"Anugerah Terindah" (2)

 

Novel Perdana, Karya : YM. Sjahrir Tamsi
Tomakaka Adaq Jambu Cappa Bate Dara' Kerajaan Binuang Mandar
(Ketua Adat Komunitas Jambu Penghujung Batas Kerajaan Binuang Mandar)
Editor : W. Masykar. 
Kebahagiaan kedua pasangan muda mudi ini (YM. Sjamsi dan YM. Mirah) tidak berlangsung tanpa rintangan. Dalam kedamaian yang baru mereka rasakan, ujian dari takdir mulai hadir, seperti angin badai yang datang tanpa peringatan dan bagai hujan yang tiba-tiba turun membasahi bumi tanpa didahui dengan kilat dan petir. Kabar tentang hubungan YM. Sjamsi dan YM. Mirah tersebar di kalangan Bangsawan di Kerajaan itu. Beberapa diantaranya mendukung dengan tulus, akan tetapi tidak sedikit pula yang memandangnya dengan iri dan skeptis.

Seri 5 : Ujian Takdir
"Sjamsi," ujar Paman YM. Abdillah suatu hari, ia seorang Penasihat Kerajaan yang sangat dihormati. 
"Cinta adalah anugerah, akan tetapi kamu harus ingat bahwa takdirmu adalah melayani Kerajaan. Tidak semua orang akan memahami keputusanmu, terlebih jika itu melibatkan Hati."

YM. Sjamsi menatap Pamannya dengan penuh keyakinan. "Paman, YM. Abdillah, aku percaya cinta bukanlah kelemahan, akan tetapi sebuah keniscayaan dan kekuatan (strong point). Bersama YM. Mirah, aku merasa memiliki alasan lebih besar untuk melayani Kerajaan ini dengan hati yang utuh."

Namun, rumor semakin berkembang. Beberapa pihak mulai mempertanyakan kesetiaan YM. Mirah kepada Kerajaan, menuduh bahwa ia memiliki agenda terselubung. Tuduhan itu tidak hanya melukai hati YM. Mirah, akan tetapi juga membuat YM. Sjamsi merasa bersalah.

"Aku tidak ingin menjadi alasan ketidakpercayaan mereka kepadamu, YM. Sjamsi," kata YM. Mirah suatu malam, ketika mereka duduk di taman tempat biasa mereka bertemu.

"Tidak," YM. Sjamsi menggenggam tangannya dengan erat. "Kau adalah kekuatanku (my strong point). Kita akan melewati ini bersama. Aku tidak akan membiarkan siapa pun meragukanmu."

"Cinta kasih di dalam hati itu terbagi-bagi bagaikan dahan-dahan pohon cedar. Jika pohon itu kehilangan satu dahan yang kuat, ia akan menderita namun tidak mati. Pohon itu akan menumpahkan seluruh daya hidupnya ke dalam dahan berikutnya, sehingga ia akan tumbuh dan mengisi tempat yang kosong". (Khalil Gibran)

Seri 6 : Di Antara Dua Dunia
Situasi semakin rumit ketika Raja memanggil YM. Sjamsi ke Balairung Kerajaan. Wajah Raja terlihat penuh kekhawatiran. "Sjamsi, anandaku, aku memahami perasaanmu kepada YM. Mirah. Namun, kamu harus mengerti bahwa posisimu bukan hanya tentang dirimu. Seluruh Kerajaan ini bergantung padamu."

YM. Sjamsi menundukkan kepala. "Ayahanda, aku tidak pernah berniat melawan kehendak Kerajaan. Aku hanya ingin hidup dengan seseorang yang membuatku merasa utuh."

Raja menghela napas panjang. "Jika itu keinginanmu, maka buktikanlah kepada seluruh Kerajaan bahwa YM. Mirah layak menjadi bagian dari keluarga ini. Tunjukkan bahwa cintamu adalah kekuatan (strong point), bukan kelemahan (weakness)."

Kata-kata Raja menjadi tantangan besar bagi YM. Sjamsi. Ia tahu, cinta mereka harus melalui ujian yang lebih berat. Bersama YM. Mirah, ia mulai melakukan berbagai upaya untuk membuktikan bahwa cinta mereka tidak hanya sekadar emosi, akan tetapi sebuah komitmen yang murni nan kokoh.

YM. Mirah, di sisi lain, merasa bahwa ia harus membuktikan dirinya. Ia mulai aktif dalam kegiatan sosial Kerajaan, membantu rakyat kecil, dan menunjukkan kepeduliannya terhadap kesejahteraan banyak orang. Kehadirannya mulai diterima oleh beberapa pihak, akan tetapi masih ada bayangan skeptisisme yang mengintai.

Seri 7 : Cahaya Dalam Kegelapan
Suatu hari, sebuah wabah melanda desa-desa di sekitar wilayah Kerajaan. Rakyat membutuhkan bantuan mendesak, dan YM. Sjamsi memutuskan untuk memimpin langsung misi kemanusiaan dan penyelamatan bersama YM. Mirah.

"Dalam saat-saat seperti ini, kita harus menunjukkan bahwa cinta dan kepedulian kita bukan hanya untuk diri sendiri, akan tetapi untuk mereka yang membutuhkan," kata YM. Sjamsi kepada YM. Mirah.

Bersama-sama, mereka bekerja tanpa lelah. YM. Mirah merawat para korban dengan tangannya sendiri, sementara YM. Sjamsi mengatur logistik dan memastikan semua kebutuhan terpenuhi. Usaha mereka tidak sia-sia. Perlahan, wabah berhasil dikendalikan, dan rakyat mulai melihat YM. Mirah sebagai sosok yang layak mendampingi YM. Sjamsi.

"YM. Mirah adalah cahaya dalam kegelapan ini," kata seorang sesepuh desa kepada Raja. "Kami berutang banyak padanya."

Perlahan tapi pasti, cinta mereka tidak hanya menyatukan dua hati, akan tetapi juga menyatukan seluruh Kerajaan.

Seri 8 : Janji di Bawah Langit
Pada malam yang cerah, di tempat yang sama di mana mereka pertama kali menyatakan perasaan Hati mereka, YM. Sjamsi mengulurkan sebuah Cincin Emas 24 Karat yang diketahui merupakan Emas Paling Murni yang ada dan tidak dicampur dengan logam lain karena memiliki Kadar Emas 99,9 Persen, kepada YM. Mirah.

"YM. Mirah, Dikau adalah Anugerah Terindah dalam hidupku. Bersamamu, aku merasa bisa menghadapi segalanya. Maukah engkau menjadi pendampingku, untuk selamanya..?"

Dengan air mata kebahagiaan, YM. Mirah mengangguk dan mengulurkan jari manisnya sambil berucap dengan pelan dan lembut : "Aku bersedia, YM. Sjamsi. Aku akan menjadi bagian dari duniamu, dan kita akan membangun masa depan bersama."

Di bawah sinar rembulan, mereka berjanji untuk saling mencintai dan mendukung dalam setiap langkah kehidupan mereka. Cinta mereka kini tidak hanya menjadi kisah pribadi, akan tetapi juga menjadi "Inspirasi" bagi seluruh Kerajaan.

Mereka telah membuktikan bahwa cinta sejati adalah kekuatan (strong poit) yang mampu mengalahkan segala rintangan, dan bahwa setiap ujian hanya membuat mereka semakin kuat. (Bersambung)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama