Dua Sampan Nelayan Tabrakan Di Perairan Brandan, Seorang Tewas Terbelit Baling-baling

Warga melayat di rumah korban tabrakan sampan

LANGKAT (wartamerdeka.info) - Diduga karena minimnya cahaya dan kelalaian pengemudi (tekong), dua sampan nelayan tradisional bermesin jenis Langgai dan Pancung saling bertabrakan di perairan Brandan, tepatnya di seputaran Paluh Medan, Selasa (9/6) sekira jam 02.00 WIB dinihari.

Akibatnya, seorang warga Dusun II, Desa Kelantan, Kecamatan Brandan Barat, Kabupaten Langkat yang diketahui bernama Rahmat alias Amat Leboy (42) tewas di lokasi kejadian, sesaat setelah dirinya terjatuh ke air dan terbelit di propoller (baling-baling) sampan yang dikemudikannya.

Hal ini disampaikan salah seorang petugas Keamanan Laut (Kamla) Pangkalan Brandan yang tak ingin namanya disebutkan. "Yang nabrak ini orang Borboran Sei Bilah. Antara korban dan yang nabrak masih ada hubungan keluarga. Jadi, mereka berdamai secara kekeluargaan aja. Sampan yang nabrak juga sudah kita amankan," ungkapnya, Selasa (9/6) siang.

Terpisah, Kades Kelantan Iqbal membenarkan peristiwa yang menyebabkan salah seorang warganya tersebut tewas. "Tadi malam kejadiannya. Korban mau berangkat ke laut. Sementara, yang nabrak mau pulang ke darat. Info dari warga, rusuk sampan yang ditabrak itu patah," ungkap Iqbal.

Biasanya, kata Iqbal, sampan yang sudah patah atau koyak lambung mauun rusuknya, kemungkinan besar akan karam.

 "Sampai sekarang belum dapat info dimana posisi sampannya. Karena yang ditabrak rusuknya, kemungkinan sampan itu bisa karam," lanjutnya.

Saat disinggung tentang standar keselamatan dan keamanan sampan-sampan tradisional, Iqbal mengatakan, biasanya nelayan selalau sedia senter untuk memberi kode atau tanda. "Biasana pake senter untuk kasih tanda," bebernya. (Sofyan)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama