"Sebuah kegagalan bukanlah akhir dari segalanya, melainkan awal dari sesuatu yang lebih baik." (Winston Churchill).
Dan ketika pemimpin sudah mendasarkan pada like and dislike, dipastikan lambat atau cepat persoalan akan terus bermunculan. Pola kepemimpinan seperti ini sangat berbahaya. Satu lagi, pemimpin yang terlampau mempercayai bawahannya atau membentuk tim kecil (terdiri dari satu, dua, tiga orang) misalnya, dan mereka diberi kemandirian penuh untuk memutuskan hampir semua persoalan akan sangat berbahaya. Model kepemimpinan toksik akan membuat pemimpin akhirnya blunder bahkan berada pada lingkaran persoalan terus menerus.
Saya percaya, pasangan Yes Dirham (bahkan terutama Pak Yes) tidak akan menggunakan kesempatan lima tahun kedepan untuk menabung persoalan. Tiga setengah tahun kemarin, tampaknya menjadi pelajaran berharga buat Pak Yes sehingga disaat bergandeng dengan wakilnya yang baru ini, pola pola lama yang kurang, bahkan tidak menguntungkan akan ditinggalkan. Tiga setengah tahun, banyak prestasi terpaksa harus berbanding lurus atau bahkan tenggelam karena sejumlah kebijakan yang dinilai kurang tepat.
Apalagi, Pak Yes juga berpikir legacy. Pasangan Yes Dirham (dan terutama Pak Yes) akan menitikberatkan pada sisi meletakan fondasi perubahan Lamongan di semua sektor.
Jika pada periode pertama ditengarai ada sejumlah kebijakan yang luput dari kontrol ketat beliau, maka diperiode kedua ini - tidak akan secara gegabah terulang kembali. Pasangan Yes Dirham (dan terutama Pak Yes) di periode kedua ini, selain akan berupaya mewujudkan apa yang tertunda sekaligus membuat legacy yang baik.
Dan oleh karena itu, misalnya, penempatan pejabat eselon - dari eselon terendah sampai eselon tertinggi. Pak Yes akan lebih hati hati dan benar benar mengambil sosok yang memiliki kompetensi bagus, memiliki kredibilitas dan integritas yang baik melalui penelusuran rekam jejak mereka.
Berdasarkan kroni atau "koncoisme" kalau pun kemarin itu - misalnya ada, maka pada periode lima tahun kedepan ini, tetap akan melewati seleksi yang sangat ketat. Pasangan Yes Dirham (dan terutama Pak Yes) dipastikan tidak akan membiarkan hal seperti itu terjadi kembali. Sebab, pada akhirnya pucuk pimpinan yang akan menerima konsekuensinya.
Jika pun membentuk tim kecil, maka keputusan terakhir tetap ada di pucuk pimpinan sehingga tim kecil akan nyaris tidak bisa memutuskan apapun. Sebagai contoh - bukan mengungkit tapi sekadar evaluasi - pengambil alihan pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Brondong, saya yakin keputusan tersebut tidak murni dari inisiatif orang nomor satu di Lamongan.
Akibatnya, blunder - Pengelolaan TPI harus dikelola Dinas Tehnis, kalaupun toh ada pengelola pendamping (pengelola bayangan) - kelompok ini, bahkan blunder mereka pada Pilkada kemarin malah banyak yang berseberangan dengan paslon 02. Mereka justru mendukung paslon 01. (Ok itu memang pilihan). (Bersambung - Menengok Keberhasilan YesBro)