Kapten Laurent dan Sabiq (bagian 3 episode 10)

Karya : Bayu W.
"Côte de nacre"
Bagian 3 (episode 10)
Editor : W. Masykar
"Kapten Laurent dan Sabiq"
Di kuliah program master tahun pertama, Sabiq menemui banyak kesulitan. Teman-temannya sudah belajar tentang pemahaman konten perkuliahan, Sabiq masih sibuk mengartikan Bahasa Prancis, kata per kata. Belum konten perkuliahannya. Teman-teman kuliah di tahun pertama Sabiq, kurang bersahabat. Mungkin karena Sabiq belum lancar berbahasa Prancis, jadi juga sulit untuk berdiskusi atau berbasa-basi dengan lainnya. Sabiq kuliah di kampus II université de Caen, di kampus Côte de Nacre, tepatnya di Ensi Caen. 
Suatu ketika temannya bernama Rock menemui Sabiq dan menyampaikan bahwa temannya yang bernama Anne tersinggung dengan Sabiq. Sederhana penyebabnya. 
“Sabiq, je peux te parler maintenant ?", (Sabiq, saya bisa bicara dengan kamu sekarang ?) kata Rock.
"Oui, bien sûr à propos de quoi ?", (iya, tentu, tentang apa ?) jawab Sabiq
"Si t’as le temps, on peut maintenant aller chez moi", (jika kamu punya waktu, kita bisa ke rumah saya sekarang) tambah Sabiq.

Sabiq berfikir bahwa ini kesempatan baik untuk lebih mengenal Rock dan bisa bertanya tentang pelajaran. Mereka berdua akhirnya berjalan menuju cite-u dan naik lift ke lantai 4, kamar Sabiq.

"Bon, avant qu’on se discute, je prépare à manger, typique Indonésien, mais en peu épicé. Tu manges un peu épicé ?", (baik, sebelum kita diskusi, saya siapkan makanan khas Indonesia, tetapi agak pedas. Kamu makan agak pedas ?) kata Sabiq.
"Okay, ce n’est pas grave, je mange aussi", (okay, tidak masalah, saya makan juga) jawab Rock.
Setelah siap, mereka berdua akhirnya makan Bersama, oseng-oseng lauk telur yang disiapkan Sabiq. Sambil diskusi.
"Au fait, tu veux parler de quoi ?", (jadi kamu ingin bicara tentang apa ?) tanya Sabiq.
"Non, au fait ce n’est rien. Just ce matin, Anne m’a demandé de te parler à propos de ton habitude", (tidak, sebenarnya tidak penting. Hanya tadi pagi Anne meminta saya untuk bicara dengan kamu tentang kebiasaan kamu) jawab Rock.
"Quelle habitude ?", (kebiasaan yang mana ?) tanya Sabiq
"Chaque fois, Anne voulait faire un bisse avec toi, tu la refuses et elle ne comprend pas pourquoi. Elle pensait que ses joues sont sales ou à cause des autres raisons ?", (setiap saat Anne ingin tempel pipi kanan kiri dengan kamu, kamu selalu menolaknya dan dia tidak mengerti kenapa. Dia mengira bahwa pipinya kotor atau karena alasan lain ?) kata Rock.
“O… à ce sujet, tu veux me parler. Non, ce n’est rien Rock. Au fait, je suis musulman et n’import ou je suis, je vais essayer de faire mieux pratiquer ma religion. Tu peux lui dire que ce n’est pas à cause de ses joues qui sont sales, non. Ou bien, tu peux lui parler, tout simplement que je n’ai pas l’habitude de faire bisse en Indonésie", (o … tentang itu ya kamu ingin bicara dengan saya. Tidak, itu bukan apa-apa Rock. Sebenarnya saya seorang muslim dan di mana saja saya berada, saya akan mencoba mempraktikkan agama saya sebaik mungkin. Kamu bisa bilang ke dia bahwa bukan karena pipinya kotor, bukan. Atau, kamu bisa bilang ke dia, secara simple saja bahwa saya tidak bisa melakukan itu di Indonesia) jelas Sabiq.

Setelah dijelaskan oleh Sabiq tentang itu, Rock akhirnya faham dan diskusi saat itu menjadikan mereka berteman akrab. Rock akhirnya sering main ke kamar cite-u nya Sabiq dan selalu disiapkan makanan khas Indonesia. 

Anne dan juga teman-teman lainnya akhirnya faham setelah dijelaskan oleh Rock tentang Sabiq. Sejak saat itu Rock sering main ke asrama Sabiq untuk belajar bersama yang sebelumnya selalu Sabiq menyiapkan makanan. 

Setiap selesai mengerjakan latihan soal, Rock selalu membuang coret-coretan nya yang salah ke kotak sampah di pojok kamar Sabiq. Sabiq merasa sangat terbantu karena dengan belajar kelompok itu, bisa bertanya ke Rock. Uniknya, setelah Rock pulang, Sabiq mengambil kertas coretan yang dibuang di tempat sampah tadi dan mempelajarinya lembar per lembar. 

Sabiq berkomitmen harus belajar lebih rajin dibanding teman-temannya orang Prancis. Meskipun Sabiq merasa sangat berat kuliah di tahun pertama program master. Akhir tahun pertama akademik, diumumkan bahwa Sabiq tidak lulus, alias DO bersama satu orang teman lainnya. Sabiq sangat sedih karena rerata nilai semua pelajaran tidak sampai 10/20. Keputusan itu membawa konsekuensi bahwa Sabiq harus mencari kampus lain dan jika tidak dapat tentu harus kembali ke tanah air. 

Tidak sengaja siang hari setelah pengumuman itu, Sabiq ke labo tempatnya magang penelitian master. Sabiq dipanggil oleh Prof. Dubuc.
"Sabiq, venez à mon bureau", (Sabiq, datang ke ruang saya) kata Prof. Dubuc.
"Vous connaissez que vous n’avez pas réussi votre examen ?", (kamu tahu bahwa kamu tidak berhasil ujian) kata Prof Dubuc ketika Sabiq sudah duduk di kursi depannya.
"Oui"(iya) kata Sabiq.

Sabiq benar-benar sudah pasrah. Langkah apa yang akan diambil oleh Prof Dubuc, direktur program Master. Di luar dugaan Sabiq, ternyata Sabiq tidak dikeluarkan atau pindah tetapi masih diberi kesempatan sekali lagi mengulang di program yang sama. Alhamdulillaah gumam Sabiq dalam hati.Tahun kedua program master dilalui Sabiq dengan lancar. Meskipun terjadi perubahan kurikulum, dan semua materi perkuliahan juga materi baru bagi Sabiq, perkuliahan berjalan lancar. Alloh SWT  mentaqdirkan di tahun kedua, Sabiq berteman dekat dengan tiga orang, Sandra, Cedrick, dan Salem, ketiga nama itu adalah mahasiswa-mahasiswa terpintar di Ensi Caen.

Maka Sabiq juga mendapat manfaat baiknya, semua kuliah teori Sabiq lulus dan tidak ada yang mengulang. Demikian juga hasil riset program master Sabiq memberikan hasil yang cemerlang dan mendapat pujian dari banyak kolega di labo serta oleh juga para professor. Suatu ketika di akhir riset, direktur labo Prof Debloyet menyampaikan apresiasinya kepada Sabiq di depan teman-teman labo lainnya tentang hasil riset Sabiq.(*)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama