"Pertumbuhan ekonomi di kuartal IV sebesar 5,02 persen didorong oleh pulihnya sektor industri dan perdagangan dengan pertumbuhan di atas pertumbuhan nasional yakni 4,92 persen dan 5,56 persen," kata Airlangga di Jakarta, Senin.

Ia juga menuturkan kontribusi industri yang mencapai 18,8 persen merupakan kontributor terbesar terhadap struktur PDB dengan andil sebesar 1,01 persen terhadap pertumbuhan ekonomi.

Selain itu, kinerja perdagangan yang tercatat positif juga memberikan manfaat kepada perekonomian nasional pada periode ini dengan ekspor yang tumbuh 29,83 persen dan impor tumbuh 29,6 persen.

Dengan pencapaian positif ini, Airlangga memastikan kebijakan gas dan rem yang telah dilakukan selama masa pandemi COVID-19 oleh pemerintah berjalan secara harmonis.

"Kebijakan stimulus fiskal terhadap sektor otomotif dan properti terbukti mendorong multiplier effect dari segi produksi dan dari sisi konsumsi," katanya.

Airlangga pun memastikan, pemerintah akan menjaga momentum kinerja positif ini agar pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2022 semakin baik di kisaran lima persen.

"Pemerintah melihat momentum ini untuk terus dijaga di kuartal I tahun 2022 yang tahun lalu tumbuh negatif 0,74 persen agar di kuartal I dapat dijaga di level yang sama dengan kuartal IV," katanya.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat perekonomian Indonesia secara kumulatif sepanjang 2021 berhasil tumbuh positif mencapai 3,69 persen, atau lebih baik dibandingkan 2020 yang mengalami kontraksi 2,07 persen.

Perekonomian Indonesia sepanjang 2021 diwarnai dengan gejolak maupun peluang yang sangat bergantung pada perkembangan pandemi COVID-19.

Sebagai contoh, realisasi triwulan I 2021 meski terkontraksi 0,74 persen (yoy), namun jauh lebih baik dibanding realisasi 2020 yang masih sangat tertekan oleh masifnya penyebaran COVID-19.

Sementara momentum ekonomi nasional melambung tinggi terjadi pada triwulan II 2021 yang mencapai 7,07 persen (yoy) mengingat baseline dari kuartal yang sama tahun sebelumnya sangat rendah yakni minus 5,32 persen (yoy).

Selain karena baseline yang rendah, realisasi triwulan II 2021 juga dilatarbelakangi oleh upaya pemerintah yang mulai gencar menjalankan program vaksinasi sehingga mampu meningkatkan kepercayaan masyarakat untuk melakukan mobilitas.

Di sisi lain, pencapaian itu tidak berlanjut di triwulan III 2021 karena realisasinya hanya sebesar 3,51 persen (yoy) seiring pemerintah menerapkan PPKM darurat untuk menekan penyebaran COVID-19 varian Delta yang melambung tinggi.