
Pada bagian kedua tulisan ini, lebih fokus merupakan bagian dari visi misi saya ketika memutuskan untuk menjadi peserta kontestasi pada pemilihan Pengawas untuk periode 2025-2027 yang dihelat pada 23 Februari 2025.

Perubahan memberi peluang manusia untuk terus belajar dan berkembang. Jika kita tetap berada dalam zona nyaman dan menolak perubahan, kita tidak akan pernah mencapai potensi atau hasil maksimal. Baik pada konteks individu lebih lebih pada organisasi atau perusahaan.Sehebat dan sebesar apapun suatu perusahaan akan menunggu saat kehancurannya ketika para pengelolanya tidak memiliki kemampuan cukup untuk beradaptasi dengan perubahan. Apalagi kalau hanya berkutat dan merasa aman berada pada zona nyaman. Merasa berada dalam zona nyaman ini, kerap meninabobokan kita. Padahal perubahan adalah sesuatu yang tidak bisa kita hindari. Meski tetap saja banyak orang merasa takut menghadapi perubahan.
Itu sebabnya, hampir kebanyakan orang merasa ketakutan jika mendengar kata "perubahan".
Filsuf Inggris, Herbert Spencer memperkenalkan istilah survival of the fittest (seleksi alam) dalam buku karyanya, Principles of Biology, (1864). Dalam buku itu, Spencer menulis bahwa ada keselarasan antara teorinya di bidang ekonomi dengan konsep temuan Darwin terkait dengan "seleksi alam" atau kelangsungan hidup individu-individu terkuat.
Survival of the fittest adalah teori perjuangan untuk bisa bertahan hidup. Apa itu, Perubahan.
Pada konteks penguatan kelembagaan KUD Minatani - bagaimanapun keberlangsungannya, bukan hanya terletak dipundak Pengurus atau Pengawas, melainkan ada pada tanggungjawab bersama dari anggota. Apalagi perkembangan dan perubahan zaman yang kian dashyat ini, bukan hanya Pengurus dan Pengawas yang tidak boleh merasa aman berada di zona nyaman, tetapi anggota dan representasi anggota (Korpok) juga harus tetap berada di garda terdepan untuk secara bersama sama memberi support kepada Pengurus Pengawas. (Bersambung)
kodong
BalasHapus