SBY Pembajak Partai Demokrat Dan Jatuh Cintanya Para Peserta Kongres Pada Sosok Moeldoko

Oleh: Saiful Huda Ems - SHE 

(Lawyer dan Pemerhati Politik)

Pada hari Ulang Tahun Partai Demokrat yang ke dua puluh, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) kembali membuat ulah dengan memberikan pernyataan yang provokatif dan tendensius, yang disebutnya Kilas Balik Kudeta Partai Demokrat, di hadapan para pengikutnya yang sebentar lagi akan segera berbondong-bondong menyebrang ke DPP Partai Demokrat KLB jika nantinya PTUN memenangkan gugatan DPP PD KLB, bahwa salah satu ketua DPC Partai Demokrat telah dijebak untuk bertemu KSP Moeldoko guna melakukan Gerakan Pengambilalihan Kepemimpinan Partai Demokrat (GPKPD) secara inkonstitusional. 

AHY dalam kesempatan itu juga mengatakan, bahwa ia telah diingatkan oleh para seniornya di militer, bahwa Moeldoko memiliki karakter tidak akan berhenti sebelum cita-citanya tercapai. Olehnya kader-kader Partai Demokrat diingatkan oleh AHY agar tetap waspada. 

Pernyataan AHY ini tentulah sangat bertolak belakang dengan apa yang sesungguhnya terjadi di urusan internal Partai Demokrat. Dalam berbagai kesempatan saya dan kawan-kawan DPP Partai Demokrat selalu menjelaskan pada masyarakat melalui berbagai media, bahwa dari awal Pak Moeldoko sama sekali tidak mengetahui persoalan konflik internal Partai Demokrat. Pak Moeldoko yang sangat disibukkan oleh tugas-tugas kenegaraannya sebagai kepala Kantor Staf Kepresidenan (KSP) R.I, tidak memiliki banyak waktu untuk mengurus soal partai. 

Namun setelah Pak Moeldoko beberapa kali dikunjungi oleh para pendiri dan kader-kader Partai Demokrat dari beberapa daerah, yang meminta tolong pada Pak Moeldoko untuk membantu menyelesaikan kemelut internal Partai Demokrat yang dipicu oleh penggarongan Partai Demokrat yang dilakukan keluarga Cikeas, Pak Moeldoko akhirnya bersedia menerima permohonan para pendiri dan kader-kader Partai Demokrat itu, agar Partai Demokrat kembali menjadi partai yang maju, modern, demokratis dan terbuka. 

Kesediaan Pak Moeldoko untuk menerima permohonan dari para pendiri dan kader-kader Partai Demokrat itu tentu bukanlah karena dilatarbelakangi oleh ambisi pribadi beliau untuk menjadi Ketua Umum Partai Demokrat, melainkan semata karena panggilan nuraninya Pak Moeldoko sebagai seorang mantan Panglima TNI dan jenderal bintang empat, sekaligus abdi negara yang tentunya sangat jengah, prihatin melihat kondisi Partai Demokrat yang didanai trilyunan rupiah oleh rakyat, namun kemudian malah dirusak oleh seorang mantan jenderal dan mantan presiden yang memaksakan seluruh anggota keluarganya untuk menguasai dan mengendalikan Partai Demokrat. 

Keadaan partai yang demikian tentulah sangat merugikan banyak orang, tidak hanya para pendiri dan kader-kader Partai Demokrat itu sendiri, melainkan rakyat Indonesia secara keseluruhan yang menginginkan Partai Politik menjadi wadah penyalur dan pejuang aspirasinya, dan bukan menjadi wadah penyalur untuk perampokan dana aspirasi konstituen partai yang digelontorkan terus menerus oleh Pemerintah pada partai politik khususnya Partai Demokrat.

Sesuai dengan Akta Pendirian Partai Demokrat, partai ini didirikan pada tanggal 10 September 2001, dan bukan seperti yang tertuang dalam AD/ART Partai Demokrat yang dihasilkan diluar Kongres V Thn. 2020 yang sarat manipulasi keluarga Cikeas, yakni didirikan pada tanggal 9 September 2001. Karena pada tanggal 9 September itu merupakan hari kelahiran SBY. Ini namanya jurus paksa kepepet ! SBY itu pada awal berdirinya Partai Demokrat bukanlah kader, apalagi menjadi penggagas dan pendiri Partai Demokrat ! 

Celakanya, setelah beberapa tahun menikmati hasil kerja keras para pendiri Partai Demokrat dengan bertenggernya SBY di pucuk kepemimpinan nasional selama dua periode, SBY pada akhirnya menghapus semua nama para pendiri Partai Demokrat dan hanya memasukkan nama Vincen Rumangkang dan dirinya sendiri sebagai dua orang pendiri Partai Demokrat di AD/ART Partai Demokrat 2020 ! Inilah pembajak Partai Demokrat itu yang sesungguhnya !.

Menurut catatan dokumentasi Partai Demokrat yang asli dan masih terlindungi dari manipulasi sejarah pendirian Partai Demokrat, SBY bergabung di dalam Partai Demokrat baru pada Tahun 2003, yakni ketika para pendiri Partai Demokrat menggelar pertemuan di sebuah hotel di Bogor. Pada saat itu SBY dalam sambutannya yang sudah pernah khalayak saksikan bersama melalui video Youtube dan yang sudah pernah viral ke berbagai media, SBY mengajukan permohonannya untuk menjadi anggota Partai Demokrat. Dan karena diakui saat itu SBY mampu "menyihir" para pendiri dan kader Partai Demokrat dengan jurus andalannya Playing Victim setelah diledek Pak Taufik Kemas sebagai Jenderal yang berwatak kekanak-kanakan, para pendiri dan kader Partai Demokrat pada akhirnya telah menerima SBY sebagai kader Partai Demokrat. 

Dan tidak selesai sampai disitu, para pengurus DPP dan pendiri Partai Demokrat, pada akhirnya telah mengajukan pula SBY sebagai Capres RI 2004 dan 2009 pada Komisi Pemilihan Umum (KPU). Cita-cita SBY untuk menjadi Presiden R.I dua periode kemudian terlaksana berkat kegigihan kerja para pendiri, pengurus dan kader Partai Demokrat. 

Lalu setelah SBY tak lagi menjadi presiden, SBY pun masih tak ingin kehilangan kenyamanannya sebagai penguasa, kali ini SBY memang tak lagi bisa menjadi presiden karena konstitusi telah membatasinya, akhirnya SBY memaksakan diri menjadi penguasa Partai Demokrat dengan cara membajak posisi Anas Urbaningrum sebagai Ketua Umum. 

SBY semakin lama semakin menua dan sayangnya tidak semakin bijaksana, hingga sebagaimana AHY anaknya yang tidak pernah menanjak namun tiba-tiba berada di puncak, SBY tidak tau bagaimana cara turun dari puncak dengan cara-cara yang baik dan elegan, SBY kemudian malah nyaman duduk di puncak dan memaksakan semua anak-anaknya untuk bertengger dan berjaya di puncak selamanya dengan cara melemparkan para pendiri partai ke jurang berkabut terlebih dahulu !. 

Kongres Luar Biasa Partai Demokrat di Deli Serdang yang digagas oleh para pendiri dan kader Partai Demokrat pun diselenggarakan pada tanggal 5 Maret 2021. Para pendiri dan pengurus Partai Demokrat yang dipecat secara sepihak oleh AHY dan SBY dengan cara-cara otoriternya kembali dipulihkan dan disahkan keanggotaannya oleh para peserta kongres. 

Pembajakan Partai Demokrat oleh keluarga Cikeas mulai dibahas, lalu mata para peserta Kongres Luar Biasa Partai Demokrat di Deli Serdang saat itu mulai terpanah dan jatuh cinta pada sosok figur yang sangat tenang, namun berani dan berwibawa. Seorang mantan Panglima TNI jenderal bintang empat yang tidak hanya sukses di dunia militer namun juga di dunia akademisnya, yakni Pak Dr. Moeldoko, kesatria alumnus SMAN 2 Jombang yang gagah perkasa, berwibawa dan nyantri, hingga kemudian para peserta KLB Partai Demokrat ramai-ramai memilihnya untuk menjadi Ketua Umum Partai Demokrat menggantikan ketua umum sebelumnya, yakni Pangeran Cikeas yang baru belajar berpolitik dan penuh aura kegagalan sebagai pemimpin bahkan di level lokal sekalipun. 

Pak Jenderal Moeldoko memang bukan lawan tandingnya Sang Pangeran Cikeas politisi pemula !...

Jakarta, 10 September 2021.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama