Karya : Bayu W.
"Bola Masuk Ke Kelas"
"ayo Sabiq, tendang… ", pinta Kasdi.
Maka Sabiq menendangnya. Bergantian. Persis sebelum Pak Naryo meniup peluit tanda agar anak-anak berkumpul, Sabiq menendang bola ke arah Aris. Arisnya lengah, Aris sudah lari karena mendengar bunyi peluit Pak Naryo. Akhirnya bola terlempar masuk ke kelas IV-A.
Sabiq berjalan menuju kelas itu, kebetulan sekali, tadi bolanya membentur pintu dan hanya berada setengah meter dari pintu itu. maka Sabiq dengan santai dan tenangnya mengambil bola itu dan dibawa lari balik. Sebelum dua langkah balik, rupanya Bu Susi memanggil nya. Di kelas itu sedang ada pelajaran Bahasa Indonesia yang diajar oleh Bu Susi.
“Sabiq, balik kamu”, teriak Bu Susi.
Sambil ketakutan Sabiq pelan-pelan berjalan balik.
“kamu masuk, berdiri di depan situ!”, bentak Bu Susi.
Setelah berdiri di depan kelas, Bu Susi bergegas mendekati Sabiq dan menjewernya.
"kamu lagi ya, Sabiq. Tidak punya tata krama, sudah sana, jangan diulangi!", kata Bu Susi.
Sabiq faham betul, seharusnya tadi mengetuk pintu dulu dan mohon maaf, ijin mau mengambil bola, serta berterima kasih. Tapi karena Sabiq berfikir bahwa bola itu hanya berada setengah meter dari pintu, dan tidak terlihat ada Bu Susi di dalam kelas itu, maka diambilnya langsung.
Begitulah pelajaran mendidik saat itu, luar biasa. Tidak ada complain HAM atau aduan orang tua. Semuanya sadar betul bahwa guru lah yang harus ditaati dan dihormati. Guru saat itu juga benar-benar tanggung jawab dalam mendidik, guru juga bisa sebagai contoh digugu dan ditiru.
“Sabiq, ayo …!” teriak Aris dan Kasdi menghentikan lamunan Sabiq, karena Pak Naryo akan memulai pelajaran olah raga.
Sabiq tadi sedang merenungkan kejadian yang barusan dialaminya. Kejadian tadi memang tidak lama, tidak lebih dari lima menit. Tetapi terkandung pengalaman yang luar biasa. Pelajaran tata krama, lagi-lagi diberikan oleh Bu Susi. Sabiq pun juga heran, koq selalu tidak sengaja mendapat pelajaran-pelajaran dari Bu Susi.
Akhirnya Sabiq bergabung dengan teman-temannya dalam kegiatan pelajaran olah raga. Pagi itu Pak Naryo memberi pelajaran cara servis permainan bola voli, dengan cara memukul dari bawah seperti biasa, dan cara memukul di atas saat bola di lempar ke atas.
Selain sepak bola, yang menjadi idola anak-anak kecil saat itu adalah pertandingan tinju, ya Muhammad Ali, menjadi idola semua kalangan usia saat itu. Meskipun yang punya TV di kampung Sabiq bisa dihitung jari, tidak sampai 5 rumah, dengan antenna yang sangat tinggi dan cadangan aki sebagai sumber listriknya.
Maka berjarak 1 km atau 2 km untuk nonton tinju di TV, itu biasa. Kegiatan apa saja, jika ada pertandingan tinju, maka dihentikan. Termasuk para bapak, meskipun waktunya ke sawah, jika ada pertandingan tinju ditunda dulu. Nonton ramai-ramai di rumah yang punya TV. Bahkan TV ada yang ditaruh di halaman rumah dengan penonton yang di belakang berdiri mengerumuninya, dan yang depan duduk.
Pernah semua siswa laki-laki di kelas Sabiq dihukum oleh Pak Adi agar lari keliling sekolah 5 kali, karena pagi itu nonton siaran langsung tinju Mohammad Ali melawan Larry Holmes, sekitar tahun 1980 an, sehingga terlambat masuk kelas. Saat itu petinju Ali kalah. Sudah sedih karena idola nya kalah, murid-murid mendapat hukuman lari keliling sekolah. (*)