Oleh: Danny PH Siagian, SE., MM (Pemerhati Sosial Ekonomi Masyarakat) |
OPINI
Tahun 2021 beberapa jam ke depan akan berakhir, dan kita akan memasuki Tahun 2022, tahun yang masih belum kita ketahui apa yang akan terjadi.
Kata
‘Goodbye’ biasa digunakan untuk menyatakan Selamat Tinggal, baik untuk sebuah
masa, peristiwa, kejadian maupun berbagai hal yang berlalu. Sedangkan kata ‘Welcome’
selalu disebut untuk menyambut sesuatu yang baru, yang akan dijalani kemudian.
Namun,
yang menjadi permasalahan adalah, bagaimana yang lalu itu bisa ditinggalkan,
padahal itu menjadi catatan sejarah yang takkan pernah bisa kita lupakan? Bahkan
catatan di tahun yang lalu itu, tentu akan menambah catatan sejarah perjalanan
hidup seseorang.
Berbagai
peristiwa yang terjadi di tahun 2021, jelas akan menambah histori hidup manusia,
terutama kejadian-kejadian yang sifatnya fenomenal maupun yang kuat pengaruhnya
dalam kehidupan mereka. Baik suka maupun duka.
Banyak
kejadian yang dialami masyarakat negeri ini sepanjang tahun 2021. Pandemi
Covid-19 yang pada awal tahun mengalami puncaknya setelah tahun 2020, dan
kembali terjadi puncak Covid-19 lagi pada bulan Juni hingga Juli 2021.
Pada
saat-saat itu, hal yang tak lazimpun terpaksa kita jalani bersama. Betapa pilu
sebenarnya ketika teman, saudara, sahabat, kenalan kita yang sakit di rumah
sakit dalam keadaan sekarat karena terkena serangan Covid-19, tapi kitapun
tidak bisa menjenguk dan memberi semangat kepada mereka.
Bahkan
ketika diantara merekapun ada yang secara tiba-tiba meninggal, kitapun takut menghadiri
pemakamannya, untuk menghindari tidak tertular. Kitapun terpaksa secara tega membiarkan
mereka yang kita sayangi bahkan kita cintai itu, hanya dikubur oleh tukang gali
kubur.
Akibat
Covid-19, banyak masyarakat yang kehilangan pekerjaan akibat diberhentikan
secara terpaksa oleh perusahaannya. Belum lagi mereka yang terpaksa kehilangan mata
pencaharian karena tidak bisa dagang, misalnya, padahal dagangannya menjadi
andalan keluarga.
Bagaimana
kita terpaksa serasa dipenjara selama kurang lebih 3 (tiga) bulan karena aturan
Pemerintah untuk bekerja dari rumah atau WFH (Work From Home). Disisi lain,
perekonomian hancur berantakan, akibat nadi perekonomian yang serasa terhenti,
dan tidak ada denyut kehidupan.
Belum
lagi banyaknya pasangan yang tidak jadi mengagendakan pernikahannya, akibat
pembatasan Pemerintah yang bisa berubah-ubah setiap saat. Tergantung situasi
dan kondisi tren naik-turunnya wabah Covid-19 di masyarakat.
Dan masih
banyak lagi kejadian yang sangat sulit dicari jalan keluarnya, karena tidak
semudah mencari solusi di saat-saat normal. Disisi lain, manusia dituntut untuk
selalu kreatif dalam mengatasi kesulitan diri masing-masing, padahal apa-apa
situasinya sangat terbatas.
Masa-masa
sulit seperti ini masih saja terasa sulit, kendati sudah ada pengalaman di tahun
2020 sejak pandemi Covid-19 menyerang dunia. Bahkan Pemerintahpun akhirnya
pasrah dengan sebuah kebijakan yang tetap menginstruksikan Prokes (Protokol Kesehatan) 3M hingga 5M tetap dijalankan, akhirnya menetapkan Program ‘New Normal’ dengan cara hidup
berdampingan dengan Covid-19.
Pemerintah
juga berkali-kali memberikan bantuan sosial terutama bagi masyarakat miskin. Juga
memberikan stimulus bagi UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) berupa bantuan
modal kerja, untuk mendongkrak roda perekonomian.
Toh tidak
bisa sepenuhnya dalam waktu singkat menggerakkan perekonomian kembali berputar
normal, karena masih tetap terjadi pembatasan disana-sini. Bersyukur jelang
akhir tahun, pembatasan Pemerintah ditetapkan di Level-1 (puncaknya Level-4),
yang mulai memberi kelonggaran pergerakan sosial dan perekonomian.
Secara
keseluruhan, tahun 2021 menjadi tahun yang sangat berat bagi kebanyakan
masyarakat. Jangankan mereka yang miskin dan harus berjuang untuk menghidupi
keluarganya sehari-hari, orang kaya dan punya uangpun, bayak yang terpuruk dan
menjerit.
Tahun
2021 akan tinggal dan menjadi kenangan tersendiri bagi masyarakat dunia, karena
memberi pelajaran dan sekaligus pengalaman yang tak lazim sebelumnya. Sekarangpun,
masyarakat sudah terbiasa dengan standar pakai masker kemana-mana, dan selalu
masih jaga-jaga jarak, serta jeli melihat tanda-tanda jika seseorang itu sehat
atau tidak.
Yang
pasti, kita mengatakan ‘Goodbye 2021’. Selamat tinggal suka-duka dan segala
penderitaan yang mendera dan menyakitkan banyak orang.
Tahun 2022 Masih Akan Sulit?
Tahun
2022 yang segera kita jalani, tentu belum kita ketahui bagaimana tingkat
kesulitannya secara kehidupan sosial. Kendati secara perekonomian, prediksi
Pemerintah perekonomian akan bertumbuh di kisaran 5,5 persen.
Namun
bagaimana menterjemahkan pencapaian perumbuhan ekonomi 5,5 persen terhadap kehidupan
ekonomi masyarakat, yang akan berpengaruh terhadap kehidupan sosial, ini masih
menjadi ‘PR’ (Pekerjaan Rumah) Pemerintah dan seluruh masyarakat Indonesia.
Apalagi dunia perpolitikan sudah mulai memanas menjelang Pilpres (Pemilihan
Presiden) dan Pileg (Pemilihan Legislatif) di tahun 2024.
Dari
pengalaman-pengalaman sebelumnya, setiap adanya perhelatan Pilpres dan Pileg
sejak Reformasi tahun 2000, situasi perpolitikan akan sangat mempengaruhi
kehidupan sosial dan perekonomian masyarakat. Seberapa berat pengaruhnya, hingga perpolitikan
tersebut tidak terlalu memberatkan ‘recovery’ sendi perekonomian masyarakat?
Hal
ini sangat tergantung tergantung dari seluruh komponen masyarakat dari berbagai
unsur. Yang paling utama adalah bagaimana menciptakan situasi yang kondusif
untuk pertumbuhan ekonomi, hingga pertumbuhan itu dapat dirasakan secara
paralel.
Namun
jika kondusifitas dari berbagai faktor, tidak dapat diciptakan secara bersama,
secara kolektif, maka ketersedatan pertumbuhan ekonomi dan kehidupan sosial
akan terganggu. Belum lagi adanya wabah Omicron yang masih mengintai, yang
sewaktu-waktu bisa menjadi hambatan besar bagi masyarakat untuk bergerak maju.
Tentu,
setiap manusia selalu berharap kehidupan yang lebih baik dari yang sebelumnya.
Jika secara akumulatif filosofi kehidupan tersebut dapat dilaksanakan, maka mustahil
tahun 2022 akan memberikan harapan yang lebih baik bagi kehidupan sosial dan
ekonomi seluruh masyarakat. (Bekasi, 31/12/2021, 21.00 WIB).