Terkait Brigadir J, Saor Siagian Bicara Keras Soal Tudingan Pelecehan Seksual Timbulkan Pelecehan Kematian

Foto (KompasPetang): Saor Siagian, SH., MH dan TAMPAK didepan para wartawan seusai melaporkan Irjen Ferdy Sambo di mabes Polri (18/07/2022)


JAKARTA, wartamerdeka.info

Terkait tewasnya Brigadir J (Brigadir Nofriansyah Yoshua Hutabarat), ajudan Kadiv. Propam Mabes Polri, Irjen Pol. Ferdy Sambo, yang dituding melakukan pelecehan seksual terhadap isteri komandannya sebelum tertembak, Pengacara Saor Siagian, SH., MH berkata keras.

 

“Bagaimana lagi mau membuktikan pelecehan seksual seperti yang dikatakan dalam keterangan polisi, sedangkan orangnya sudah meninggal? Siapa saksinya? Kalaupun ada saksi, bagaimana cara membuktikannya? Ini saya lihat bukan pelecehan seksual lagi ini. Ini arahnya jadi pelecehan kematian,” ungkapnya saat ditanya media ini, dalam sebuah acara di Jakarta Timur Sabtu (23/07/2022) lalu.

 

Dikatakan Saor Siagian yang juga inisiator Tim Advokasi untuk Hukum dan Keadilan (TAMPAK) ini, keluarga Brigadir J pun sangat terpukul atas tudingan pelecehan seksual tersebut. Karena sepengetahuan para keluarganya, Alm. Brigadir J sangat hormat dan patuh pada komandannya, dan menghormati isteri dan anak-anak komandannya.

 

Sebab itu, Saor Siagian dan rekan-rekannya dalam TAMPAK merasa terpanggil untuk turut menegakkan Hukum dan Keadilan atas kejadian ini. Siapapun nantinya yang diketahui bersalah, itu harus dibuka sejelas-jelasnya dan tidak ada yang harus disembunyikan.

 

Ditanya soal pelecehan seksual yang diadukan Pengacara isteri Ferdy Sambo (Putri Candrawathi-Red) ke Polda Metro Jaya, Saor Siagian mengatakan, sebaiknya itu dihentikan saja.

 

“Ya, soal pengaduan bisa saja diterima Polda Metro Jaya. Tapi, kalau saran saya, itu dihentikan saja. Karena itu tadi, bagaimana caranya membuktikan, orang yang diduga sudah meninggal? Itu akan menjadi teka-teki sepanjang masa,” tandasnya


Foto (tvonenews.com): Irjen Pol. Ferdy Sambo, Isteri dan Brigadir J

Ditanya soal adanya opini publik yang diketahui dari berbagai respons di media-media online, atas berita-berita yang muncul, bahwa jangan-jangan Ferdy Sambo ada di TKP, Saor mengatakan, bisa jadi.

 

“Kalaupun ada banyak opini publik yang berkembang soal apakah Ferdy Sambo ada di TKP, ya bisa jadi. Namun, kita tentu sangat berharap kepada hasil temuan dari Tim yang dibentuk Kapolri, yang terdiri dari para petinggi Polri serta Komnas HAM, untuk membuktikan apakah ada di TKP atau tidak,” bebernya.

 

Menanggapi ditemukannya CCTV belakangan ini, Pengacara kondang yang sebelumnya sering muncul di acara televisi Indonesia Lawyers Club (ILC) ini mengatakan, itu tetap masih jadi pertanyaan.

 

“Ya, kalaupuan sudah ditemukan CCTV yang diharapkan menjadi salah satu alat bukti, tapi hemat saya itu masih jadi pertanyaan. Apakah rekaman didalamnya masih utuh atau tidak? Jangan-jangan ada sebagian yang rusak, sehingga makin memperpanjang persoalan,” imbuhnya.   

 

Diketahui sebelumnya, Tim Advokat Penegak Hukum dan Keadilan (TAMPAK) melaporkan Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo dan Bharada E terkait kematian Brigadir Polisi (Brigpol) Nopryansah Yosua Hutabarat atau Brigadir J.

 

“Jadi yang kami laporkan itu adalah saudara Irjen Ferdy sambo. Kenapa? Karena tempat kejadian perkara pembunuhan ini terjadi, adalah di rumah dinas daripada saudara Ferdy Sambo,” ucap anggota Tim Advokat TAMPAK, Saor Siagian, dalam tayangan KOMPAS Petang, KOMPAS TV, Senin (18/7/2022).

 

“Dan yang kedua adalah korban yang dibunuh ini adalah sopir atau ajudan daripada saudara Ferdy Sambo.”

 

Tidak hanya melaporkan Irjen Ferdy Sambo, TAMPAK juga melaporkan Bharada E yang dalam keterangan Karopenmas Polri disebut sempat baku tembak dengan Brigadir J.

 

“Kedua yang kami laporkan adalah Bharada E,” ujarnya.

 

Sementara itu, Jumat malam (22/07/2022), Saor Siagian bersama rekan-rekan TAMPAK dan beberapa simpatisan lannya, menginisiasi pemasangan 1000 lilin untuk solidaritas dan doa bagi Brigadir J, di Bundaran Hotel Indonesia (HI), Jakarta Pusat. Hal itu dilakukan sebagai ungkapan empati terhadap tewasnya Brigadir J, yang dirasa banyak kejanggalan dan teka-teki.

 

Walau sempat dicegah Satpol PP, agar tidak menggunakan bentuk barisan berkeliling Bundaran HI, Saor Siagian yang hadir malam itu mengucapkan terimakasih.

 

"Terima kasih Satpol PP yang sudah mengingatkan prokes kepada kita. Kami mohon izin menggunakan tempat ini hingga pukul 20.00 WIB sesuai dengan ketentuan. teman-teman dimohon untuk tidak terprovokasi," kata salah satu anggota TAMPAK, Saor Siagian di lokasi.

 

Beberapa orang lainnya juga tampak membawa spanduk dan poster berisi tuntutan mereka yang bertuliskan 'Kasus tewasnya Brigadir Josua Hutabarat. Momentum reformasi moral dan mental Polri. Save Polri presisi'.

 

Sebagaimana diberitakan, kasus tembak-menembak yang diungkapkan polisi antara Brigadir J dan Bharada E, yang keduanya adalah ajudan Ferdy Sambo, terjadi di Rumah Dinas Kadiv. Propam itu, di Duren Tiga, Jakarta Selatan, Jum’at (08/7/2022), dan baru diungkap ke publik pada hari Senin (11/07/2022).

 

Banyaknya kejanggalan yang terjadi, yang justru bersumber dari keterangan Kapolres Jakarta Selatan, Kadiv. Humas serta Karo Paminal Div. Propam, membuat masyarakat menjadi bertanya-tanya. Apalagi setelah diketahui kemudian, ada banyak hal yang berbeda dengan ungkapan keluarga Brigadir J, yang mengatakan ada sayatan, jahitan di wajah, dan cara-cara polisi terhadap keluarganya saat penyerahan mayat di Jambi, makin memancing kecurigaan masyarakat.

 

Bahkan Presiden Joko Widodo pun mengatakan, agar kasus ini tidak usah ditutup-tutupi, yang memberikan keterangan pers saat di Pulau Rinca, Taman Nasional Komodo yang disiarkan kanal YouTube Sekretariat Negara, Kamis 21 Juli 2022.

 

"Saya kan sudah sampaikan, usut tuntas. buka apa adanya. jangan ada yang ditutup-tutupi. Menurut Jokowi, tindakan transparan tersebut penting dilakukan oleh Polri agar tidak mengundang keraguan dari masyarakat. Hal itu kerap muncul lantaran peristiwa pembunuhan tersebut melibatkan anggota kepolisian,” ungkapnya.

 

Hingga berita ini diturunkan, belum ada keterangan terkini dari Tim Investigasi bentukan Kapolri, padahal sudah lebih dari seminggu dibentuk. Bahkan Komnas HAM juga diketahui baru saja dari kunjungan keluarga korban di Jambi, dan masih terus mengumpulkan fakta-fakta. DANS/ MED

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama