“Pada dialog iklim hari ini, kami telah membahas percepatan dan transisi yang adil ke energi berkelanjutan dan Ocean 20, keuangan biru, dan mencari modal untuk lautan,” katanya saat hadir secara daring dalam Tri Hita Karana Forum Climate Road To G20 Dialogue, Kamis.

Pesan yang jelas dari musyawarah hari ini, lanjutnya, terkait prioritas penyesuaian transisi energi dan energi yang terjangkau, serta memastikan manfaat dan biaya terdistribusi secara merata.

Menko Airlangga menyampaikan, pada Presidensi G20 Indonesia, dunia tengah berada dalam kondisi kritis karena harus menghadapi tantangan makro ekonomi global dan krisis iklim.

“Dalam situasi yang menantang ini, kepemimpinan Indonesia sebagai Presidensi G20 menjadi lebih penting dari sebelumnya. Indonesia memiliki keunikan dalam keragaman, alam, manusia dan modal ekonomi,” ujarnya.

Selama dekade terakhir pun, Pemerintah Indonesia juga telah menunjukkan kemitraan lokal dan global sebagai pionir implementasi desain dan prinsip solusi keuangan yang inovatif dan terpadu.

Selain itu, Airlangga menuturkan bahwa laut merupakan ekosistem terbesar di bumi yang merupakan sumber makanan utama bagi hampir separuh populasi dunia dan merupakan rumah bagi sekitar 80 persen keanekaragaman hayati planet. Industri besar seperti perkapalan, perikanan budidaya, dan wisata pesisir juga bergantung pada kondisi laut.

Namun, pesatnya pembangunan yang tidak menerapkan keberlanjutan dapat menyebabkan risiko lingkungan dan hilangnya kelestarian alam. Oleh karenanya diperlukan blue carbon untuk menjaga keberlangsungan ekosistem laut

“Mengamankan blue carbon dan Blue Halo S adalah komponen kunci dari visi ini. 70 persen cadangan blue carbon dunia terdapat di Indonesia, 3,2 hektar Mangrove, dan 3 juta seagrass,” sebutnya.

Airlangga pun yakin dengan perkiraan nilai tahunan blue economy sebesar 2,5 triliun dolar AS mampu secara progresif menarik investor, asuransi, bank, dan pembuat kebijakan sebagai sumber kekayaan baru.

“Tantangannya adalah bagaimana memperluas sustainability dan ini akan membutuhkan sektor swasta untuk berpartisipasi. Di sinilah blended finance dapat menjadi kunci untuk mencapai tujuan melalui pendekatan inovatif seperti konsep Blue Halo S,” tutur Airlangga. (An)