Lakon Santri Mbeling (Babak 1)


Novel Karya : Qosdus Sabil

Qosdus Sabil
Biasa dipanggil GusBill.
Lahir di Kesambi - Pucuk - Lamongan
Seorang aktifis yang tidak pernah merasa lelah untuk kegiatan keumatan.
Seorang santri pengelana
Menempuh S3 Prodi Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan IPB
Bekerja sebagai:
- Dosen Program Sarjana Desa ITB AD Jakarta
- Konsultan Perencana pembangunan wilayah perdesaan
- Pernah menjadi Tenaga Ahli DPR RI.
- Pernah menjadi Tenaga Ahli KEIN RI.
- Tetap memiliki hobby bercocok tanam, dan berdagang Susu KambingMu produk unggulan MEK PRM Legoso Ciputat, serta rutin berjualan buah mangga premium dari jenis Arumanis  dengan kode seri 143, dari Situbondo, pada setiap musim panen raya berlangsung.
Penulis dapat dihubungi melalui email: qosdussabil@gmail.com
FB. Qosdus Sabil
Ig. qosdus.s

Lakon Santri Mbeling adalah Karya Perdana dari Qosdus Sabil

Editor: W. Masykar
Babak Kesatu - "Wafatnya Yangti Apik"
Kami sekeluarga hari rabu yang lalu, saat swab positif semua. Jadi kami juga melakukan isolasi mandiri.
Alhamdulillah,  Yangti dan Tante Etik hasil swabnya negatif. Sehingga,  Yangti masih bisa melanjutkan dengan tindakan operasi otak. Sebuah pilihan yang sangat sulit. Karena resikonya hidup dan mati. Hidup dengan trauma medis terganggunya kerja saraf otak. Atau kegagalan operasi yang berujung kepada kematian.
Kamis malam, saat Yangti kami semakin melemah nadinya, dokter Siloam Jember segera memberikan video call-nya kepada saya untuk mendampingi Yangti memenuhi panggilan Ilahi Rabbi menuju raadhiyatan mardhiyyah fadkhulii fii ibaadii wadkhulii jannaatii...

Akhir sebuah kehidupan yang begitu indah. Proses sakaratul maut yang terlihat begitu ringan. Padahal, Nabi pernah berujar kepada Jibril, "Yaa Jibril... Adakah engkau merasa jijik sehingga membalikkan wajahmu dariku". 

"Atau apakah engkau merasa tidak tega melihat diriku, --seorang kekasih Allah, yang menjadikan nur Muhammad sebagai alasan untuk menciptakan alam raya semesta--, mesti menanggung betapa sakitnya sebuah sakaratul maut"?

"Yaa Jibril, sungguh jika memang seperti ini rasa sakit menanggung sakaratul maut itu, maka aku akan meminta kepada Allah agar menimpakan derita sakit sakaratul maut ini untuk pikul sendiri. Biarlah ummatku seluruhnya dapat merasakan nikmatnya sakaratul maut. Sebuah babak baru dimulainya perjalanan ummat manusia menuju keabadian".

Alhamdulillah ada kawan kami saat kuliah dulu, Mbak  Alifah yang kini aktif masuk menjadi aktivis Aisyiyah Jember.
Bersama putrinya, ia ikut mendampingi detik-detik terakhir orang tua kami. Mbak Alifah kemudian melaporkan kepadaku prosedur tata laksana penyerahan jenazah oleh pihak rumah sakit. Saya-pun hanya dapat mengiyakan apa yang dituturkan oleh Alifah. Sahabat baikku. Juga sahabat istriku.


Alhamdulillah, hatiku sudah mulai tenang. Sebentar lagi akan segera datang ambulance milik RS. Dokter Muhammad Suherman Rasyid milik kampus UMJ untuk menjemput jenazah Mamaku.

Meluncur menuju ke Siloam Jember untuk menjemput dan mengantarkan jenazah Yangti Apik menuju Taman. Sebuah desa kecil di dekat pesantren Al-Ishlah yang kesohor itu.

Akupun lantas melakukan konsolidasi dan briefing singkat dengan Kungdi dan Irma, istriku terkasih. Sembari berusaha untuk tetap tegar seraya menghibur menyatakan kematian adalah jalan menuju keridhaan Allah. Dzat Yang ditangan-Nya diatur dengan teliti apa saja yang terjadi di alam semesta. 

Bahkan, hari-hari dimana serombongan semut pudak yang turut menjengukku dalam sakitku. Mereka para semut pudak, dengan tubuhnya yang teramat kecil lembut menyapa diriku yang terkapar dalam vonis cancer prostat stadium empat metastase ke tulang belakang. 

Praktis hari itu di bulan Mei, diriku hanya boleh terbaring. Boleh miring ke kiri dan ke kanan atau tengkurap, namun dengan bantuan gerakan secara serentak. Seperti ketika kita menggelindingkan sebatang pohon kelapa.

Pohon paling serbaguna untuk keperluan ummat manusia. Daun kelapa, disebut janur, sangat berguna untuk aneka keperluan. Ketupat, hingga wadah sesaji bunga dan rempah dalam kosmologi Hindu Bali.

Aku tertegun termangu. Saat semula Kungdi ingin menebang pohon kelapa hijau yang sangat berkhasiat itu. Karena khawatir pohon kelapa tumbang kena angin. Aku sampaikan kepada beliau bagaimana struktur perakaran kelapa yang sangat menginspirasi seorang pakar konstruksi kokoh cakar beton diciptakan. 

Pohon kelapa diatas pasir yang tiap hari digoyang angin, bahkan badai. Namun ia tetap berdiri tegak memberi salam wellcome drink menyambut setiap anak nelayan yang baru pulang dari pertarungan hidup dan mati dalam perjuangannya memenuhi kebutuhan gizi bagi seluruh anak negeri.

Hari itu kita sudah tidak bisa lagi mengandalkan swab untuk memastikan kita negatif atau positif. Bisa jadi pagi kita swab negatif, malamnya pulang ke rumah jadi positif. Kekuatan doa menjadi senjata utama melawan pandemi covid.

Kita harus terus meningkatkan rasa syukur dan kegembiraan kita, karena telah terpilih untuk menerima ujian covid.

Karena kalaupun kita tidak jadi mati karena covid, kita tetap akan mendapatkan pahala seperti syahid. Pahala kemuliaan dan kepahlawanan di jalan jihad fii sabiilillah. 

Para pentakziyah begitu banyak yang hadir di tengah pandemi. Semua disiplin dengan protokoler darurat covid. 

Rombongan ibu-ibu dari Pimpinan Daerah Aisyiyah Bondowoso bergegas datang untuk memandikan dan mengkafami jenazah Yangti. Dipimpin langsung oleh Bu Yayuk, Ketua PDA Bondowoso. 

Bu Yayuk mengatakan kepadaku sambil tersenyum. "Bergembiralah Mas, Bu Apik sangat bersih. Tidak ada sedikitpun kotoran yang keluar dari dubur Yangti". 

Saat kulihat wajah Yangti begitu teduh . Senyumannya meruntuhkan jiwaku, sama persis seperti apa yang kurasakan dulu. Saat aku hendak meminangmu, Aduhai Irmaku

💖💖💖 (Bersambung)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama