Kabid Humas Polda Banten, Nobar Film "Hanya Manusia" Bersama Sahabat Media


SERANG (wartamerdeka.info) -  Keluarga Besar Bidang Hubungan Masyarakat Polda Banten bersama forum wartawan Polda Banten menggelar nonton bareng (nobar) film "Hanya Manusia di Cinemaxx - Mall Of Serang, Jum'at (8/11/2019), Pukul 17:00 Wib.

Kabid humas Polda Banten Kombes Pol Edy Sumardi Priadinata, S.I.K, M.H mengatakan bahwa film dengan genre drama aksi ini merupakan karya sutradara Tepan Kobain serta penulis naskah Rebecca M. Bath, Monty Tiwa dan Putri Hermansjah, dibintangi oleh sederet artis kawakan seperti Prisia Nasution yang berperan sebagai Taruna muda Annisa, Yama Carlos, Lian Firman, Verdi Solaiman, Tegar Satrya, Shenina Cinnamon, Soleh Solihun, Fuad Idris, Nagra Kautsar, Egi Fedly, dan Windy Apsari.

Filn ini menceritakan tentang tugas kepolisian, sehingga diharapkan dapat memberikan pandangan kepada masyarakat atas kinerja aparat kepolisian dalam melindungi warga masyarakat khususnya tentang perdagangan manusia.

"Film ‘Hanya Manusia’ mengisahkan  sosok Polisi yang punya hati dan Humanis, tetapi tetap tegas untuk melakukan tugas profesionalisme kepolisian, Disamping mengemban sebuah amanat serta tugas sebagai anggota polisi yang mengayomi, melindungi, dan melayani masyarakat, polisi juga mempunyai rasa sedih lelah dan marah, namun di balik semua itu kita harus mengedepankan profesionalitas kita sebagai seorang polisi,” jelas kabidhumas Polda Banten.

Selama nonton pertunjukan film berdurasi 90 menit, terlihat keakraban antara personel Bidhumas Polda Banten dengan para awak media.

Film "Hanya Manusia" ini mengisahkan  dilema seorang perwira muda yang harus berbagi waktu antara tugas dan keluarga. Film tersebut menggambarkan bahwa setiap pekerjaan akan memiliki resiko masing-masing, termasuk seorang penegak hukum.

Konflik dari film ini bermula ketika Annisa yang merupakan salah satu petugas kepolisian berpindah tugas ke Jakarta Utara dan bertugas di bagian Satuan Reskrim Metro Jaya Utara.

Dikisahkan bahwa kondisi Wilayah kerja barunya Annisa sedang dalam keadaan darurat perdagangan manusia. Saat itu, Jakarta sedang diteror oleh kasus penculikan anak-anak di bawah umur.

Beberapa korban bahkan ditemukan pihak kepolisian sudah menjadi mayat. Kini, Annisa ditugaskan untuk mengusut tuntas kasus tersebut. Bahkan ironinya, setiap hari selalu ada yang menjadi korban penculikan.

Guncangan mental dan psikologis Annisa menjadi goyah saat mendengar kabar bahwa adik satu-satunya yang sangat dia sayangi diculik sindikat penculikan. Terlebih ia juga selalu mendapat tekanan dari rekan kerjanya untuk bersikap professional. Sehingga tekanan yang dialami Annisa mulai mencapai titik batas maksimal seorang manusia.

Edy menjelaskan bahwa dalam film  ini disampaikan pula pesan bahwa praktek perdagangan orang (human trafficking) bisa terjadi dengan berbagai macam modus operandi, namun yang digambarkan dalam film ini modus operandinya adalah penculikan.

Ia menghimbau masyarakat untuk mewaspadai dalam penjagaan anak terutama dari orang-orang yang tidak dikenal.

“Film ini juga menyampaikan pesan moral terutama untuk generasi muda saat ini, jangan mudah percaya kepada orang yang baru kita kenal, apalagi sampai menawarkan pekerjaan yang tidak jelas yang ujungnya nanti akan menjadi korban perdagangan orang (human trafficking).” tegasnya.

Sementara itu Rekha, wartawan satu banten.com yang ikut menonton mengatakan bahwa dari film ini mendapatkan pelajaran terkait sistem jual beli perempuan, kasus penculikan dan dijadikan korban perdagangan orang (human trafficking).(A)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama