafein.
“Karena di dalam teh hijau selain ada komponen kandungan kafein ada juga kandungan tanin dan polifenol yang cukup tinggi. Kandungan tanin dan polifenol inilah yang banyak manfaatnya ketika dikonsumsi tanpa efek samping seperti mencegah kanker, penyakit jantung, stroke, diabetes dan lainnya. Inilah yang kemudian menjadi fokus teman-teman dalam penelitian ini dengan harapan dapat menghasilkan teh hijau yang berkualitas. Sehingga nantinya ketika dibuat makanan fungsional atau functional food siapapun bisa dimakan tanpa khawatir efek samping,” kata M Endy saat dihubungi tim humas, Jumat (1/04/2022).
Diungkapkan, untuk proses pemisahannya sendiri dilakukan pengembangan produk bubuk teh hijau berkadar kafein rendah melalui inaktivasi enzimatis dengan menerapkan proses blanching serta menerapkan proses nanoenkapsulasi powder teh hijau bebas kafein dan berkadar polifenol tinggi menggunakan biopolimer liposom dengan menerapkan proses pengering sembur. “Jadi proses pemisahannya produksi teh hijau bebas kafein terdiri atas proses blanching, pengeringan, grinding, brewing, sentrifugasi, filtrasi, pemekatan, nanoenkapsulasi dan pengering sembur,” tutur Endy.
Lebih lanjut, setelah dilakukan pemisahan teh hijau dari kandungan kafein, produk teh hijau akan dikomersilkan kerena memiliki potensi yang tinggi mengingat nilai pasar global produk material nano dan produk inkorporasinya diperkirakan akan meningkat hingga 50 persen. Komersialisasi akan dilakukan melalui kerja sama dengan industri teh hijau yang prospektif dan kompetitif yakni industri teh hijau Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) Gambung di Bandung Selatan.
“Alhamdulillah melalui Lembaga Penelitian dan Pengandian Masyarakat atau LPPM Sekolah Vokasi Undip kami bisa bekerjasama dengan industri teh hijau PPTK Gambung di Bandung Selatan. Harapan dari kerja sama ini nantinya dapat memproduksi teh hijau yang sudah dipisahkan dengan kafein kemudian dapat dikomersialkan kepada masyarakat. Mudah-mudahan tahun depan bisa diproduksi dan langsung bisa dipasarkan kepada masyarakat,” dia berharap.
Kebetulan di dalam kepengurusan PPTK Gambung di Bandung Selatan ada para dokter yang juga merupakan seorang ahli farmasi. Yang bersangkutan menjadi partner untuk manfaat kandungan komponen kafein dalam teh hijau yang sudah dipisahkan untuk diproduksi dimanfaatkan sebagai obat-obatan yang juga memiliki banyak manfaat seperti penambah daya ingat, antidiabet bahkan mencegah rambut rontok.
Dari kerjasama dengan PPTK Gambung juga dilakukan penelitian pada semua aspek usaha dan industri teh, antara lain pemuliaan tanaman, perlindungan tanaman, tanah dan pemupukan, manajemen kebun teh, pengolahan dan perbaikan mutu, diversifikasi produk jadi, sosial ekonomi, perdagangan, kebijakan, dan kelembagaan.
“Tentunya ini sangat membantu dan mendukung hasil kerja keras kami dalam melakukan penelitian selama ini, sehingga produk nanopolifenol teh hijau bebas kafein sebagai inkorporasi functional food benar-benar dapat dirasakan masyarakat terlebih aman untuk dikonsumsi bagi semua orang,” tukasnya. (R)