Menunggu Kiprah Pengurus Baru, Yayasan Catur Bakti-Lembaga Pendidikan Sultan Agung Blimbing-Lamongan

(Bagian 1)

Oleh: W Masyikar

Lembaga Pendidikan Sultan Agung Blimbing-Paciran-Lamongan adalah lembaga pendidikan yang didirikan oleh Yayasan Catur Bakti. Yayasan yang didirikan oleh Pelajar Islam Indonesia (PII) pada 1980an, yang sekarang mereka sudah masuk di barisan Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia (KB PII).

Awalnya, lembaga pendidikan Sultan Agung didirikan sebagai pengejawantahan atau implementasi dari salah satu tujuan pendidikan dari PII itu sendiri, yakni kesempurnaan pendidikan dan kebudayaan yang sesuai dengan Islam
untuk seluruh rakyat Indonesia dan umat manusia. Termasuk Tugas utama dari PII adalah menyelenggarakan training, taklim, dan kursus bagi pelajar sebagai upaya untuk membentuk pelajar yang berkepribadian muslim, cendikia, dan pemimpin.

Kepala Dinas Pendidikan Lamongan Adi Suwito saat memberikan wejangan pada kegiatan Mubes Yayasa Catur Bakti Blimbing Lamongan (kanan), H Illa Nur Ali, tokoh senior pendiri Yayasan Carur Bakti (berpeci)

Nah, setidaknya dari sinilah sehingga lembaga pendidikan Sultan Agung didirikan dibawah naungan Yayasan Catur Bakti. Nama Catur Bakti diambil dari komitmen dasar Pelajar Islam Indonesia, yang dikenal dengan empat pilar fungsi dan kemanfaatan PII. Sebab misi yang diemban oleh Pelajar Islam Indonesia adalah, PII sebagai organisasi kader yang berbasis massa Pelajar; PII merupakan salah satu mata rantai perjuangan Ummat Islam dan PII merupakan bagian integral dalam mewujudkan civil society.

Sedangkan Catur Bakti adalah fungsi nilai kemanfaatan dari keberadaan PII. Oleh karena itu, PII memiliki tiga komitmen dasar, yakni Komitmen pada Pelajar atau Ke-Pelajar-an, Komitmen pada Islam atau Ke-Islam-an dan Komitmen pada Indonesia atau Ke-Indonesia-an.

Sementara fungsi dan kemanfaatan PII atau yang dikenal dengan Catur Bakti PII meliputi: PII sebagai tempat berlatih, PII sebagai wahana penghantar sukses study, PII sebagai wadah pembentukan kepribadian muslim dan PII  sebagai alat perjuangan.

Ada batasan waktu ketika seseorang disebut PII yaitu disaat masih pelajar, atau usia pelajar. Sedangkan, kalau sudah berkeluarga, mereka disebut dengan Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia (KB PII). Yayasan Catur Bakti adalah Yayasan milik KB PII yang melahirkan Lembaga Pendidikan Sultan Agung, nama nama seperti, antara lain,  Illa Nur Ali, Kasmono (alm), Muchlis Romli, Nur Tahmid, Amin Thohari, Sudono Sueb, Rahmat Muhsin, Abdul Rokhim, Farid Fathoni, Abdullah Irsyad (alm), Asfandi Barja, Sapran Soekarno, Subekhan ZE, Aryoto, dll adalah sejumlah tokoh dibalik berdirinya Yayasan Sultan Agung dan lembaga pendidikan Sultan Agung Blimbing.

Dalam proses perjalanannya, Yayasan Catur Bakti dengan Lembaga Pendidikan Sultan Agung tidak semulus yang dibayangkan. Sejumlah tantangan terus menghadang didepannya. Namun, dengan kesabaran dan komitmen yang selalu terjaga, sejumlah tantangan tersebut berhasil dilewati, salah satunya adalah masih tetap eksisnya lembaga pendidikan Sultan Agung, mulai PAUD/TK, SD Islam dan SMP Sultan Agung.

Termasuk sudah melewati beberapakali pergantian kepengurusan Yayasan.

Satu hal, yang cukup menarik dan dianggap sebagai tonggak sejarah perjalanan Yayasan Catur Bakti dan lembaga pendidikan Sultan Agung adalah pada proses pergantian kepengurusan (proses pergantian kepengurusan, yayasan Catur Bakti memiliki sebutan sendiri yaitu, Musyawarah Besar atau disingkat MUBES).

Pada kegiatan MUBES yang berlangsung di Selorejo Resort Malang awal Januari kemarin, MUBES  mampu melahirkan hasil yang sangat berbeda dengan sebelumnya. Kehadiran KB PII yang masih tergolong muda dan cukup enerjik diberi kepercayaan untuk mengemudikan lembaga ini lima tahun kedepan.

Menurut H. Illa Nur Ali, salah seorang tokoh senior di Yayasan Catur Bakti, pihaknya memberi kepercayaan penuh pada kalangan KB PII yang masih muda karena menginginkan perubahan di Yayasan dan lembaga pendidikan yang lebih baik.


"Sebelumnya sudah baik, akan tetapi jika dikemudikan oleh yang lebih muda, kan bisa berkembang lebih baik lagi, apalagi mengelola lembaga pendidikan dibutuhkan orang orang yang lincah dan memiliki mobilitas tinggi, dan itu ada di KB PII yang masih muda muda ini," kata Cak Ali, panggilan akrab mantan ketua PW PII Jawa Timur era 80an ini.

Hal senada, dikatakan Muchlis Romli, tokoh senior yayasan Catur Bakti, sekaligus ketua yayasan Catur Bakti periode kemarin, menurut dia, kepercayaan penuh diberikan kepada pengurus baru, untuk mengembangkan yayasan dengan lembaga pendidikannya.

"Saya berharap adik adik yang sekarang menjadi bagian dari pengurus yayasan Catur Bakti, pertama jaga kekompakan dan selalu menjalin komunikasi dengan KB PII atau para dewan pendiri/pembina Yayasan, sebab dengan tetap mengedepankan komunikasi semua persoalan akan cepat terselesaikan," ungkap Muchlis Romli, sesaat setelah kegiatan serah terima, dari ketua Yayasan Catur Bakti sebelumnya, Muchlis Romli kepada ketua baru, yayasan Catur Bakti, Ali Tom in.

MUBES Dihadiri Kepala Dinas Pendidikan Lamongan, Adi Suwito.(*)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama