Novel Perdana, Karya : YM. Sjahrir Tamsi, Tomakaka Adaq Jambu Cappa Bate Dara' Kerajaan Binuang Mandar (Ketua Adat/Kepala Distrik Jambu, Cappa Bate Dara' Kerajaan Binuang Mandar).
Seri 13. "YM. Pangeran Arya Dirgantara Beranjak Balita"
Waktu berlalu dengan cepat. YM. Pangeran Arya Dirgantara kini memasuki usia balita. Istana yang sebelumnya tenang kini dipenuhi suara tawa kecil dan langkah-langkah mungil yang lincah. Kehadirannya membawa warna baru dalam kehidupan Kerajaan, menjadi pusat perhatian setiap orang.
YM. Sjamsi pun senantiasa mendidik YM. Pangeran Arya Dirgantara, laksana : "Guru BK" jaman now yang memberikan layanan "Bimbingan dan Konseling" kepada Peserta Didiknya di sekolahan masa kini dengan "Pendekatan Psikologi Anak Usia Dini". Menggabungkan Teori Perkembangan Kogtitif ; Jean Peaget, Behaviorisme dan Saintifik, meskipun tugasnya di Kerajaan menumpuk.
"Arya, lihat ini," ujar YM. Sjamsi sembari menunjukkan mainan tradisional berupa kuda kayu yang dibuat oleh para pengrajin Istana. Pangeran kecil itu berlari dengan penuh semangat, memeluk mainan itu, dan tertawa senang.
YM. Mirah, yang memandang dari kejauhan, tersenyum tulus dengan penuh kasih sayang. Ia tahu, meski masih kecil, YM. Pangeran Arya Dirgantara sudah menunjukkan tanda-tanda kecerdasan dan keberanian. "Semoga Dia akan menjadi pemimpin yang bijak, seperti Ayahandanya," gumam YM. Mirah dalam hati.
Sejak dini, YM. Sjamsi dan YM. Mirah menanamkan nilai-nilai luhur dan agama kepada YM. Pangeran Arya Dirgantara. Sang Pangeran kecil diajarkan untuk menghormati semua orang, dari Bangsawan hingga rakyat biasa. "Seorang pemimpin yang besar adalah mereka yang dekat dengan rakyatnya," kata YM. Sjamsi sambil membimbing tangan kecil YM. Pangeran Arya untuk bersalaman dengan salah satu penjaga Istana.
YM. Mirah juga memperkenalkan tradisi dan budaya Kerajaan kepada putranya. Ia sering mendendangkan lagu-lagu rakyat yang penuh makna berupa nasehat sambil menggendong YM. Pangeran Arya, menceritakan kisah-kisah leluhur mereka yang penuh nasehat, pendidikan, kebijaksanaan dan keberanian. "Ini adalah bagian dari siapa kita, Ananda Arya. Suatu hari, Ananda akan memahami betapa pentingnya menjaga warisan ini," ucapnya lembut.
Pangeran Kecil yang Penuh Keingintahuan
YM. Sjamsi tertawa kecil, lalu menjelaskan dengan sabar. "Langit biru karena pantulan cahaya matahari di atmosfer, dan burung terbang karena mereka diberkahi Allah SWT sang Pencipta Alam Semesta ini dua pasang sayap yang kuat. Suatu hari nanti, Ananda Arya juga bisa terbang tinggi, meskipun tanpa sayap."
Jawaban itu membuat YM. Pangeran Arya Dirgantara terdiam sejenak, sebelum berkata, "Kalau begitu, aku ingin terbang dengan Hati yang kuat seperti Ayah." Kalimat sederhana itu membuat YM. Sjamsi dan YM. Mirah merasa terharu.
Di usia ke-5 tahun, ulang tahun YM. Pangeran YM. Arya Dirgantara dirayakan dengan penuh kemeriahan. Sebuah pesta kecil digelar di taman Istana, di mana anak-anak dari keluarga Bangsawan dan rakyat terpilih diundang untuk merayakan bersama.
Dekorasi berwarna-warni memenuhi taman, dan berbagai permainan tradisional disiapkan. YM. Pangeran Arya Dirgantara nampak sangat bahagia, terutama ketika ia menerima hadiah sebuah pedang kecil yang dihias ukiran khas Kerajaan dari YM. Sjamsi. "Ini bukan sekadar hadiah, Ananda Arya. Ini adalah simbol bahwa Ananda akan menjadi pelindung Kerajaan suatu hari nanti," ujar YM. Sjamsi sambil meletakkan pedang kecil itu di tangan putranya.
Hari itu berakhir dengan suara tawa dan kegembiraan, namun di hati YM. Sjamsi dan YM. Mirah, ada doa yang terus terucap. Mereka berharap YM. Pangeran Arya tumbuh menjadi pemimpin yang bijaksana, berani, dan penuh cinta seperti yang telah diajarkan sejak dini.
Seri ini menjadi awal perjalanan YM. Pangeran Arya Dirgantara menuju masa depan penuh harapan yang cemerlang, sebagai penerus Takhta Kerajaan yang akan membawa kejayaan dan kebahagiaan bagi semua. (Bersambung)