Refleksi Akhir Tahun, Menunggu Reward Dari Kadis Pendidikan Jawa Timur


Oleh : W. Masykar
Peter Ferdinand Drucker  atau lebih dikenal dengan Peter F. Drucker, adalah seorang penulis, konsultan manajemen, dan "ekolog sosial." Pria yang belakangan disebut sebagai bapak manajemen ini mendefinisikan inovasi sebagai suatu kegiatan yang menciptakan nilai baru dengan menggabungkan sumber daya yang ada secara kreatif.

Dus, termasuk tujuan inovasi adalah menciptakan kenyamanan baru dalam ragam kehidupan melalui penggalian atau pengembangan ide-ide baru yang inovatif sekaligus berhasil diimplementasikan. 

Sehingga bukan sekadar ide dan gagasan yang mengawang awang, bahkan bagaimana mengupayakan kreatifitas  dan mengimplementasikan sesuatu menjadi satu kombinasi. 

Dihampir semua sektor, inovasi lantas menjadi kunci pembuka untuk semua pengembangan dan peningkatan kualitas produk atau hasil.

Saat membuka acara Pelatihan Internalisasi Model Kompetensi Guru Berdasarkan Perdirjen 2626 tahun 2023 dan Pelantikan Pengurus AGSI Kabupaten dan Kota se Jawa Timur, (11/12/2024) di Sidoarjo, Kepala Dinas Pendidikan Jawa Timur DR. Aries Agung Paewai, S.STP., M.M.. mencanangkan tahun 2025 Tahun Inovasi Pendidikan Jawa Timur.

Secara tegas dia mengungkapkan bahwa bukan hanya guru yang harus memiliki inovasi tapi sekolah juga wajib punya inovasi. Semakin banyak inovasi di sekolah tersebut yang nanti akan direkapitulasi.
Tugas ini, meski tetap melibatkan semua komponen yang terlibat di sekolahan tapi Kepala sekolah sebagai manager tetap berada didepan untuk membuat perencanaan, pengorganisasian, menggerakkan sekaligus pengawasan. 

Kepala sekolah harus mampu menjadi administrator dalam mengelola ketatausahaan/ kebijakan dan program sekolah guna mendukung keberhasilan inovasi sekolah.
Apa yang menarik dari gagasan ini? Tidak lain adalah adanya reward yang akan diberikan oleh pemerintah (Dindik Jatim) untuk sekolah dengan score inovasi terbaik.

Aries Agung tampaknya merasa perlu menggugah sekolah untuk tidak stagnan, bahkan hanya menunggu perintah atasan, melainkan bagaimana inovasi tersebut tumbuh dari bawah sehingga diharapkan akan menghasilkan beragam inovasi yang antara sekolahan yang satu dengan lainnya saling ada kompetisi secara baik.

Kedepannya  semakin banyak inovasi di sekolah, akan menjadi bagian pemprov  memberikan reward kami kepada sekolah.
“Rewardnya dalam bentuk sarana prasarana untuk penunjang peningkatan kualitas pendidikan," tegas Aries.

Eranya dulu hanya meminta, membuat proposal, tapi tidak ada pengembangan pendidikan. Nah sekarang kita balik, kita tuntut dulu inovasi di sekolah sebanyak-banyaknya dan berdampak terhadap pendidikan. Baik bagi guru dan sekolah itu sendiri, maka kita kasih reward nya dalam bentuk sarana dan prasarana.

Pertanyaannya, karena menumbuhkan inovasi sekolah tidak bisa gratis, bagaimana dengan sekolah yang tidak memiliki cukup anggaran untuk membangun inovasi sekolah?

Meski digerojok anggaran pun belum tentu juga sekolah mampu mewujudkan inovasi sekolah atau sekolah yang inovatif? (*)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama