Jelang Pilkada Lamongan, Ada Upaya Menghambat Langkah "Putra Mahkota"


Oleh : W. Masykar (wartawan wartamerdeka.info)

BURSA Pemilihan bupati (pilkada serentak) 2020, diprediksi bakal ramai, setidaknya yang akan terjadi di kabupaten Lamongan.
Tak sekadar banyaknya kandidat yang bakal maju sebagai bakal kandidat, namun habisnya masa periode bupati Fadeli yang sudah dua kali menjabat bupati kota Soto itu, dianggap semua kembali memiliki peluang dan kesempatan yang sama.

Tak ada kandidat petahana, membuat siapa saja tokoh yang dinilai layak akan termotivasi atau dimotivasi untuk maju, meski rumor yang berkembang, putra bupati Fadeli, Dedi Noerdiawan digadang gadang bakal ikut meramaikan bursa pilbup.

Rumor tersebut, disinyalir melahirkan spirit optimistik bagi kandidat yang terus bermunculan untuk, setidaknya menghambat aliran dukungan untuk Dedi Noerdiawan. Dominasi kekuasaan haruslah berpindah, setidaknya inilah pendapat sebagian besar warga masyarakat Lamongan.

Sebab, upaya menghadang putra bupati Fadeli untuk maju menjadi kandidat bupati dengan hantaman "politik dinasti" tidaklah cukup alasan mengingat persoalan politik dinasti sudah diputus oleh Mahkamah Konstitusi (MK). Melalui  Putusan  Mahkamah Konstitusi No.33/PUU-XIII/2015 Tentang Politik Dinasti dalam Undang Undang No.8 Tahun 2015 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota.

Adanya putusan inilah sehingga perdebatan dan polemik soal politik dinasti menjadi reda. Rencana bakal majunya putra bupati Fadeli, Dedi Noerdiawan meramaikan konstestasi bupati kota Soto itu, dinilai cukup membuat was was kandidat lainnya, sangatlah masuk akal.

Sebab, sangat beralasan jika basis pendukung atau loyalis bupati Fadeli masih sangat kuat. Meski Dedi Noerdiawan tidak bisa disamakan dengan bupati Fadeli, namun hubungan anak dengan bapak, tidaklah seperti minyak dengan air.
Ikatan batiniah dan moral tetap kuat dan menyatu.

Lantas, jika demikian, isu politik dinasti yang masih mungkin digulirkan dalam rangka sedikit mampu menghambat laju  kandidat bupati Lamongan dari dinasti kekuasaan hari ini adalah dari sisi kampanye untuk tidak memilih kandidat dari dinasti politik. Meski itupun masih belum cukup kuat untuk memberi pengaruh pada publik pemilih.

Pakar hukum tata negara, Dr. Bayu Dwi Anggono dalam suatu kesempatan disalah satu media pernah menyebut, jika masyarakat sudah jenuh terhadap calon dari dinasti politik maka masyarakat secara bersama-sama sesuai hak konstitusional yang dijamin oleh UUD 1945 dapat melakukan kampanye untuk mengajak tidak memilih calon dari dinasti politik.

Kalau model yang dipilih seperti itu, bisa dipastikan kandidat dari dinasti politik akan menjadi common enemy.
Semua kandidat akan mengobral isu politik dinasti menjadi komoditas politik saat kampanye atau bahkan melalui spanduk dan banner.

Pertanyaan pun kembali bergulir, kalau upaya menghadang laju kandidat dari unsur politik dinasti melalui gerakan moral dan propaganda seperti itu, ternyata menjadi isu sentral secara bersamaan didengungkan oleh semua kandidat, efektifkah upaya penghambatan tersebut?

Nah, disinilah kita harus kembali realistis, bahwa politik dinasti tampak masih sangat dominan dan powerful, apalagi sangat kelihatan jika di paroh akhir kepemimpinan bupati Fadeli tidak seperti yang mungkin dibayangkan banyak orang.

Bupati Fadeli sangat kelihatan akan terus berupaya untuk mengakhiri kekuasaannya dengan Khusnul khatimah seraya akan memulai kembali dengan polesan baru melalui putranya.

Artinya, kenapa Dedi Noerdiawan diisukan akan maju bursa pilbup Lamongan, tapi langkahnya masih terkesan antara iya dan tidak.

Ini pun suatu strategi taktis politis yang sangat luar biasa.

Dalam bahasa lain, pelan tapi pasti, dan bisa juga pelan, ternyata tidak. Kalkulasi politik ini sangatlah realistis, sebab jika vulgar akan sangat berbahaya.

Kalkulasinya bisa, jika bupati Fadeli tetap mengusung putranya (sah secara hukum), bisa saja disandingkan dengan salah seorang kandidat yang sekarang bermunculan. Namun, bila batal mengusung putranya sendiri, dipastikan Sekda Yuhronur akan menjadi pilihan pertamanya untuk didukung. Masalahnya kemudian, bahwa politik itu sangat dinamis banyak kemungkinan dan kompromi kompromi politik akan lahir di injury time, ya kita tunggu saja.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama