JAKARTA (wartamerdeka.info) - Ditjen Dukcapil Kemendagri terus mendorong semua sektor pemerintah maupun swasta yang berkaitan dengan pelayanan publik untuk menggunakan data kependudukan berbasis NIK atau Nomor Induk Kependudukan. Dalam membangun database tersebut, Dukcapil tidak hanya mementingkan fungsionalitas dan fleksibilitas dari sistem yang dibangun, tapi juga aspek keamanannya.
Untuk keperluan tersebut, Dirjen Dukcapil Zudan Arif Fakrulloh kembali menerima kunjungan Tim Pakar Cybersecurity dari Cybernetica, Estonia, di Kantor Ditjen Dukcapil, Jakarta, Selasa (21/2/2023). Ini merupakan kunjungan kedua dari perusahaan IT berbasis litbang di bidang keamanan siber, interoperabilitas, dan identitas digital dari negara pecahan Rusia di kawasan Baltik, Eropa Utara itu.
Kali ini delegasi Cybernetica dipimpin oleh CEO Oliver Vaartnou ditemani Kepala Teknologi ID Digital Michael Buckland. Kemudian, Kepala Kerja Sama Teknologi ID Digital, Marika Popp, serta Release Engineer for Digital ID Technologies, Aleksander Kamanik. Mereka didampingi oleh Konsul Kehormatan Estonia untuk Bali dan Jawa Tengah, Bharat G. Advani. Sementara ikut mendampingi Dirjen Dukcapil, yakni Direktur PIAK Erikson Manihuruk dan Direktur FPD2K Akhmad Sudirman Tavipiyono.
Dirjen Zudan Arif Fakrulloh menjelaskan, Dukcapil saat ini memerlukan sebuah platform integrasi data yang aman dan mampu menyatukan semua lembaga pelayanan publik. "Jadi bukan hanya integrasi parsial dengan satu per satu lembaga, melainkan terintegrasi dalam seluruh ekosistem. Misalnya, data Dukcapil terintegrasi dengan Kementerian Keuangan, Kementerian Kesehatan, perbankan, rumah sakit dan seterusnya. Begitu pun sebaliknya antar-instansi tersebut bisa saling terintegrasi satu sama lain," Zudan menjelaskan.
"Inilah tujuan Dukcapil ke depan Indonesia akan menuju single sign-on untuk semua layanan publik," Dirjen Zudan menambahkan.
CEO Cybernetica Oliver Vaartnou menyampaikan, pihaknya mengembangkan teknologi SplitKey Mobile Authentication dan Digital Signature Platform yang merupakan generasi lanjutan dari teknologi identitas elektronik. "Platform ini mengubah smartphone dan tablet end user menjadi perangkat otentikasi yang aman, melengkapi penyedia layanan online yang andal, dan alat manajemen akses end user yang aman. Platform ini pun memungkinkan pengguna akhir untuk menandatangani dokumen secara digital," jelas Oliver.
SplitKey menggunakan 3 faktor otentikasi, yakni PIN, pola pattern lock (kode garis), dan biometrik (face recognition).
"Otentikasi yang aman biasanya membutuhkan hard ware khusus seperti kartu pintar, kalkulator pin, kunci USB, dan lainnya untuk melindungi dari phishing dan serangan malware. Perangkat-perangkat ini mahal, tidak nyaman digunakan, dan menerbitkannya memakan waktu. Nah, teknologi SplitKey melindungi kunci pribadi dengan menggunakan kriptografi ambang batas, sehingga pengguna dapat dengan mudah menggunakan ponsel pintar mereka untuk mengotentikasi dan menandatangani semudah menggunakan token biasa," Oliver menjelaskan.
Kepala Teknologi ID Digital Cybernetica Michael Buckland ikut menambahkan, Cybernetica telah memulai bekerja sejak 25 tahun yang lalu. "Kami mulai dengan solusi interopability untuk Estonia, dan kini digunakan lebih dari 20 negara. Digital Identity, itu juga salah satu seri bisnis terbesar kami," ungkap Michael Buckland.
Dirjen Zudan mengucapkan terima kasih atas diskusi yang produktif dengan Tim Cybernetica yang banyak memberikan hal - hal baru terkait keamanan data dan informasi
"Dukcapil ingin menyatukan semua lembaga dalam satu platform integrasi data. Untuk itu Dukcapil membutuhkan cybersecurity, SplitKey dan identitas digital dalam satu platform yang saling terintegrasi dengan banyak instansi" demikian Dirjen Dukcapil Kemendagri Zudan Arif Fakrulloh. (A)