Golkar Sulsel Ricuh, TP Terus Digoyang, Dinilai Kurang Hargai Tokoh Senior?

Catatan: Aris K (Wartawan Senior)

Kepemimpinan Taufan Pawe (TP) di Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Golkar Sulsel masih terus digoyang.

Goyangan terhadap TP yang juga Wali Kota Parepare itu makin kencang disuarakan oleh Wakil Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Golkar HAM Nurdin Halid (NH), ketika NH menggelar acara halal bihalal di Four Point by Sheraton Hotel Makassar, belum lama ini.

Pada kegiatan tersebut hadir pula, Ketua DPD II Golkar Soppeng Andi Kaswadi, sekretaris Golkar Pangkep serta seratusan kader lainnya, seperti Irwan Muin, Iskandar Zulkarnain dan yang lainnya. Tapi, justru Ketua DPD Golkar Sulsel tidak hadir di acara tersebut.

Pada kesempatan itu NH menegaskan bahwa kepengurusan TP masih menyisakan masalah legalitas, dan kini tengah ditangani oleh Mahkamah Partai (MP).

Seperti diketahui, Konflik di tubuh DPD Partai Golkar Provinsi Sulawesi Selatan ini sebenarnya sudah terjadi sejak M Taufan Pawe (TP)  terpilih sebagai Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) I Partai Golkar Sulsel periode 2020-2025.

Wali Kota Parepare dua periode tersebut, pasca Musda Parta Golkar yang telah menetapkannya sebagai ketua terpilih, diketahui sampai didemo sejumlah kader pendukung Nurdin Halid, yang merupakan Ketua DPD Golkar Sulsel yang digantikan TP.

TP, pada saat itu, dituding melakukan manuver politik dengan menyusun struktur kepengurusan baru secara individu tanpa melibatkan tim formatur yang diputuskan melalui hasil musda.

"Padahal, seharusnya penyusunan komposisi pengurus baru di Golkar Sulsel periode 2020-2025 diputuskan secara kolektif kolegial dengan melibatkan empat tim formatur lainnya. Bukan seorang diri Taufan Pawe," ujar Abdillah Natsir, salah anggota formatur penyusunan pengurus DPD Sulsel, ketika itu 

Dari lima formatur yang diketuai TP, diketahui  tiga  formatur, yaitu perwakilan dari DPD II Farouk M Betta dan Abdillah Natsir serta satu perwakilan dari hasta karya AMPG, Imran Tenri Tatta tidak sepakat dengan susunan DPD Sulsel yang diusulkan TP ke DPP Golkar.

Ketiga formatur ini meminta kepada Ketum DPP Golkar, Airlangga Hartarto agar tidak menerbitkan SK kepengurusan baru yang diusulkan Taufan Pawe ke DPP.

NH pun memanfaatkan momentum halal bihalal yang digelar di Makassar, pada awal Juli 2022, dengan mengingatkan kembali para kader Beringin bahwa  struktur kepengurusan Partai Golkar di Sulsel masih dipertanyakan, karena bermasalah di Mahkamah Partai. 

Nurdin pun mengisyarakatkan, Golkar Sulsel bisa menggelar musyawarah daerah luar biasa (Musdalub). Karena katanya, hampir 2/3 peserta Musda saat Taufan Pawe terpilih sebagai Ketua Golkar Sulsel mengajukan keberatan terhadap keputusan Musda 2020 lalu.

NH dalam pertemuan itu juga menyebut bahwa para mereka yang hadir merupakan kader sejati. “Kader yang hadir ini merupakan loyalis sejati Airlangga, dan Pak Ketua sudah berpesan untuk mendata para kader yang hadir hari ini,” ujar NH, yang seolah menyinggung ketidakhadiran TP.

Ia menegaskan, saat ini, kenapa dirinya tidak menggunakan struktur partai? Karena struktur partai Golkar di Sulsel, tandasnya,masih bermasalah secara hukum.

Mantan calon gubernur Sulsel itu melanjutkan, untuk kader Golkar yang tidak mendapat undangan, hal itu tidak perlu dibesarak-besarkan. 

Lantaran hanya persoalan teknis saja. ”Bahkan saya juga tidak dapat undangan, tapi saya tetap hadir,” terangnya.

Sebelumnya, TP mengaku tak akan menghadiri acara tersebut. “Saya tidak diundang, tidak dilibatkan, Insya Allah tidak hadir. Bukan DPD I (Golkar) penyelenggara,” ujar Wali Kota Parepare itu.

Yang menarik, NH menemukan sosok yang bisa menjadi penguat usulannya untuk menggelar munaslub dalam rangka melengserkan TP. Yakni bergabungnya kembali tokoh lama Golkar Sulsel Ilham Arief Sirajuddin yang juga mantan Wali Kota Makassar.

NH pun melihat peluang untuk mendorong IAS untuk maju di pilgub 2024 mendatang, bukan TP. Tentu saja, untuk mencapai tujuan itu harus melengserkan TP sebagai Ketua DPD Golkar Sulsel.

“Golkar Indonesia, Airlangga Presidenku, IAS Gubernurku. Itu doa, semoga Allah mendengar dan diijabah,” kata NH di depan kader Golkar.

Menurut NH, IAS merupakan sosok yang mengerti anatomi di Sulsel. Sehingga permasalahan seperti kemiskinan bisa diatasi.

Hal itu juga sejalan dengan visi misi NH selama ini. Dirinya pun memantapkan dukungan untuk IAS.

“Di Sulsel ini masih banyak angka kemiskinan. Banyak kesenjangan. Antarkota terjadi ketimpangan. Orang yang mau jadi pemimpin harus mengetahui anatomi Sulsel. Itu mimpi dan cita-cita saya. Saya kirim IAS di depan dan saya berada di belakangmu,” tegas NH.

Bagi Nurdin, Ilham adalah kader murni Golkar, dia pernah jadi Ketua DPD II Golkar Kota Makassar dan Ketua DPD I Golkar Sulsel. "Soal dia (Ilham) pernah kontrak rumah (pindah partai) itu soal lain, itu kebutuhan bukan idealisme," jelasnya. 

Nurdin juga mendorong Ilham memimpin Golkar Sulsel, kendati sekarang Golkar Sulsel di bawah pimpinan Taufan Pawe, baru satu tahun memimpin Golkar Sulsel. Alasannya, di tangan Wali Kota Parepare itu terjadi perpecahan, dan jika dibiarkan Golkar bisa mengalami kehancuran.

"Suka atau tidak suka, saat ini, Golkar sulsel sedang mengalami perpecahan, kalau terus seperti ini, dan jika terus dibiarkan pada Pemilu 2024 Golkar hancur di Sulsel," tukas mantan Ketua Umum PSSI itu.

Sehingga bagi Nurdin, saat ini Golkar Sulsel membutuhkan pemimpin yang militan, mengerti organisasi, dan taat terhadap keputusan partai. Melihat persaingan di 2024, maka Golkar membutuhkan pemimpin yang berpengalaman di partai.

Sejumlah pengurus Golkar juga memberikan apresiasi atas langkah NH bersama IAS. 

Respon dan pujian untuk IAS datang dari Ketua DPD II Partai Golkar Wajo dr Baso Rahmanuddin. Ia ikut menyambut hangat kehadiran IAS.

Sebagai kader Golkar, mantan calon bupati Wajo ini mengaku sangat gembira. “IAS pasti membuat beringin di Sulsel semakin rindang. Artinya, beringin semakin kokoh menaungi warga Sulawesi Selatan,” terang dr Baso.

Dia meyakini bahwa IAS bisa mengantar Partai Golkar makin berkibar di Sulsel.

Semua tahu, katanya, bahwa IAS adalah tokoh dengan magnet elektoral yang sangat jelas. Ketokohannya setelah malang melintang di kancah politik Sulsel, cukup sempurna.

“Kami Kader Golkar, khususnya di Kabupaten Wajo menyambut beliau kembali dengan sangat gembira. Termasuk, semakin percaya diri menatap sejumlah kontestasi politik ke depan,” ujar dr Baso.

Terkait dengan permasalahan Partai Golkar yang sepertinya tak kunjung selesai di Sulsel mestinya harus segera diselesaikan, baik oleh para kader Golkar di Sulsel maupun di tingkat pusat. Jika tidak, hal ini akan menjadi duri yang menghambat perjalanan Partai berlogo beringin ini pada Pemily 2024.

Partai Golkar yang selama ini sering memenangkan Pemilu di Sulsel, bisa terancam terpuruk jika tidak cepat menyelesaikan masalah ini. Terlebih lagi, tokoh-tokoh Golkar senior yang memiliki massa dan pengaruh besar di Sulsel pun tampaknya mulai kompak menyuarakan perlunya perubahan kepemimpinan di pucuk Partai Golkar Sulsel.

Ini sekaligus "lampu kuning" bagi TP. Saatnya TP bergerak lebih lincah merangkul tokoh-tokoh senior Golkar di Sulsel. Jika tidak posisi TP akan terus digoyang.

Salah satu kelemahan TP adalah, dia dinilai kurang menghargai tokoh-tokoh Golkar senior yang sudah terbukti mampu mengumpulkan suara besar. Terbukti Golkar masih mampu memenangkan suara pada Pemilu lalu. 

Karena merasa kurang dihargai tokoh-tokoh senior Golkar ini banyak yang merasa tersinggung. (*)



Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama