Puang Langngarang dari Mandar Menyebarkan Agama Islam di Bima

YM. Sjahrir Tamsi dan Permaisuri, YM. Siti Rahmi Sain Tulis bersama Keluarga Besar Mara'dia Kerajaan Pamboang.

Oleh : YM. Sjahrir Tamsi 

Tulisan ini merupakan kisah singkat dan kontribusi besar Yang Mulia (YM) Puang Langngarang dalam penyebaran Agama Islam di Bima. Dengan pendekatan yang bijaksana dan adaptif terhadap budaya lokal, dia mampu membawa perubahan besar dalam kehidupan masyarakat Bima dan mewariskan nilai-nilai Ajaran Agama Islam yang lestari hingga kini.

YM. Puang Langngarang adalah salah satu tokoh yang dihormati dari wilayah Mandar. Ia memiliki peran besar dalam penyebaran agama Islam di Bima, Nusa Tenggara Barat. Dia berasal dari Afdeling Mandar kala itu. Kini Provinsi Sulawesi Barat. 

Berdasarkan cerita turun-temurun, YM. Puang Langngarang adalah seorang ulama dan tokoh adat yang terlibat dalam penyebaran agama Islam pada abad ke-17. Kehadirannya dalam sejarah penyebaran Islam di Bima tidak hanya mencerminkan misi dakwah, akan tetapi juga nilai-nilai budaya dan adat yang dipadukan dengan ajaran Islam untuk menciptakan masyarakat yang harmonis (YM. H. Muhammad "Saenong" Sain Tulis, Pa'bicara/Kepala Distrik Lalampanua Kerajaan Pamboang. 1990).

Latar Belakang Perjalanan YM. Puang Langngarang

Afdeling Mandar (sebuah pembagian administratif pemerintahan tingkat kedua di Hindia Belanda yang merupakan bagian dari suatu keresidenan. Afdeling dikepalai oleh Asisten Residen), yang kini menjadi  Provinsi Sulawesi Barat, memiliki sejarah panjang dalam penyebaran agama Islam di kawasan timur Indonesia. Sejarah ini mencakup berbagai ulama dan tokoh masyarakat yang berdakwah ke daerah-daerah terpencil dan membangun hubungan persahabatan dengan kerajaan-kerajaan yang ada di kawasan tersebut. Salah satu tokoh penting dalam penyebaran Agama Islam adalah YM. Puang Langngarang, yang dikenal karena ketokohannya dalam mengajarkan Islam dengan pendekatan budaya.

YM. Puang Langngarang berangkat ke Bima melalui jalur laut, sebuah perjalanan yang penuh tantangan, terutama di masa sulit dan ekonomi yang tidak menentu. Di mana transportasi masih bergantung pada kapal layar tradisional. Perjalanannya mencerminkan semangat dakwah yang kuat dan komitmen untuk menyebarkan ajaran agama Islam di daerah-daerah yang masih belum banyak terjamah oleh pengaruh Islam.

Penyebaran Agama Islam di Bima

Ketika tiba di Bima, YM. Puang Langngarang diterima dengan baik oleh masyarakat setempat. Hal ini tidak terlepas dari pendekatan dakwahnya yang bijaksana. YM. Puang tidak hanya mengenalkan ajaran Agama Islam secara teologis, akan tetapi juga membangun hubungan yang baik dengan Raja Bima dan para pemimpin adat kala itu. Pendekatannya yang adaptif terhadap budaya lokal menjadi kunci keberhasilan dakwahnya.

YM. Puang Langngarang dikenal tidak serta-merta menghilangkan adat istiadat setempat, akan tetapi berusaha untuk memasukkan nilai-nilai Agama Islam dalam praktik adat yang sudah ada. Salah satu contohnya adalah upacara-upacara adat yang kemudian dimodifikasi sesuai dengan nilai-nilai ajaran Agama Islam, sehingga masyarakat setempat merasa nyaman dalam proses transisi menuju pemahaman agama yang baru.

Dampak Dakwah YM. Puang Langngarang

Dakwah yang dilakukan oleh YM. Puang Langngarang berhasil mengubah wajah masyarakat Bima menjadi lebih religius dan mengadopsi nilai-nilai ajaran Agama Islam dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, pengaruh YM. Puang Langngarang juga terlihat dalam sistem pemerintahan Kerajaan Bima, di mana aturan-aturan kerajaan mulai dipengaruhi oleh hukum-hukum Agama Islam.

Raja Bima saat itu, yang tertarik dengan ajaran yang dibawa oleh YM. Puang Langngarang, akhirnya memeluk Agama Islam dan menjadi seorang muslim yang taat. Hal ini memberikan dampak yang sangat besar dalam penyebaran Agama Islam di wilayah Bima karena raja memiliki pengaruh besar dalam mengarahkan rakyatnya. Dengan memeluk Islam, Raja Bima juga memerintahkan agar rakyatnya mengikuti ajaran agama baru ini, yang menjadikan Islam sebagai agama resmi kerajaan (YM. Tamsi Patolai. 1993).

Warisan dan Pengaruh YM. Puang Langngarang di Bima

Warisan yang ditinggalkan oleh YM. Puang Langngarang tidak hanya berupa ajaran agama, akan tetapi juga berbagai institusi sosial dan budaya yang berakar pada nilai-nilai Agama Islam. 

Hingga saat ini, nama YM. Puang Langngarang masih dikenang sebagai sosok yang berjasa dalam mengislamkan warga masyarakat adat wilayah kerajaan Bima (YM. Hj. Siti Rahmatiah Binti Sain Tulis. 2010). Banyak cerita rakyat yang menceritakan kebijaksanaan dan keteguhan hati beliau dalam menjalankan tugas dakwahnya.

YM. Puang Langngarang juga dipercaya telah mendirikan beberapa tempat ibadah dan menjadi panutan bagi generasi penerus dalam mempelajari Agama Islam. Berkat dedikasinya, Bima menjadi salah satu wilayah di Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam dengan praktik keagamaan yang kental hingga kini.

Referensi :
1. Abdurrahman, A. (2005). Peran Tokoh-tokoh Ulama dalam Penyebaran Islam di Indonesia Timur. Makassar : Penerbit Universitas Hasanuddin;
2. Usman, R. (2010). Sejarah Islamisasi di Kawasan Nusa Tenggara. Mataram : Balai Penelitian Sejarah dan Nilai Tradisional Mataram;
3. Hamid, A. (2012). Mandar dalam Lintasan Sejarah Nusantara : Kajian tentang Penyebaran Islam di Sulawesi Barat. Polewali Mandar : Penerbit Mandar Press;
4. Hasanuddin, M. (2017). "Pengaruh Ulama Mandar dalam Islamisasi di Bima pada Abad ke-17." Jurnal Sejarah dan Budaya Nusantara, 8 (2), 155-170.
Editor : W. Masykar

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama