Foto: Dr. Dahlena Sari Marbun, M.Ed, di Acara Pra Kongres I Kebudayaan Batak Toba dan Bulan Kebudayaan Batak, Lokus Adat Budaya Batak (LABB) di Jakarta |
JAKARTA, wartamerdeka.info
Berbicara
soal Budaya Batak sebagai kearifan Lokal, rupa-rupanya hal ini sudah menjadi
bagian dari pembelajaran dalam kurikulum Sejarah Sumatera Utara di Universitas Islam
Sumatera Utara (UISU), kabupaten Langkat, Sumatera Utara.
Hal
ini mencuat dalam acara sesi-3 Pra Kongres I Kebudayaan Batak Toba dan Bulan
Kebudayaan Batak, yang dibawakan oleh Lokus Adat Budaya Batak (LABB) dengan
judul "Paradigma Baru Tata Kelola Adat Batak Toba (3E: Esensial, Efektif
dan Efisien).” Sasaran pembahasan ini diharapkan sekaligus dapat menjawab
kebutuhan kalangan Milenial, yang dikhawatirkan makin menjauh dari adat.
Acara
digelar pada hari Selasa, 27 September 2022, di Balai Soesilo Soedarman,
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Jakarta Pusat. Adapun Pembicara
adalah Ketua Umum Dewan Mangaraja LABB, Brigjen TNI (Purn) Berlin Hutajulu;
dengan Pembahas: 1) Prof. Dr. Payaman Simanjuntak; 2) Drs. H. Ramses
Hutagalung, M.M; 3) Ketua Umum Pemuda Batak Bersatu (PBB), Lambok F. Sihombing,
S.Pd; dan Moderator: Dr. Pontas SInaga, M.Sc dari Batak Center.
Dalam
pembahasannya, Pembicara dan para Penanggap sepakat, agar Adat Budaya Batak
Toba, perlu disederhanakan dengan prinsip 3E: Esensial, Efektif dan Efisien.
Agar para milenial tidak menganggap, melaksanakan adat tersebut mahal dan
ribet, sehingga mereka juga dapat menjadi generasi yang secara otomatis
melestarikan budaya Batak.
Foto: Pembicara Utama dan para Penanggap dalam sesi-3, bertema "Paradigma Baru Tata Kelola Adat Batak Toba (3E: Esensial, Efektif dan Efisien)
“Dalam
perkembangannya belakangan ini, kearifan Lokal yang terkait dengan Budaya
Batak, kami telah melakukan pengkajian sebelumnya, termasuk kaitannya dengan
pariwisata. Sehingga, kearifan lokal ini sudah menjadi bagian pembelajaran
dalam kurikulum Sejarah Sumatera Utara di UISU,” ungkapnya.
Tentu,
hal ini merupakan salah satu upaya turut melestarikan Budaya Batak, salah
satunya adalah Budaya Batak Toba yan sedang dibahas, yang akan menjadi kajian
selanjutnya dalam mengembangkan kearifan lokal itu sendiri. Banyak hal yang
harus terus dipelajari dalam adat istiadat serta budaya Batak, termasuk rumpun
Batak lainnya.
Dr.
Dahlena Sari Marbun, M.Ed yang juga sebagai Kepala Pusat Studi Sejarah, Budaya,
dan Kearifan Lokal ini mengatakan, pihaknya memiliki Laboratorium Sosial yang merupakan
sebuah laboratorium yang unik dan belum pernah ada sebelumnya di Sumatera
Utara. Laboratorium Sosial menjadikan manusia dan lingkungannya beserta segala
aspek yang menyertainya sebagai objek pengkajian dan pengembangan.
Selanjutnya,
berdasarkan kajian dalam Laboratorium Sosial akan dihasilkan kebijakan yang
dapat mendukung pengembangan kluster wisata. Kajian terkait dengan pengembangan
dengan infrastruktur dan pengembangan sumber daya manusia, sebagaimana pernah
dikatakan Sekda Langkat dr. H. Indra Salahudin, M.Kes, M.M yang mengatakan,
salah satu yang potensial untuk
Laboratorium Sosial adalah sumur minyak
pertama di Indonesia yang terdapat di Desa Telaga Said, Kecamatan Sei Lepan, Kabupaten
Langkat.
Terkait
hal tersebut, Dr. Dahlena Sari Marbun, M.Ed menambahkan, Desa Telaga Said,
Kecamatan Sei Lepan, Kabupaten Langkat sangat membanggakan dan patut untuk
dijadikan salah satu bagian dari Laboratorium Sosial karena sumur minyak
pertama di Indonesia kaya akan nilai historis dan edukasi bagi generasi muda
bangsa.
“Bukan
hanya sisi sejarah, Kabupaten Langkat juga kaya akan potensi kearifan lokal,
potensi bahari, dan potensi kekayaan alam yang sangat melimpah dan dapat
dijadikan sebagai objek kajian ilmiah dan juga sarat akan potensi
pariwisata,”ucapnya.
Sementara
itu, event Pra Kongres I Kebudayaan Batak Toba dan Bulan Kebudayaan Batak, dilaksanakan
selama 2 (dua) hari, dari tanggal 26-27 September 2022. Di hari pertama ada
sesi 1 yang berdiskusi soal Budaya Global, sesi 2 diskusi soal Bahasa dan
Aksara Batak.
Sedangkan
hari kedua, ada sesi-3, yang menggelar Paradigma Baru Tata Kelola Adat Batak
Toba, dan sesi-4, diskusi panel soal peranan Wanita dalam G 20 kaitannya dengan
wanita pedesaan. Setelah itu, dilanjutkan dengan acara Fashion show pakaian
wanita dari bahan Ulos Batak, dan pertunjukan musik dari Artis Top Batak,
Dorman Manik dan Rany Simbolon.
Diketahui,
Pra Kongres I Kebudayaan Batak Toba dan Bulan Kebudayaan Batak ini
diselenggarakan oleh Batak Center, yang Panitianya diketuai, Irjen Pol. (Purn)
Drs. Erwin T.P Lumban Tobing, yang digawangi oleh organisasi Batak Center. Pembukaan
secara resmi dilakukan, Dr. H. Sandiaga S. Uno, M.B.A dari Bali via zoom, dan
disambut dengan pemukulan gong oleh Ketua Umum Batak Center, Ir. Sintong M.
Tampubolon di Balai Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona, Kemenparekraf,
Jakarta Pusat.
Adapun
Kongres I yang diketuai Prof. Dr. Robert Sibarani, M.S akan digelar pada
tanggal 20-22 Oktober 2022, di T.B Silalahi Center, Balige, Kabupaten Toba,
Sumatera Utara. Sekitar 350 orang akan hadir yang terdiri dari para pakar
maupun pegiat budaya Batak Toba, serta para akademik, yang akan menghasilkan
setidaknya buku-buku dari beberapa aspek budaya Batak Toba yang dirumuskan,
untuk selanjutnya dapat dijadikan referensi dan rujukan dalam pelestarian
Budaya Batak ke depan. DANS