Menyambut Hari Guru Nasional 2021, Inilah Tantangan Guru Di Masa Sekarang

 

Nova Irawati Simatupang, M.Pd, Ketua Program Studi Pendidikan Kimia FKIP UKI (kiri) dan Taat Guswantoro M.Si Ketua Program Studi Pendidikan Fisika FKIP UKI 

PERINGATAN Hari Guru Nasional tahun 2021 yang bertema "Bergerak dengan Hati, Pulihkan Pendidikan", di tengah masa Pandemi Covid-19 yang belum berakhir, mengingatkan semua pihak bahwa dunia pendidikan saat ini memerlukan terobosan-terobosan baru agar kegiatan belajar mengajar bisa terus berjalan secara efektif dan efisien.

Para guru pun yang sebagian besar berasal dari generasi tahun 70-an hingga 90-an, yang saat sekolah/kuliah tidak mendapat pembelajaran tentang IT (tekhnologi informasi), saat ini juga ditantang untuk cepat beradaptasi dan belajar IT. Karena hal itu sudah menjadi kebutuhan.

Hal itu mengemuka dalam wawancara khusus wartamerdeka dengan Nova Irawati Simatupang, M.Pd, Ketua Program Studi Pendidikan Kimia FKIP UKI dan Taat Guswantoro M.Si, Ketua Program Studi Pendidikan Fisika FKIP UKI, dalam rangka menyambut Hari Guru Nasional, tanggal 25 November 2021.

Nova Irawati Simatupang menyebut, tantangan guru di masa sekarang dalam menjalankan proses pembelajaran di memang cukup berat.

"Kita tahu bahwa di awal pandemic semua guru, mau tidak mau harus siap melakukan proses pembelajaran online. Para guru berjuang untuk bisa beradaptasi dan berupaya tetap memberikan pelayanan terbaik," ujarnya.

Saat ini, dengan kondisi angka covid yang sudah semakin menurun proses pembelajaran perlahan mulai dilaksanakan dengan tatap muka dengan diterapkannya PTM terbatas di sekolah. Hal ini pun tentunya menjadi tantangan baru lagi bagi guru, karena tetap harus maksimal melakukan proses pembelajaran dan harus dapat memilih metode dan media yang tepat untuk mengajar siswa baik yang datang langsung ke sekolah dan yang mengikuti secara online. 

Berbicara kualitas dan kuantitas saat ini, dapat kita lihat bahwa kuantitas jumlah pelajar dan mahasiswa saat ini jauh lebih tinggu dibandingkan kualitasnya. Itu sebabnya kalau kita menilik program Pak Menteri, sekolah mulai merapkan sistem sekolah penggerak. Bahkan PT juga diwajibkan memberi dukungan dalam melaksanakan program MBKM, dengan harapan ketika mahasiswa dapat maksimal dalam memanfaatkan program ini, mahasiswa nantinya akan siap mmenjadi SDM yang dapat memberdayakan masyarakat dengan membangun wirausaha, serta siap menjadi SDM yang diberdayakan dengan keahlian yang mumpuni. 

Kuantitas guru jika dilihat  dari ratio guru dan siswa saat ini sebenarnya sudah cukup memadai, meski harus kita akui bahwa dalam hal distribusi guru, masih ada beberapa sekolah yang jumlah guru nya sangat terbatas. 

"Bahkan hal ini tidak hanya terjadi di daerah, berdasarkan hasil sharing dengan mahasiswa kita yang saat ini mengikuti program MBKM Kampus Mengajar kita juga masih mendengar informasi yang berkaitan dengan keterbatasan jumlah guru di sekolah tempat mereka ditugaskan," Nova.

Secara kualitas, tambahnya, bagaimanapun kita tetap masih harus berbenah dan selalu melakukan improve. Merujuk kepada aturan terkait kelayakan mengajar pun dari segi kualifikasi akademik, juga masih belum 100% guru yang mengajar sudah berpendidikan S1, artinya untuk segi kualifikasi akademik juga harus menjadi perhatian. Dan yang sudah memenuhi persyaratan kualifikasi akademik pun tetap perlu ditingkatkan kompetensinya agar guru-guru dapat tetap adaptif dengan setiap perubahan. 

Sementara, Taat Guswantoro M.Si, Ketua Program Studi Pendidikan Fisika FKIP UKI mengakui, pembelajaran online saat ini memang masih menjadi pilihan dalam menghadapi masa pandemi. 

Kemajuan teknologi, khususnya di bidang informasi dan digitalisasi membawa perubahan di bidang Pendidikan. Dengan menggunakan peralatan digital sangat mempermudah memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam Pendidikan.

"Situasi pandemic covid-19 memiliki dampak yang sangat signifikan terhadap Pendidikan, karena proses belajar mengajar harus dilaksanakan dengan online, tanpa tatap muka langsung, dengan fasilitas teknologi digital, proses belajar mengajar secara jarak jauh pastinya akan dapat berjalan dengan baik, apalagi untuk pelaku Pendidikan yang telah melek teknologi," kata Taat.

Namun fenomenanya akan berbeda ketika PJJ ini harus dilaksanakan oleh generasi-generasi pendahulu yang belum begitu “melek” teknologi, atau mungkin harus dilaksanakan di Pelosok-pelosok yang infrastruktur digital belum memadahi, pastinya akan merasakan kesulitan dalam mengikuti pembelajaran secara Online.

"Seringkali juga permasalahan dalam dunia Pendidikan adalah mempelajari fenomena yang berasal dari daerah lain, sehingga belum tentu relevan jika diterapkan di daerahnya," tambahnya. (Ar)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama