Novel Perdana, Karya : YM. Sjahrir Tamsi
Adalah Tomakaka Adaq Jambu Cappa Bate Dara' Kerajaan Binuang Mandar
(Ketua Adat Komunitas Jambu Penghujung Batas Kerajaan Binuang Mandar)
Seri 1: Kertas Hati
Dalam sunyi malam, YM. Sjamsi duduk di beranda depan rumahnya.
Pandangannya menatap jauh ke bintang-bintang di langit, namun pikirannya tertuju pada satu nama, YM. Mirah. Nama yang selalu terukir dalam setiap doa dan pikirannya, seperti melodi yang tak pernah berhenti menggema di hatinya.
Ia meraih pena, membuka sebuah buku catatan yang telah usang, lalu mulailah menulis.
"Dalam kertas hati, kugoreskan ungkapan rasa dengan tinta cinta…"
Setiap kata yang ia tulis memancarkan rasa yang sulit ia ungkapkan secara langsung. Ingatannya kembali ke hari pertama ia bertemu YM. Mirah, wanita yang mampu mengubah dunianya hanya dengan sebuah senyuman.
Ketika itu terjadi dalam sebuah pertemuan adat di tengah megahnya Istana Kerajaan. YM. Mirah hadir dengan keanggunan yang memukau, mengenakan kebaya tradisional yang sederhana namun elegan.
Saat pertama kali YM. Sjamsi melihatnya, seolah waktu berhenti. Dia mendekat dengan hati yang dipenuhi rasa penasaran, tetapi suaranya sempat tertahan oleh debar jantung yang kian menguat.
"Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaaatuh, YM. Mirah!," sapanya dengan suara yang bergetar halus.
YM. Mirah menoleh, menatapnya dengan mata yang seolah menyimpan sejuta cerita.
"Walaikumsalamsalam warahmatullahi wabarakatuh, YM. Sjamsi," jawabnya lembut. "Adakah yang ingin YM. Sjamsi sampaikan?"
YM. Sjamsi hanya tersenyum kecil. "Hanya ingin memperkenalkan diri. Saya merasa terhormat bisa bertemu denganmu YM. Mirah, di malam ini."
Percakapan sederhana itu menjadi awal dari perjalanan kisah kasih mereka, sebuah perjalanan yang dipenuhi dengan rasa yang sulit untuk digambarkan.
Hari-hari berlalu, namun pertemuan itu terus terngiang dalam benak YM. Sjamsi.
Suatu sore, YM. Sjamsi mengundang YM. Mirah untuk bersantai dan rileks di alun-alun (taman) Istana Kerajaan. Mereka duduk di bawah pohon rindang, pohon Ketapeng Kencana dan Tabebuya Kuning atau pohon Terompet Emas adalah sejenis tanaman yang konon berasal dari negara Brasil dan termasuk jenis pohon Besar. Seringkali tanaman ini dikira sebagai tanaman Sakura oleh kebanyakan orang, karena bila berbunga bentuknya mirip seperti bunga Sakura. Mereka berdua memandangi bunga-bunga yang bermekaran di sekitarnya.
Dengan tangan yang gemetar, YM. Sjamsi mengeluarkan selembar kertas dari sakunya.
"Ada sesuatu yang ingin aku sampaikan melalui surat ini," katanya sambil menyerahkan kertas itu.
YM. Mirah menerima kertas itu dengan senyum lembut bibirnya yang merah delima dan tatapan matanya bagai Safir Biru yang sayu merayu.
Ia membacanya perlahan :
"Mengenal namamu, "YM. Mirah" adalah Anugerah Terindah di setiap langkah ku ini. Membaca arti dirimu telah menghadirkan satu hikmat tak ternilai. Aku bersyukur untuk setiap detik bersamamu, karena kau adalah cahaya dalam gelap ku, dan alasan aku terus melangkah."
YM. Mirah terdiam, bibirnya bergetar seolah ingin mengatakan sesuatu. "YM. Sjamsi," hatinya pun berbisik, "mengapa Dikau menulis ini untuk ku..?"
"Karena hanya kaulah yang mampu membuat dunia ku lebih berwarna, bagai pelangi di langit yang biru" jawab YM. Sjamsi dalam hati dengan tatapan penuh ketulusan.
Hubungan mereka tumbuh di tengah kesibukan tanggung jawab Kerajaan.
Setiap pertemuan, meski singkat, terasa begitu berarti. Namun, YM. Mirah menyimpan keraguan di hatinya. Apakah seorang seperti dirinya pantas menerima cinta yang begitu tulus dari YM. Sjamsi..?
"Sayang... (YM. Sjamsi)," katanya suatu hari, saat mereka duduk santai di tanggul bibir pantai yang membentang sepanjang jalan Arteri sebelah barat Istana.
"Ada banyak hal tentang saya yang mungkin tidak kamu ketahui. Aku bukanlah orang yang sempurna."
YM. Sjamsi menggenggam tangannya yang dingin dengan erat dan lembut. "Kesempurnaan tidak pernah menjadi apa yang aku cari, YM. Mirah...Kehadiranmu sudah cukup menjadi dunia aku."
Kata-kata itu menghapus semua keraguan YM. Mirah. Ia menyadari, YM. Sjamsi mencintainya bukan karena ia sempurna, akan tetapi niscaya ia mencintainya dengan sepenuh "Hati." Oleh karena dari hatilah semua ketulusan berawal dan bermulanya suatu keikhlasan untuk bisa menerima segala sesuatu apa adanya dan mensyukuri apa yang ada.
Hubungan mereka menjadi bukti bahwa cinta sejati mampu melewati segala batas.
Bersama, mereka menghadapi berbagai tantangan dengan keyakinan dan doa.
Setiap tatapan, setiap senyuman, bahkan setiap sentuhan adalah bukti cinta mereka yang murni.
Pada suatu malam yang cerah, di bawah sinar rembulan dan semilir angin berlalu membawa nikmat kesejukan sehingga YM. Sjamsi termotivasi untuk berkata dengan lembut, santun dan penuh kasih kepada YM. Mirah, "Kau adalah Anugerah Terindah dalam hidupku, YM. Mirah.
Aku berjanji akan menjagamu, mencintaimu, dan mendampingi mu selamanya."
Dengan mata yang berbinar, YM. Mirah menjawab, "Begitu pun aku, YM. Sjamsi, akan selalu menjadi bagian dari duniamu. Cintamu adalah cahaya yang tak akan pernah padam."
Malam itu, di bawah langit yang penuh bintang bertaburan, berkelap-kelip seumpama intan berlian, mereka menulis awal dari kisah cinta yang akan dikenang sepanjang masa, kisah tentang dua hati yang dipertemukan oleh takdir, dan disatukan oleh cinta yang abadi. (Bersambung)