Kapten Laurent dan Sabiq (bagian 3 episode 8)

 
Karya : Bayu W.
"Anjou"
Bagian 3 (episode 8)
Editor : W. Masykar
"Kapten Laurent dan Sabiq"
Bagi orang yang sudah lama di Prancis, udara terasa agak panas di bandara Charles de Gaule, awal musim panas Juni 1997. Namun, saat itu dirasakan masih sangat dingin oleh rombongan Sabiq yang baru saja mendarat di Prancis. Bagi Sabiq dan beberapa temannya, itulah pertama kali ke luar negeri. Beberapa yang lain sudah pernah ke Amerika dan New Zealand. Maa syaa Alloh, alhamdulillaah, Sabiq benar-benar bersyukur kagum. Begitu cepatnya perubahan perjalanan hidupnya. Kenangan masa kecil, saat merantau mencari pekerjaan dan sampai saat itu, sesaat diingatnya. 

Sabiq teringat, suatu sore sekitar 3 bulan sebelumnya. Ketika Madame Michelle masuk ke kelas, sore itu menjelang selesai kursus. Dan tidak seperti biasanya ketiga pengajar kursus berbarengan masuk ruang kursus. Biasanya satu per satu sesuai jadwal mengajar.

"Bien, maintenant je vais vous annoncer le résultat d’examen ce qu’on a effectué la semaine dernière", (baik, sekarang saya akan mengumumkan ke anda hasil ujian yang telah kita lakukan minggu lalu) kata Madame Michelle.

Minggu lalu telah dilakukan ujian akhir Bahasa Prancis sebagai bagian dari penentuan bisa atau tidaknya peserta diberangkatkan. Ujian berjenjang dari A1 sampai dengan A4. Syarat kelulusan untuk bisa berangkat adalah lulus ujian dari semua jenjang. Meskipun kesulitan ujian tiap tingkatan tersebut berjenjang, namun kalau hanya lulus ujian A4 saja, dinyatakan belum lulus. Ketentuan lulusnya, minimal memperoleh nilai 10/20.

Satu per satu peserta dipanggil untuk menerima amplop tertutup. Ada yang sudah menerima tetapi diam saja, ada yang sudah berteriak senang. Giliran Sabiq yang dipanggil.
Perlahan Sabiq membuka amplop hasil ujian.
"Alhamdulillaah… oui, saya lulus semua level", gumam Sabiq lirih.
Setelah semua menerima amplop hasil ujian dan membukanya, Madame Michelle memberikan evaluasi secara menyeluruh.
“S’il vous plait…”, kata Madame Michelle menghentikan peserta yang saling ngomong.
"Je vais vous expliquer les remarques de notre course durant trois mois", (saya akan jelaskan catatan tentang kursus kita selama tiga bulan ini) kata Madame Michelle.
"Vous voulez que je parle en français ou en indonésienne, parce que c’est important ?", (anda ingin saya berbicara dengan Bahasa Prancis atau Indonesia, karena ini penting) kata Madame Michelle.
Spontan Sabiq dan teman-teman menjawab dengan Bahasa Indonesia. Kemudian Madame Michelle menjelaskan semuanya, pertama merasa puas terhadap hasil kursus, meskipun hanya 4 orang yang lulus semua level, dari 17 orang. Sabiq sekarang tahu bahwa hanya ada 4 orang yang lulus semua level A1 s.d A4, termasuk dirinya. 

Peserta merasa lega karena Madame Michelle menyampaikan bahwa meskipun ada yang belum lulus semuanya, tetap akan diusahakan semua berangkat berbekal rekomendasi yang akan disiapkan. Sabiq masih bertanya-tanya siapa ketiga peserta lainnya. Sabiq lagi-lagi ingat pesan Pak Pingi, gurunya SMP. Karena Sabiq merasa nilai hasil test nya juga pas-pasan.

Lamunan Sabiq terhenti ketika ada petugas yang menjemput rombongan meminta masing-masing ngecek tas dan koper bawaannya. Sabiq terlupa menaruh jaket tebalnya di dalam koper, harusnya dibawa ke kabin pesawat, sehingga ketika keluar bandara terasa hembusan udara sangat dingin. Bersyukur temannya ada yang sudah pakai sweater dan juga bawa jaket, sehingga jaketnya dipinjamkan ke Sabiq.

Meskipun capek karena perjalanan jauh dan perbedaan waktu antara Indonesia dan Prancis, tidak membuat ngantuk. Rombongan tetap mengarahkan pandangan ke luar jendela bis. Terlebih Sabiq, baru pertama ke luar negeri.Lima jam kemudian perjalanan dengan bis tiba di Angers, ibu kota daerah Anjou. Kota pertana yang menyambut Sabiq dan rombongan. Sebelum semuanya menyebar ke kota tujuan tempat studi, rombongan masih harus mengikuti program pemantapan Bahasa Prancis lagi untuk beberapa bulan.

Anjou adalah bekas provinsi di Prancis yang beribu kota di Angers, berbatasan dengan Brittany di sebelah barat, Maine di sebelah utara, Touraine di sebelah timur, dan Poitou di sebelah selatan. Angers, kota penting di Prancis selama Abad Pertengahan, kota terbesar ke-16 di Prancis berdasarkan jumlah penduduk. 

Angers merupakan pusat ekonomi, kota wisata, dan budaya, serta terkenal akan hortikulturanya dan sebagai salah satu kota terhijau di Prancis. Angers memiliki banyak museum, di antaranya Museum Beaux-Arts dan Tapisserie de l'Apocalypse, juga banyak festival, di antaranya festival film Premiers Plans, festival jalanan Tours de scènes, dan Accroche-CÅ“urs. Minggu pertama Sabiq langsung mencari informasi keberadaan masjid di kota Angers tersebut. Alhamdulillah sholat jum’at minggu pertama dapat dilaksanakan di masjid. Secara khusus Sabiq berkenalan dengan Mohammed, kebetulan rumahnya berdekatan dengan tempat tinggal Sabiq. Rombongan Sabiq dipisah-pisah tinggalnya dan dititipkan dengan orang Prancis. Sabiq dan Bambang, berdua tinggal di rumah Madame Beauchamps.  

Akhirnya, sejak saat itu Sabiq bersahabat dengan Mohammed, orang asli kelahiran Marocco, tetapi sudah menjadi warga negara Prancis. Dengan keluarga Mohammed lah, Sabiq mengenal makanan khas Marocco, couscous dan tajine. Beberapa kali Sabiq dan Bambang dijemput Mohammed untuk diajak makan malam di rumahnya.

Terdapat dua kampus besar di Angers yaitu Universitas Angers dan Université Catholique de l'Ouest (UCO). Penduduk Anjou dan Angers disebut Angevins. Kini, Sabiq sebagai salah satu angevins yang kuliah Bahasa Prancis di UCO.(*)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama