"Rata-rata nilai pre-test dibanding nilai post-test peserta meningkat dari 53 ke 68. Hal ini menunjukkan ada penambahan pengetahuan yang dimiliki peserta setelah mengikuti pelatihan, baik aspek kognitif dan atau psikomotorik," kata Airlangga dalam konferensi pers daring yang dipantau di Jakarta, Kamis.

Sementara itu, saat mengevaluasi pelatihan yang diberikan, peserta pun memberikan nilai terhadap pelatihan dengan hasil rata-rata 4,9 dari skala 5. Artinya pelatihan-pelatihan dalam Program Kartu Prakerja sesuai dengan minat, kebutuhan, dan ekspektasi para penerima program.

"Sebanyak 87 persen dari total penerima Kartu Prakerja belum pernah mengikuti pelatihan sebelumnya. Sehingga ikut pelatihan Prakerja menjadi pengalaman pelatihan pertama bagi mereka," ucapnya. 

Adapun evaluasi yang dilakukan oleh The Abdul Latif Jameel Poverty Action Lab (J-PAL) Southeast Asia dan Rumah Presisi Indonesia menunjukkan bahwa Kartu Prakerja terbukti secara ilmiah berdampak positif terhadap peningkatan kompetensi, produktivitas, kebekerjaan, kewirausahaan, serta pendapatan para penerimanya.

Pencapaian tersebut memperlihatkan bahwa Program Kartu Prakerja berhasil menjalankan misi gandanya pada masa pandemi, yakni meningkatkan keterampilan sekaligus menjaga daya beli masyarakat.

Oleh karena itu, Program Kartu Prakerja dipaparkan sebagai contoh program yang sukses dijalankan pemerintah Indonesia pada pertemuan G20. Pemerintah pun mendukung implementasi program serupa oleh negara berkembang lain.