Berikan Orasi Ilmiah Di UT, Prof Zudan: Kita Harus Terus Belajar Dan Beradaptasi

Prof Zudan: Apakah Sopan Ketika Kuliah Daring Memasang Foto kita, dan Membiarkan Dosennya Bicara Sendirian?
Dirjen Dukcapil Prof. Zudan Arif Fakrulloh
JAKARTA (wartamerdeka.info) -- Dirjen Dukcapil Kemendagri, Prof. Dr. Zudan Arif Fakrulloh, S.H., M.H. menyampaikan, dalam menghadapi Era Disrupsi, Sumber Daya Manusia (SDM) dituntut untuk adaptif dalam menghadapi perubahan, sehingga SDM yang merupakan penggerak perubahan diharapkan mampu terus belajar dan beradaptasi. 

"Mahasiswa UT (Universitas Terbuka) patut berbangga, proses belajar mengajar di tengah pandemi Covid-19 bukan menjadi hal yang sulit bagi UT karena mahasiswa UT telah terbiasa dengan belajar secara mandiri dan jarak jauh," ujar Prof. Zudan dalam orasi ilmiahnya, di Universitas Terbuka (UT), yang disiarkan lewat Youtube, beberapa waktu lalu.

Dia juga mengingatkan, mahasiswa perlu menjunjung tinggi tata krama dan sopan santun sehingga dapat menjalin keterikatan dan komunikasi yang intensif dengan dosen. Dalam menghadapi perkembangan teknologi yang masif, SDM dituntut untuk beradaptasi dengan bertahan dan mengikuti perkembangan teknologi. 

"SDM diharapkan mampu  berpikir positif, kreatif dan inovatif dengan tetap menjalin kekuatan tim yang solid dan kuat. Karakter SDM yang diperlukan untuk beraptasi adalah integritas, sinergi dan kolaborasi, siap bekerja dalam tim. SDM patut mencontoh nilai-nilai yang dimiliki oleh Nabi Muhammad yaitu berjiwa amanah, fatonah, tabliq dan sidiq," terangnya. 

Ketika kita kuliah jarak jauh, jelasnya, tata krama kita menghormati guru menjaga keterikatan itu adalah kunci keberhasilan. Karena ketika kita bertranspormasi dari kuliah tatap muka menjadi kuliah jarak jauh atau kuliah daring, tatakrama adalah kunci utama.

"Apakah kita sopan ketika kuliah daring memasang foto kita, seolah-olah kita berada di dalam ruangan kuliah zoom, tetapi kita tinggal sambil mandi, sambil makan, sambil menerima tamu dibiarkan dosennya bicara sendirian. Jadi perkembangan zaman harus diikuti moralitas, tatakrama, sopan santun yang terus ada," tukasnya.

Jadi, lanjutnya, perkembangan teknologi yang terus sangat masif, konektif dan integritif diikuti dengan tatakrama dan sopan santun. "Saya sebagai dosen marasakan betul, salah satu keberhasilan mengajar adalah keterikatan. Jadi siswa dan dosen sama-sama membangun keterikatan (chemistry, dialog) yang intensif baik diruang zoom baik ruang faktual maka kunci keberhasilan itu sudah kita mulai," ujarnya.

Dalam paparannya, Prof Zudan mengatakan, bahwa saat ini ada turbelensi besar, ada perubahan berkelanjutan yang mau tidak mau harus kita lakukan mitigasinya proses kehidupan kedepan bisa kita kelola lebih baik. "Pada hakikatnya kita semua diberikan amanah dan mandat oleh Allah SWT untuk bisa mengelola kehidupan dengan bijaksana," katanya.

Di dalam setiap kali mengelola kehidupan, selalu dihadapan kita ada tantangan yang memang sengaja diciptakan oleh Yang Maha Kuasa. Tentu, menurutnya, ini sebagian besar yang harus kita cari solusinya. Lanjutnya, ketika ayat pertama diturunkan oleh Allah SWT, bukan perintah untuk shalat, bukan perintah untuk zakat, bukan perintah untuk puasa, bukan perintah untuk haji.

"Tetapi perintah Nya adalah untuk membaca dengan nama Tuhan. Dan apa yang harus dibaca Alquran? Tentu bukan, karena Alquran belum diturunkan. Esensi belajar, adalah mempelajari yang ada di depan kita untuk bisa mendapatkan kehidupan yang lebih baik," tuturnya.

Dunia adalah lahan yang lebih luas untuk kita jadikan sekaligus subyek untuk pembelajaran. Maka dengan belajar ini, esensi kehidupan adalah diletakan pada sumber daya human capital. Manusia diberikan kemampuan untuk beradaptasi untuk belajar. Namun, katanya, mampukah kita untuk selalu belajar?

Banyak sekali kita lihat perkembangan-perkembangan di dalam kita berbangsa dan bernegara. Menurutnya, esensi bernegara selalu diawali dari penduduknya. Penduduk ini akan kita kelola, kita arahkan ke titik seperti apa? Dalam perspektif itu, misalnya organisasi kampus, perusahaan, industri, semuanya memiliki tujuan.

Maka, di dalam kita mengelola tujuan itu, selalu ada pertanyaan seberapa penting manusia. Apakah manusia diletakkan pada level lebih tinggi daripada sumber daya uang, sumber daya mesin-mesin, sumber daya yang bersifat sarana dan prasarana. ataukah esensi itu diletakan di bawah semua.

"Dalam pendangan saya, penggerak perubahan besar adalah human capital, sumber daya manusia. Untuk itulah, maka kita semua untuk mendorong terus menerus terwujudnya manusia pembelajar, manusia dengan perubahan," terangnya.

Prof. Zudan mengapresiasi para pendiri UT yang berani mewujudkan pembelajaran terbuka dan jarak jauh 37 tahun lalu, yang saat itu masih dianggap sebelah mata. 

Dia menambahkan bahwa hal yang perlu diperhatikan selama proses belajar mengajar secara jarak jauh yaitu menjaga keterikatan dosen dan mahasiswa. 

Pada waktu itu orang tidak percaya dengan eksistensi Universitas Terbuka. Tapi Allahu Akbar, 40 tahun kemudian Allah SWT memverifikasi, menunjukkan  seluruh dunia belajar jarak jauh. Ini fakta yang tidak terbantahkan. Jika tidak ada inovator UT ini baru 40 tahun kemudian jutaan orang mungkin tidak bisa belajar dan kita bisa belajar dimanapun. 

"Seluruh wisudawan harus bangga karena kita semua menjadi bagian dari UT yang dulu tidak pernah dipikirkan. Dan sekarang seluruh dunia mengakui sistem ini dengan belajar jarak jauh online," ungkapnya. (A)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama