Kapten Laurent dan Sabiq (bagian 3 episode 7)

 Karya : Bayu W.
"Madame Michelle"
Bagian 3 (episode 7)
Editor : W. Masykar
"Kapten Laurent dan Sabiq"
Siang itu Sabiq mendapat tugas maju ke depan kelas untuk perkenalan. Madame Michelle adalah salah satu dari 4 pengajar Bahasa Prancis di CCF (Centre Culturelle de France), di daerah Wijaya Kebayoran Baru Jakarta.
“Je m’appelle Sabiq, je suis indonésien, je suis né à Nganjuk", (nama saya Sabiq, saya berkewarganegaraan Indonesia, saya lahir di Nganjuk) kata Sabiq.
"Oui, c’est très bien, tu continues, Sabiq", (iya, bagus sekali, kamu lanjutkan Sabiq) kata Madame Michelle.
"Je suis enseignant, et j’ai 25 ans", (saya seorang pendidik, saya berusia 25 tahun) lanjut Sabiq.
"Bravo, c’est très bien", (bagus, itu sangat bagus) kata Madame Michelle.
Sore itu sambil pulang jalan kaki ke daerah Petogokan, Sabiq merenungi yang dia alami belum genap sampai satu tahun sejak memutuskan untuk meninggalkan Kupang, banyak sekali perubahan perjalanan hidupnya. 

Saat itu setelah tiba kembali di Malang, Sabiq memutuskan untuk ikut test cpns di Unila. Itu adalah saran dari kakak kelasnya ketika ditemui di Mataram agar mencari peluang kerja di Indonesia wilayah barat. Maka Sabiq bimbang saat itu, antara memilih ikut test di Bandar Lampung atau di Banjarmasin. Dua-duanya adalah luar jawa yang dekat dengan jawa dan merupakan pintu masuk Sumatra dan Kalimantan. Tentu akan prospek untuk maju. Sabiq memutuskan ikut test di Lampung.

Sabiq ingat betul saat itu untuk pertama kalinya merantau ke Lampung, ikut test. Dan yang luar biasa adalah Sabiq merupakan satu-satunya peserta test cpns yang ikut test tulis di Malang, sedangkan pelamar yang lain mengikuti tahapan test dengan hadir langsung di Unila. Suatu ketika ada peserta yang teliti mencermati daftar nama hasil test, karena test tulis berbasis sistem gugur, sehingga jika tahap pertama gagal, maka namanya langsung tidak ada. Begitu seterusnya sampai tahap akhir, yaitu wawancara.

Ketika tiba pada tahap wawancara dan presentasi semua calon peserta yang lulus test tulis harus hadir di tempat dan tidak bisa untuk tidak hadir. Tidak hadir berarti gagal. 

"Assalaamu’alaikum …. kamu ya yang bernama Sabiq? Saya Toni”, tanya Toni.
Toni adalah peserta test yang mencermati nama Sabiq selalu ada di daftar kelulusan tahapan test tulis, tetapi orangnya tidak ada di tempat. Maka Toni penasaran saat tahap wawancara ada peserta yang baru kelihatan saat itu.
“Wa’alaikum salam, iya saya Sabiq, ada apa ?", tanya Sabiq.
"Saya perhatikan kamu tidak hadir saat test tulis, tetapi koq tiba-tiba datang tahap wawancara. Yang lain semuanya selalu hadir", kata Toni.
"Nggak tahu, saya memang mendapatkan ijin untuk ikut test di Malang dari panitia dan ada surat tertulisnya”, jawab Sabiq.
"O gitu", kata Toni.
Toni mengerti jawaban Sabiq itu dan sejak saat itu Sabiq bersahabat dengan Toni. 

Karena belum ada pengumuman hasil test, maka Sabiq kembali ke Kupang. Kembali Sabiq menjalani hari-harinya dengan aktivitas mengajar di kampus, sore ngajari ngaji Nico, sehabis subuh ngepel, dan aktivitas dengan teman-teman di pencak silat. Putaran detik jam, terasa sangat lambat bagi Sabiq, untuk bersegera mendapat kabar hasil test nya.

Perasaan gelisah Sabiq terjawab satu bulan kemudian ketika menerima telegram dari Fathur, teman kost di Malang bahwa Sabiq lulus. 
“Alhamdulillaah Bu, Sabiq lulus”, kata Sabiq sambil memegang telegram dari Fathur
“O …. Test kamu kemarin yo le”, kata Bu Nasikun.
Sabiq menemui Bu Nasikun ke dapur dan mengabarkan hasil test nya. Bu Nasikun berhenti sebentar dari aktivitas masaknya. Sabiq sudah dianggap seperti anak sendiri.
"Wah … lha kamu berarti akan meninggalkan kita", lanjut Bu Nasikun.
"Iya, nanti khan tetap bisa main ke sini lagi", jawab Sabiq.
"Bapakmu sudah denger belum ?", tanya Bu Nasikun.
"Belum, ini tadi baru saya menerima telegram", kata Sabiq.

Sore harinya ketika Pak Nasikun pulang, Bu Nasikun menceritakan tentang Sabiq diterima kerja di Lampung, akan pindah meninggalkan Kupang. Malam itu menjadi kabar sedih bagi semua keluarga di Kupang dan juga teman-teman Sabiq. Tetapi justru bagi Sabiq, pengumuman itu menjadikan kepastian masa depan. Seminggu kemudian Sabiq bersiap untuk meninggalkan kota Kupang dan mulai bertugas ke Lampung. 

Lembar kehidupan baru di kota Bandar Lampung. Perasaan yang membuatnya tidak sreg saat di Kupang dulu, kini terjawab bahwa Alloh SWT mentaqdirkan Sabiq untuk menetap di Bandar Lampung. Ya, kota dinamis sebagai pintu masuk transportasi semua kota-kota di Sumatra dari Jawa atau sebaliknya yang menuju Jawa. Merupakan propinsi yang menjadi destinasi transmigrasi pertama dalam sejarah transmigrasi penduduk jawa, tahun 1901, sebelum kemerdekaan. Propinsi yang terkenal dengan semboyan Sang bumi ruwa jurai yang artinya satu bumi dua aliran adat budaya. Sang bumi ruwa jurai merupakan simbol keragaman etnis dan budaya Lampung, baik adat budaya yang tumbuh dari penduduk yang awalnya pendatang, maupun penduduk asli.

Tidak terasa lamunan Sabiq mengingat perjalanannya merantau ke Kupang dan balik ke Malang lagi, hingga sekarang sebagai dosen di Unila, terhenti ketika pundak Sabiq ditepuk Tanto. Di pertigaan gang sempit di kampung padat daerah Petogogan – Kebayoran Baru, mereka terpisah gang. Ya, sekarang Sabiq sedang kursus Bahasa Prancis dan Tanto adalah salah satu di antara 17 teman kursus lainnya. Kontrakan Sabiq dekat dengan Tanto, tetapi beda gang, sehingga pergi pulang ke tempat kursus mereka sering bersamaan.

Sabiq sendiri melanjutkan jalannya menuju gang tempat kontrakannya. Lagi-lagi Sabiq merenungi kisahnya sekitar 4 bulan lalu sebelum ikut program kursus Bahasa Prancis.

Setahun menjadi dosen di Unila, suatu siang di bulan Agustus 1996 Sabiq ikut penjelasan tawaran beasiswa studi ke Prancis. Sekitar 50 orang dosen tertarik mengikuti seleksi. Semua berkas lamaran dikumpulkan saat itu, termasuk berkas Sabiq. Seminggu kemudian, ada panggilan untuk wawancara, sekitar 31 orang dipanggil untuk ikut test wawancara ke Jakarta. Alhamdulillaah termasuk Sabiq di dalam daftar itu itu.Dosen muda yang ikut wawancara ke Jakarta sekitar 13 orang, sisanya para senior dosen S2 yang akan lanjut beasiswa ke S3. Mereka banyak yang lulusan luar negeri. Malam itu semua pergi bersama-sama rombongan ke Jakarta, naik bis umum. 

"Sabiq, kamu sudah siapkan berkas-berkas?”, tanya Toni.

“Alhamdulillaah sudah, proposal riset khan maksud kamu?”, jawab Sabiq yang juga balik bertanya.

“Iya, berkas yang lainnya khan sudah nggak perlu karena sudah dikirimkan”, kata Toni yang kemudian mengajak sholat dhuha dulu di musholla gedung tempat wawancara.

Alhamdulillah Sabiq memiliki dua modal penting, pertama bahwa saat penelitian skripsi, Sabiq melakukan riset di laboratorium sipil beton, ketua lab nya alumni Prancis, Sabiq dulu sering mendapat cerita. Kedua, Sabiq punya kenalan doctor yang baru saja lulus studi dari Prancis, dosen Unhas. Tentu dua hal itu menjadi modal penting untuk wawancara.

Satu per satu semua pendaftar dipanggil masuk untuk wawancara dengan Bahasa Inggris. Peserta yang sudah wawancara saling diam tidak terbuka menceritakan tentang isi wawancara. Peserta yang lolos nantinya akan ada pelatihan Bahasa Prancis secara intensif. Giliran Sabiq wawancara tiba. Pewawancara ada dua orang profesor.

"Actually, what is your motivation to join this program. I mean, why France? As you know there are many good universities in Australia, America… and they use English”, kata salah satu professor pewawancara.

Sabiq kemudian panjang lebar bercerita bagaimana dia sejak jadi mahasiswa S1 sudah penasaran ingin kuliah ke Prancis. Hal ini karena dapat cerita dari dua orang alumni Prancis. Sabiq sudah mengetahui iklim belajar dan riset di Prancis. Intinya bahwa Sabiq sudah siap secara mental untuk studi di Prancis. Bahkan Sabiq dapat menyebutkan beberapa nama kampus yang diinginkannya untuk kuliah master, termasuk gambaran sedikit tentang kotanya. Kegiatan mahasiswa-mahasiswa Indonesia di Prancis, juga sedikit dijelaskan oleh Sabiq.

Meskipun berangkat bersamaan, ketika pulang tidak bersamaan karena waktu selesai wawancara tidak sama, kecuali yang membang janjian. Sabiq dan Toni janjian untuk pulang bersamaan. Maka Sabiq masih menunggu Toni karena wawancaranya setelahnya.

Dua bulan dari waktu wawancara, alhamdulillaah keluarlah pengumuman kelulusan hasil wawancara. Tanggal 17 Oktober 1996, Sabiq menerima telpon bahwa termasuk dari 4 dosen yang lulus wawancara. Saat itu Sabiq sedang ijin pulang ke Jawa. Seminggu kemudian Sabiq kembali ke Lampung, kemudian menerima surat tertulis hasil wawancara. Tiga orang teman dosen yang lain adalah para senior yang sudah berijazah S2 dari Amerika, Sabiq adalah satu-satunya yang berijazah S1. Lagi-lagi Sabiq teringat nasehat Pak Pingi, gurunya SMP. 

Perjalanan hidupnya yang menurut Sabiq cepat berubah itu, menjadikannya terkadang merenunginya hikmahnya. Bagaimana Sabiq ketika pergi pulang dari Jawa ke Lampung, harus tidur di tiap terminal kota-kota yang dilaluinya, karena tidak dapat tiket bis yang langsung. Yang tersisa hanya bis executive, harganya mahal. Pernah suatu malam, Sabiq hampir berkelahi dengan pencopet di terminal Cirebon, karena jam Sabiq ditarik.Lamunan Sabiq itu terhenti ketika Madame Michelle mulai mendikte Bahasa Prancis dan peserta diminta menuliskannya. Susah. Teman-teman Sabiq juga merasa kesusahan semua. Peserta kursus dari berbagai daerah di Indonesia; Lampung, Pekanbaru, Yogyakarta, Bengkulu, Denpasar, Solo, dan Jember. Sabiq termasuk peserta yang biasa-biasa saja dan merupakan satu dari 4 peserta yang baru saja selesai pra jabatan PNS.(*)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama