HJL Ke 451 Lamongan; Kasultanan Pajang Gaduh, Tumenggung Surajaya Diangkat Adipati Lamongan


Oleh : W. Masykar

Hari ini, Selasa, 26 Mei 2020 adalah Hari Jadi Lamongan (HJL). Yakni, 26 Mei 1569 - 20 Mei 2020.

Itu artinya, usia kabupaten Lamongan sudah ke 451.

Hari ini pula seluruh ASN di Lamongan berbusana khas kota Lele itu. Yaitu busana batik Singomengkok.

Peringatan HJL 451 kali ini sangat berbeda dari kegiatan tahun sebelumnya. Di tengah wabah Covid 19, peringatan akan berlangsung secara daring. Teleconference, secara virtual.

Melalui tehonologi tatap muka secara online ini, bupati Fadeli menyampaikan sambutan peringatan HJL 451.

HJL ke 451, itu artinya titik mula ditetapkannya, hari lahir Lamongan pada 1569 M.

Mengapa pada tahun itu? Nah, pada tahun 1568, pasca kematian Sultan Trenggono, negeri di Jawa timur banyak yang melepaskan diri dari Kasultanan Pajang, termasuk sebagian wilayah Jawa tengah.

Pada tahun itu pula, Raja Kerajaan Pajang, Sultan Hadiwijaya dan para adipati  Jatim dipertemukan di Giri Kedaton oleh Sunan Prapen atau Sunan Giri IV.

Busana adat khas Lamongan, Singomengkok
Dalam kesempatan itu, para adipati tetap sepakat mengakui kedaulatan Pajang di atas negeri-negeri Jatim. Sebagai tanda ikatan politik, Panji Wiryakrama dari Surabaya (pemimpin persekutuan adipati Jatim) dinikahkan dengan putri Hadiwijaya.

Negeri yang dinilai kuat lainnya, Madura juga berhasil ditundukkan Pajang. Pemimpinnya Raden Pratanu alias Panbahan Lemah Duwur juga diambil sebagai menantu Hadiwijaya.

Majelis ulama walisongo, di kerajaan Demak memiliki peran penting, bahkan ikut menentukan arah kebijakan politik di Demak, karena merasa berkontribusi mendirikan kerajaan Demak.

Nah, tetapi sepeninggal Sultan Trenggana, posisi dan peran walisongo juga ikut lemah. Apalagi, Sunan Kudus bahkan dituduh terlibat pembunuhan terhadap Sunan Prawoto raja baru pengganti Trenggana.

Akan tetapi, meski tidak lagi bersidang secara aktif, sedikit banyak para wali secara individual, masih ikut berperan dalam pengambilan kebijakan politik Pajang. Misalnya, Sunan Prapen, bertindak sebagai pelantik Hadiwijaya sebagai raja. Termasuk yang melantik Ranggahadi, Tumenggung Surajaya sebagai Adipati Lamongan.

Bahkan, Sunan Prapen juga mediator pertemuan Hadiwijaya dengan para adipati Jatim tahun 1568.

Sementara itu, Sunan Kalijaga juga pernah membantu Ki Ageng Pemanahan meminta haknya pada Hadiwijaya atas tanah Mataram sebagai hadiah sayembara membunuh Arya Penangsang.


Rentetan peristiwa itulah yang kemudian berimbas pada muncul ide cemerlang urgens peningkatan status Lamongan, dari Kranggan Lamongan (kampung) menjadi Kadipaten atau kabupetan dengan cakupan wilayah lebih luas.

Dengan demikian jelas bahwa perkembangan Lamongan sampai akhirnya menjadi wilayah kabupaten Lamongan, berlangsung pada jaman keislaman Kasultanan Pajang.

Perubahan status dari Kranggan Lamongan, sebutan untuk kampung Kranggan (kampung Ronggo), menjadi lebih luas lagi,  kabupaten atau kadipaten Lamongan, ternyata tidak dilakukan oleh Kasultanan Pajang tapi Kanjeng Sunan Giri IV, predikat lain, bergelar Sunan Prapen, yang sekaligus yang menobatkan Surajaya menjadi Adipati Lamongan yang pertama.

Dalam banyak literatur disebutkan saat itu, di. Kasultanan Pajang sedang ada persoalan. Pasca kematian Sultan Trenggono.

Kegaduhan pun timbul dan membuat suasana pemerintahan agak terganggu, Kegaduhan ini sampai membuat jalannya roda pemerintahan di Kasultanan Pajang sedikit goyah. Apalagi, dengan munculnya ancaman dan ulah para pedagang asing dari Eropa, Portugis yang ingin menguasai Nusantara.

Karena itu, Kanjeng Sunan Giri merasa semakin prihatin sehingga ada semacam kebutuhan untuk meningkatkan status Lamongan, dari status Kranggan menjadi Kadipaten urgen untuk segera diselenggarakan, maka diangkat lah Ranggahadi, Tumenggung Surajaya secara resmi menjadi Adipati Lamongan.

Pelantikan dilakukan bertepatan dengan hari pasamuan agung yang diselenggarakan di Puri Kasunanan Giri di Gresik, yang dihadiri oleh para pembesar yang sudah beragama Islam dan para Sentana Agung. Pelaksanaan Pasamuan Agung tersebut bertepatan dengan peringatan Hari Besar Islam yaitu Idhul Adha tanggal 10 Dzulhijjah.

Berdasarkan adat yang berlaku pada saat itu, penetapan wisuda Tumenggung Surajaya menjadi Adipati Lamongan yang pertama dilakukan dalam pasamuan agung Garebeg Besar pada tanggal 10 Dzulhijjah Tahun 976 Hijriyah.

Lantas,  jalannya tarikh hijriyah dipadukan dengan jalannya tarikh masehi, dengan berpedoman tanggal 1 Muharam Tahun 1 Hijriyah jatuh pada tanggal 16 Juni 622 Masehi, akhirnya ditemukan dan ditetapkan tanggal 10 Dzulhijjah 976 H., itu jatuh pada Hari Kamis Pahing tanggal 26 Mei 1569 M.

(Dari berbagai sumber)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama