S3 Prodi Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan IPB
"Lakon Santri Mbeling" adalah Novel Perdana karya : Qosdus Sabil
Babak Kedua - "Pantai Indah Kapuk"
Pagi ini, hujan masih menyelimuti langit Jakarta. Biasanya, kalau sudah berlangsung tanpa henti, minimal dua hari saja, maka banjir hampir pasti akan terjadi. Tepat pukul 23.27 Waktu Indonesia bagian Ciputat, saya menerima sebuah panggilan masuk di ponsel saya.
Saat kulihat muncul nama Tomin di layar ponsel saya, langsung saya mengira bahwa Tomin bermaksud membangunkan ku untuk tahajud dan sahur puasa Kamis di hari esok.
Saya pun awalnya saat terbangun mengira sudah menjelang subuh karena saya merasa sudah tidur sekian lama.
"Mas Hamzah wis kapundhut," ujar Tomin singkat kepadaku. Ponselku segera hening kembali.
Tidak percaya dengan yang aku dengar, aku pun menelepon balik Tomin: "Mas Hamzah kapundhut jam piro?"
"Jam sepuluh," jawabnya singkat. Aku pun lantas tertidur kembali dengan begitu pulasnya.
Tak lupa sebelum melanjutkan tidurku, aku segera mengabarkan berita kapundhut-nya Mas Hamzah kepada Mas Hadjir, Mas Fauzan, Mas Nazar, hingga kepada semua kawan yang pernah berinteraksi dengan almarhum.
Rasanya kawan-kawan sudah aku japri semua. Juga kepada semua grup WA yang ada jejak langkah almarhum semasa hidup.
Aku juga memberitakan kabar wafatnya Mas Hamzah ini kepada Kak Din, Mas Mu'ti, serta semua penggede padepokan Menteng Raya. Aku pastikan jangan sampai ada yang terlewat.
Tanda kalau aku sudah tidur dengan pulas sekali biasanya ditandai dengan saat bangun tidur itu mulut dan kerongkonganku akan terasa kering dan serak. Artinya, aku terbukti telah secara sah dan meyakinkan tertidur dengan suara dengkuranku yang menggelegar. Dengkuran yang memecahkan keheningan malam.
Jadi kronologinya bermula saat Marara ngemis-ngemis ke Akongguan dan Nagasongo lainnya, ditambah Pak Pui, supaya mau ramai-ramai ke IKN.
Pui itu pemilik Pulau Diamond, sebagai salah satu Nagasongo yang sempat marah kepada Marara.
Tapi Marara berani bilang begini: "Anggap saja Om buang duit sial. IKN juga nggak akan kepakai, tapi paling nggak bisnis Om nggak direcokin si-Widodo."
Aku membatin, kenapa Nagasongo dibiarkan bebas menghisap habis darah dan air mata rakyat.
Bukankah Muhammadiyah kini sudah menjadi konglomerasi bisnis yang tidak kalah hebatnya?
Apakah karena Muhammadiyah kini sudah mulai dalam ritual hampa tak berjiwa? Sehingga, masih saja tega membiarkan para abdi dalemnya menerima upah yang masih jauh dari kata layak untuk hidup sejahtera.
Lihatlah, beribu guru Muhammadiyah terpaksa mengojek sepulang mengajar murid-muridnya di sekolah. Uang honor mengajar tidak pernah cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.
Sementara, murid-muridnya yang dulu dibina oleh sang guru kini mulai melupakanmu. Dengan sadar membanggakan gaya hidupnya di Ibu Kota.
Muridmu tertawa-tawa menghabiskan waktu sembari menikmati secangkir kopi dan beberapa potong sweet potato yang harganya lebih mahal daripada upahmu selama sebulan.
Lalu, mereka yang telah memenuhi seruanmu masuk menjadi Muhammadiyah kerap lupa untuk membayar iuran. Sangat menyedihkan, kawan...
Seorang kolega di PWM Jawa Tengah mengatakan kepada saya bahwa Ustaz Zainul dari PWM Jawa Timur-lah satu-satunya yang berani protes keras terhadap pernyataan salah seorang Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah terkait iuran anggota.
Ustaz Zainul sudah lima kali menyampaikan di berbagai tempat, dan saya dengar langsung terkait dana yang bisa dikonsolidasikan dari iuran anggota sebesar 7,8 triliun.
Dasar beliau menghitung dari rilis Kemenag tahun 2019 serta dari lembaga survei bahwa anggota Muhammadiyah sebanyak 65 juta. Jika iurannya Rp10.000 per bulan per anggota, maka setahun diperoleh Rp650 miliar dikali 12 bulan, maka dana iuran anggota yang diperoleh Rp7,8 triliun setahun.
Kekuatan mobilisasi iuran anggota yang sangat mungkin bisa menandingi kedigdayaan Nagasongo di negeri nusa persada.
Negeri merdeka yang kembali terjajah. Oleh imperium Tiongkok daratan yang tamak. Juga oleh kekaisaran United States yang selalu memaksakan kemauannya.
Kapankah datang pertolongan dari-Nya? Pertolongan yang dijanjikan itu telah lama ditunggu.
Namun, rasanya pertolongan itu tidak akan datang dengan segera. Itu disebabkan karena Gerakan Muhammadiyah masih berkutat untuk mengajarkan keislaman. Bukan keimanan.
Nashrun min Allah wa fathun qarib. Dan berikanlah kabar gembira untuk orang-orang yang beriman.
Andai saja kita dapat membiasakan mengeksekusi segala sesuatu by data, anggota Persyarikatan Muhammadiyah sampai Kamis sore, 5 Desember 2024, sebesar 1.595.888. Itu pun belum dikurangi pemegang KTAM yang wafat.
"Bukankah Iuran Anggota ditarik kepada setiap orang anggota sebagai pemegang KTAM?"
"Menyadari hal itu, sejak saya diamanahi menjadi Bendaharawan PWM, supaya Bendahara bisa mendapat dana dari iuran anggota, maka yang pertama harus dibenahi adalah bagian pendaftaran anggota. Kartu Tanda Anggota Muhammadiyah yang semula hanya mencetak 30 KTAM per hari harus dinaikkan menjadi 150 KTAM per hari."
"Ini juga masih jauh dari yang dibutuhkan yaitu sebanyak empat juta pemegang KTAM."
"Jika target empat juta pemegang KTAM se-Jawa Timur tercapai, maka Muhammadiyah akan punya marwah."
"Muhammadiyah akan terlihat sangat gagah terkait urusan-urusan pengembangan ekonomi, apalagi politik."
"Memang tidak semua Pimpinan Persyarikatan yang optimis dan mau mendukung upaya-upaya seperti ini. Karena itu sepertinya mustahil."
"Tapi saya meyakini ini harus dikerjakan, dan harus dimulai dari sekarang."
"Tetap semangat, Mas!" teriak Ustaz Zainul menyemangatiku.
Padahal, sebagai outsider seharusnya malah aku yang memberikan dukungan kepadanya.
"Bismillah."
"Allahu Akbar."
"Intinya, kita butuh data agar eksekusi yang kita lakukan akurat."
"Semestinya dalam setiap pola pikir, sikap, dan perilakunya harus visioner. Lha wong kita disuruh untuk memperhatikan apa yang kita lakukan pada hari ini untuk kemenangan di hari esok."
"Semakin banyak referensi yang kita miliki, maka akan semakin akurat kita melakukan eksekusi."
"Contohnya: teman-teman di semua struktur Persyarikatan. Kalau mau bikin AUM pasti tidak lepas dari mindset bikin sekolahan dan rumah sakit."
"Padahal angka kelahiran penduduk Jawa Timur mulai mengalami penurunan hingga 0,79%. Dari jumlah penduduk yang 42 jutaan itu, maka jumlah anak yang lahir per tahun adalah sekitar 330 ribuan jiwa."
"Lalu berapa jumlah SD dan MI swasta maupun negeri? Sampai saat ini ada sejumlah dua puluh enam ribuan, bahkan mungkin lebih. Itu data yang ada di Dapodik yang saya dapatkan dari teman-teman Majelis Dikdasmen PWM Jawa Timur."
"Jadi, kalau dibagi rata-rata tiap sekolah hanya dapat siswa sekitar lima belas siswa. Kalau tidak ada coaching dari struktur di atasnya maka teman-teman akan kesulitan, setidaknya harus berjuang sangat keras untuk mendapatkan siswa."
"Tugas-tugas seperti ini tentu harus dilakukan oleh Wakil Ketua yang membidangi serta Majelis sebagai UPP-nya."
"Pertanyaannya, apakah cukup waktu buat mereka, para pimpinan Persyarikatan, untuk mengurus semua ini? Agar data yang benar-benar valid dapat sampai kepada Pimpinan Persyarikatan di seluruh tingkatan."
"Maaf, rata-rata para Pimpinan ada banyak tugas di AUM maupun di pemerintahan. Atau kalau tidak begitu, bisa dipastikan mereka akan lebih sibuk dengan urusan bisnisnya sendiri."
Si-Tiger Alaska semakin kencang melaju, menyeruak membelah kemacetan parah di kawasan Pondok Indah. Lalu melaju dengan kecepatan prima, membawaku menuju Karet Bivak, tempat persinggahan Mas Hamzah memasuki alam barzah.
Kamis di sepertiga Desember. Suasana hangat mulai terasa, meraup diriku yang menggigil membayangkan masa di mana aku akan berbaris, terhimpit, terdorong di keramaian Lembah Mahsyar.
غفر الله له وارحمه وادخله في جنة الله النعيم مع الذين انعم الله عليهم من النبيين والصديقين والشهداء والصالحين آمين
Mantap
BalasHapusIkuti cerita selanjutnya...
BalasHapus