Lakon Santri Mbeling (babak 17)

"Lakon Santri Mbeling"Novel Qosdus Sabil

FB. Qosdus Sabil 
Ig. qosdus.s
Penulis dapat dihubungi melalui email: qosdussabil@gmail.com 
Biasa dipanggil Gus Bill
Santri Pinggiran Muhammadiyah
Editor: W. Masykar
Babak Ketujuhbelas
"Panderman"
"Yah...  Coba tebak aku lagi dimana?", tanya Afra kepadaku. 
"Wahhh kamu ini memang anaknya ayah. Itu kak Ara sekarang lagi di gunung Lawu ya?"
Afra, biasa kami memanggilnya dengan panggilan sayang Ara. Dia baru memulai kuliahnya di prodi Okupasi Terapi Politeknik Kemenkes RI di Surakarta. 

"Kuliah belum berjalan penuh, belum juga dua pekan, dan Ara sudah naik gunung saja. Keren!!! Jadi pengen ikutan naik gunung", ujar Ail, adik sepupu Ara yang mengambil jurusan Hukum Universitas Brawijaya Malang.

Apa yang dilakukan Ara, mengingatkanku kepada sebuah masa dimana kami dulu juga pernah muda. Jiwa petualangan yang memberontak, untuk mencari jati dirinya sendiri.

Saat itu, aku baru  selesai bertemu dengan Pak Malik. Aku ditemani Hasyim diterima Pak Malik di ruang Rektor kampus II UMM Sumbersari Malang. 

Pak Malik sebagai Ketua tim tujuh ditetapkan oleh PP Muhammadiyah dalam penyelesaian masalah UM Jember.  Beliau menanyakan kepadaku beberapa hal. Lalu, beliau berujar: "kamu Ahmad bin omarkasan segera urus pindah alias transfer kesini."

"Konflik di kampusmu tidak bakal selesai dalam waktu cepat. Saya tidak mau kalian malah jadi korban".

"Pesan saya kepada kalian, silakan demo atau apalah itu menurut kamu. Tapi jangan rusak sedikitpun fasilitas di kampusmu itu ".

Malam itu aku diberi fasitas menginap di rumah kos Rofiq Coro di Wunutsar.

Dikalangan kami setidaknya ada lima orang bernama Rofik. Untuk membedakannya kami tambahkan gelar.

Rofiq Coro, cowok romantis. Rofik Katrun, kayak sitrun atau katrok. Rofik Menwa karena dia aktif Menwa. Rafik krebo seperti rambutnya yang krebo, dan Kyai Rofiq mesin sebagaimana asal jurusannya teknik mesin dan tampilannya sudah seperti Kyai.

Hari itu aku benar-benar galau.  Kalau aku bertahan di Jember, seperti kata pak Malik: penyelesaiannya butuh waktu yang lama. Saat itu Pak Malik juga  merangkap sebagai Rektor UM Surakarta. Terbayang betapa ribetnya mengatur dua kampus terbesar yang dimiliki oleh Muhammadiyah di Indonesia. 

Jika aku pindah bagaimana dengan nasib kawan-kawanku yang lain. 

"Kau tenang saja Mad. Jika kamu pindah ke UMM, itu akan menjadi penyemangat buat kami semua", ucapan Hasyim seperti sebuah mantra yang menghanyutkan.

Keesokan harinya Hasyim pamit pulang ke Jember. Sementara aku masih mau refreshing dulu camping di bawah kaki Panderman. 

Selusin tahun kemudian, aku melakukan riset tesis tentang peran kelembagaan agroindustri pada kawasan Agropolitan di Kota Batu Jawa Timur.

Alhasil, kami keluar masuk gang di perkampungan kota Batu. Suasananya tidak kalah menawan dengan penampakan kota-kota kuno di Eropa. Apalagi kalau kita melihatnya dari ketinggian Gunung Panderman yang menjadi landscap Kota Batu. Dari kejauhan nampak Gunung Arjuno dan Welirang di sisi barat daya kota Batu. Sedangkan disisi timurnya adalah gunung Semeru, sebagai Mahamerunya Pulau Jawa.

Saat memulai riset tesisku tersebut, Alhamdulillah istriku terkasih sedang mengandung anak kedua. Rencananya, istriku nanti akan melahirkannya di Kota Bogor. 

Namun, saat pulang disela riset tesisku itu, Yangti Apik melarang Bundaro dan Aro untuk ikut aku kembali ke Bogor. Yangti Apik bersikeras supaya Bundaro melahirkan di Bondowoso saja. Supaya aku bisa fokus dalam mengerjakan tesis penelitianku ini.

Alhamdulillah, disela urusan tesis ini aku diajak bergabung bersama oleh Pak Ernan Dosen Pembimbingku dalam team perumus evaluasi proyek agropolitan di delapan provinsi di Indonesia.Bergabung juga didalam team ini Emil Elestianto Dardak, seorang mahasiswa Ritsumeikan University Jepang.  Emil tercatat sebagai mahasiswa strata dua dan tiga di kampus swasta tersebut. 

Emil kini menjabat Wakil Gubernur Jawa Timur untuk periode yang kedua bersama Khofifah Indar Parawansa.

Honor yang kuterima langsung aku kirimkan untuk membeli dua ekor kambing. Untuk persiapan aqiqah jika anakku sudah lahir nanti.

Aku terus memonitor perkembangan si jabang bayi, dari waktu ke waktu. Hingga, dapat mendampingi Bundaro melahirkan Ara dengan tidak kekurangan suatu apa.

Malam itu, kami sekeluarga sudah berkumpul di klinik dokter Gede menantikan kelahiran Afra. Masaro mendadak manja dan rewel. Aro tidak mau digendong oleh siapapun, kecuali diriku. Akhirnya Aro terlelap tidur di pundak kekarku. Lalu, aku menidurkannya di kursi belakang sedan hijau lumut kami. Seraya minta tolong Kung Di untuk memantau Aro jaga-jaga kalau dia terbangun. 

Tidak lama kemudian aku memasuki ruang persalinan. Alhamdulillah ditengah perdebatan normal atau sesar, dokter Gede menyatakan bahwa sengaja dinduksi biar semakin sakit dan si bayinya keluar normal. Oh iya ini bayinya mungkin masih pakai bedak dan dandan dulu kayaknya... heheeheee

Afra lahir pas menjelang bulan purnama. Menjelang jam 12 malam. Hari Selasa Pahing tanggal 12 Dzulqaidah 1427 Hijriyah.
Filosofi tanggal 12 pada penanggalan Hijriyah adalah keinginan kuat untuk mengoptimalkan ruang dan waktu. 
Tanggal 12 adalah tanggal menuju kesempurnaan proses menjadi purnama. 
Angka 12 adalah jumlah sahabat al-Hawariyyun yang menyertai Nabi Isa AS.
Angka 12 adalah jumlah sahabat dari Yatsrib yang berucap sumpah setia kepada Nabi Muhammad SAW pada baiatul Aqabah pertama diikuti oleh 12 orang. Semuanya laki-laki. 
Baru pada Baiatul Aqabah yang kedua, terdapat satu-satunya perempuan yang ikut baiat, namanya adalah Afra.
Itulah semangat yang ada pada jiwa Afra. Menjadikannya merdeka dengan keberanian dan tekad yang kuat.
Kukabarkan kepadamu 
Entah kapan
Aku kembali mendakimu...(*)
Rajin, cerdas dan pintarnya seperti bundanya. Berani dan buandelnya menurunnya dari ayahnya...Panderman 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama