Suherman Sadji, Pakar Pendidikan Yang Merambah Dunia Kepenulisan

JAKARTA (wartamerdeka.info) -                     Sekretaris Jenderal Ikatan Penulis dan Jurnalis Indonesia (IPJI) sungguh dekat dengan dunia literasi. Betapa tidak, selain aktif mengayomi penulis, pak Prof, begitu dia bisa dipanggil, juga tercatat sebagai pendiri dari beberapa organisasi media online      Terlahir dengan nama Suherman, pada 1 Januari 1966 di Kuningan, Jawa Barat. Suherman merupakan anak kedua dari pasangan Saji dan Tarwi. Sejak kecil ia bercita-cita ingin mengabdi bagi pendidikan bangsa.

Suherman kecil menghabiskan masa sekolah di Kuningan, Jawa Barat. Ia memasuki dunia sekolah di SD Negeri 1 Langseb, kemudian pada tahun 1983 terdaftar sebagai siswa di SMP Negeri 1 Lebakwangi, lalu dilanjutkan ke SMA Negeri 1 Kuningan.

Ketika akan melanjutkan pendidikan ke SMA, terjadi dialog Suherman dengan Ibunya. Ibunya memberikan saran agar Suherman masuk ke SPG, namun Suherman memberikan pemahaman kepada ibunya, bahwa lulusan SMA juga bisa menjadi guru, dengan catatan selepas SMA harus kuliah. Bahkan, Suherman sudah memberikan gambaran kepada ibunya bahwa selepas SMA ia akan melanjutkan kuliah di IKIP Jakarta (Kini UNJ). Dialog tersebut menghasilkan kesepakatan, ibunya menyetujui Suherman sekolah di SMA Negeri 1 Kuningan.

Sejak kecil ia bercita-cita ingin membangun tanah kelahiran dan Indonesia melalui jalur pendidikan. Bahkan Suherman sejak kecil mantap memilih profesi menjadi guru. Alasan menjadi guru dilandasi dua hal, yaitu restu ibunda dan cita-cita.

Oleh sebab itu, Suherman mengikuti tes Sipenmaru dengan niat untuk melanjutkan kuliah di IKIP Jakarta. Dalam Sipenmaru dia memilih dua jurusan yaitu pilihan pertama Bahasa Arab dan pilihan kedua adalah Teknologi pendidikan. Akhirnya ia lolos menjadi mahasiswa IKIP Jakarta, jurusan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan pada tahun 1988. Lulus S1 IKIP Jakarta, ia melanjutkan  pendidikan S 2 di Uhamka. Jenjang S3 ia kembali ke UNJ dalam jurusan yang sam, hingga ia lulus pada tahun 2011.

Pengalaman Masa Kuliah

Sejak zaman kuliah, Suherman mendapat doktrin dari dosen-dosennya bahwa memasuki jurusan TP berarti memasuki jurusan mengenai masa depan.

“Hal tersebut dilandasi oleh satu hal, belajar TP adalah belajar mengenai Informasi dan teknologi, sehingga arah orientasi pendidikan salah satunya memotret pendidikan di masa depan,” kata Suherman di Jakarta, Senin 24 Mei 2021.

Menurut Buku Putih FIP sekitar tahun 1988, jurusan Teknologi Pendidikan dipersiapkan bukan menjadi pendidik di ruangan kelas, namun menyiapkan instrument di sekolah untuk menunjang proses pembelajaran di sekolah.

Masa kuliah tentu dilalui dengan masa flip top memory. Salah satu pengalaman yang berkesan adalah ketika menjadi pembicara di seminar akademik. Seminar akademik memang para pembicaranya adalah mahasiswa dan pesertanya adalah dosen dan pimpinan fakultas.

Tentu ada nervous dan bangga ketika ia dipilih menjadi salah satu pembicara dalam forum tersebut. Suherman dalam diskusi tersebut menawarkan ide mengenai lulusan mahasiswa TP.

“Mahasiswa TP selain yang disebutkan dalam buku putih yaitu menjadi peran dalam mempersiapkan instrument pembelajaran, juga bisa menjadi pendidik dikelas dan bekerja dilembaga-lembaga diklat,” demikian ide Suherman waktu itu.

Hasilnya Suherman mendapat kepercayaan untuk mengakomodir rekan seangkatannya yang berjumlah 40 orang untuk menindak-lanjuti idenya dalam seminar tersebut. Namun, sedihnya adalah ia diputuskan menjadi satu-satunya mahasiswa yang tidak lulus dalam mata kuliah magang. Hal tersebut membuatnya konsultasi sama seseorang yang dituakan dan akhirnya ia legawa, perjuangan selalu ada pengorbanan.

Selama kuliah, Suherman aktif dalam organisasi kemahasiswaan. Pada tahun 1989-1990 ia menjadi seksi rohani Senat Mahasiswa FIP, 1990-1992 ia menjadi Sekretaris Umum Senat Mahasiswa FIP, Ketua Umum Senat Mahasiswa IKIP Jakarta pada tahun 1992-1994 dan lain-lain. Suherman aktif menjadi aktivis semenjak dari HMJ hingga senat IKIP. Capaian yang luar biasa dari seorang aktivis kampus.

Bahkan di luar kegiatan jadi aktivis, ia juga menyempatkan diri bekerja menjadi pengajar. Ia mengajar di Persis Jakarta pada tahun 1986-1992. Sehingga masa kuliah dihabiskan dengan menjadi mahasiswa yang aktif di organisasi dan dunia kerja.

Peran di Dunia Pendidikan

Kegandrungan terhadap pendidikan menjadi passion Suherman. Tidaklah salah ketika mahasiswa saja ia sudah akif mengajar. Berbagai peran sudah ia lakoni dalam pendidikan, mulai dari guru, dosen, rektor dan bahkan pendiri yayasan hingga kampus.

Berbagai hal dia tekankan dalam menjalani profesi sebagai pendidik, pada saat ia mengajar jadi guru. Ia bermimpi ingin mempunyai lembaga pendidikan unggul yang berkualitas. Hal tersebut akhirnya ia lakukan dengan baik, salah satunya mendirikan pesantren Al-Qalam, Jakarta.

Salah satu mimpi terealisir, bahkan tidak disangka ia menjadi Rektor Universitas Islam Attahiriyah, pada tahun 2018 hingga kini. “Salah satu tantangan menjadi rektor di kampus swasta adalah memikirkan masa depan kampus,” katanya.

Ia mengungkapkan untuk membangun kampus dibutuhkan energi lebih, andaikan sehari 24 jam, maka 2/3 hari digunakan untuk memikirkan eksistensi kampus. Hal tersebut semata-mata untuk meningkatkan kualitas sistem pendidikan di kampus tersebut.

Hebatnya, cita-cita kembali ke kampus tempat Suherman kuliah juga terwujud. Ia terdaftar sebagai dosen di UNJ. Hal yang ia sampaikan berulang-ulang ke mahasiswa adalah pentingnya alumni kembali ke kampus.

“Mengabdi pada almamater dengan berbagai peran yang diemban sebagai balas budi ke almamater,” pesan ini yang selalu Suherman sampaikan kepada para mahasiswa.

Mendirikan Yayasan Pendidikan

Mimpi lain adalah ingin kembali ke kampung halaman, dengan tujuan mengabdi dan mengembangkan tanah kelahiran. Mimpi itu lagi-lagi ia wujudkan dengan membuat yayasan Semar Sakti Sejahtera pada tahun 2010. Yayasan tersebut menaungi beberapa sekolah mulai dari PAUD, TK, MI hingga SMK. Semua level pendidikan tersebut berbasis pesantren. Bahkan Boarding School Insan Cendekia berdiri megah di Kuningan, Jawa Barat merupakan hasil jerih payahnya mendirikan lembaga pendidikan.

Yayasan yang ia dirikan bukan hanya menaungi sekolah di Kuningan, Jawa Barat saja, tetapi juga di Jakarta. Di Jakarta jenjang pendidikan yang tersedia adalah PAUD dan TK, sedangkan di Rangkas Bitung, Banten menaungi PAUD dan TK Islam. Salah satu kekhasan sekolah yang Suherman dirikan adalah berbasis pesantren. Berbagai cita-cita di dunia pendidikan tuntas ia wujudkan, sesuai dengan mimpi masa kecilnya, berperan di dunia pendidikan.

Sebagai Pengurus IKA UNJ

IKA UNJ sudah melaksanakan 7 kali Musyawarah besar, Suherman tercatat sudah 3 periode menjadi pengurus, yaitu masa Endin AJ. Soefihara, Taufik Yudi Mulyanto dan Juri Ardiantoro. Terakhir, pada masa kepengurusan Juri Ardiantoro, ia mengemban amanah sebagai Sekretaris Jenderal IKA UNJ. Ia juga termasuk berperan dalam memasukkan IKA UNJ kedalam statuta UNJ, pada tahun 2019. Statuta menyatakan IKA UNJ merupakan satu-satunya organisasi alumni resmi yang diakui UNJ.

Suherman menyatakan bahwa salah satu tantangan dalam memimpin IKA UNJ adalah menumbuh-kembangkan Sense Of Belonging alumni ke almamater. Sehingga pesan Suherman kepada alumni adalah kembali ke kampus untuk mengabdi, dan pesan ke UNj adalah alamamter yang baik adalah almamater yang melibatkan alumni. Sehingga sinergi almamater dengan alumni akan membawa UNJ ke kejayaan. (A)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama