"Resto-U" (bagian 4, episode 3) - Kapten Laurent dan Sabiq

Karya : Bayu W.
"Resto-U"
Bagian 4 (episode 3)
Editor : W. Masykar
"Kapten Laurent dan Sabiq"
“Sabiq, je viens de recevoir la réponse de M Indenbom qu’il a accepté d’être l’un de tes jury", (Sabiq, saya barusan menerima jawaban dari Pak Indenbom bahwa dia bersedia sebagai salah satu jury) kata Stéphane. 
"Ah bon, merci Stéphane, c’est une belle nouvelle", (baik, terima kasih Stéphane, kabar baik itu) jawab Sabiq.
"Si non, est ce que t’as aussi de nouvelle pour les autres membres de jury ?", (ngomong-ngomong, apakah kamu punya kabar untuk anggota juri yang lain ?) tanya Sabiq.
"Non, pas encore. Mais je pense que les autres membres de jury, il n’y a pas de problème. Il nous reste d’attendre la réponse officielle, en principe il n’y aura pas de problème", (tidak, belum ada. Tetapi menurut saya juri yang lain tidak ada masalah. Tinggal kita menunggu jawaban resmi, secara prinsip tidak akan ada masalah) jawab Stéphane.
"Peut-être dans cette semaine on aura la date de ta soutenance", (mungkin, dalam minggu ini, kita akan punya tanggal ujian doktor kamu) tambah Stéphane.
Stéphane pembimbing kedua riset Sabiq, masih muda, usianya selisih sekitar 3 tahun di atas Sabiq. Kabar itu Sabiq dengar saat pagi di hari Senin, ketika pertama ketemu di labo, hari itu. Ada email dari Indenbom ke Stéphane. 

Senang sekali Sabiq mendengar kabar dari Stéphane. Selama ini yang menjadi penentu jadwal ujian adalah Indenbom, ilmuwan penting Rusia yang menemukan pertama kali metode riset yang dilakukan Sabiq. Tentu akan menjadi kehormatan bagi Sabiq dan juga tentunya bagi labo, jika Prof Indenbom berkenan sebagai juri. 

Juri yang lain berasal dari Belanda dan dari dalam Prancis sendiri sudah setuju dan bahkan sudah memberikan kesanggupannya untuk datang. Di kalangan mahasiswa doktor, jika ada juri dari luar negeri menjadi kehormatan tentunya, yang menandakan bahwa risetnya sangat valid secara internasional. Tentu dengan publikasi juga sudah cukup, tetapi akan memiliki nilai lebih.

Saat-saat menunggu ujian doktor bagi Sabiq sangat mendebarkan. Bukan karena hasil riset tetapi bersamaan dengan masalah yang sedang dihadapi Sabiq dengan Kapten Laurent. Ingin rasanya Sabiq secepat mungkin ujian doktor dan pulang ke Indonesia agar tidak ada lagi urusan dengan kepolisian. Apa boleh buat, perjuangan selalu ada tantangannya.

Belum lagi hilang lamunannya dan juga rasa senang setelah mendapat kabar dari Stéphane tadi, Hp Sabiq berdering dan muncul nama Kapten Laurent di layar. 

Memang setelah pertemuan interview yang ketiga kalinya, Sabiq mulai jengkel karena tidak jelas arah pertanyaan Kapten Laurent, dan semua sudah dijelaskan oleh Sabiq. Sangkaan bahwa Sabiq anggota jaringan teroris adalah tidak benar. Dan Kapten Laurent sudah tahu itu, apalagi ketika saat itu Sabiq menjelaskan semua aktivitasnya secara detail, dan juga menawarkan kepada Kapten Laurent agar kontak kedutaan Indonesia. Namun jawaban Kapten Laurent saat itu hanya muter-muter saja. Maka ketika keluar dari ruang Kapten Laurent untuk yang ketiga kalinya, Sabiq mulai percaya diri dan yakin tidak ada masalah.

Sehingga pada saat itu, agar lebih praktis, Sabiq memberikan nomor telponnya ke Kapten Laurent. 
“Si vous avez encore besoin de mes explications, vous pouvez m’appelez sur mon portable", (jika anda masih memerlukan keterangan lagi dari saya, anda dapat memanggil saya ke nomor hp saya) kata Sabiq.
Mengakhiri interview yang ketiga kalinya itu, Sabiq memberikan nomor telponnya ke Kapten Laurent.
“Bonjour M Sabiq”, (selamat siang M Sabiq)
“Oui, bonjour”, (iya, selamat siang) kata Sabiq.
"Oui, M Sabiq, est ce que vous pouvez venir à mon bureau demain après-midi ?", (iya selamat siang Sabiq, apakah kamu bisa hadir di kantor saya besok siang ?) kata Kapten Laurent.

"Non, je suis désolé. Demain, j’aurai rendez-vous avec mon professeur pour présenter mes résultats de recherche … ah sorry, j’ai oublié jusqu’à mercredi je ne pourrai pas vous recevoir", (tidak, maaf. Besok saya akan punya janji dengan profesor saya untuk menunjukkan hasil riset saya… ah maaf, saya lupa sampai hari rabu saya tidak akan bisa menerima kamu) jawab Sabiq.

"Alors, nous faisons comment ?", (jadi, kita bagaimana ?) kata Kapten Laurent. 

"Si vous voulez, jeudi après-midi vous pouvez me voir à mon bureau", (jika anda mau, kamis siang anda bisa datang menemui saya di kantor saya) jawab Sabiq. 

Memang sengaja saat itu Sabiq sudah menjelaskan dengan gamblang bahwa dia sedang mendapat tugas belajar doktor dari pemerintah. Bukan main-main. Bahkan labo nya tempat riset, merupakan labo penting di Prancis, pembimbing utama nya adalah Prof. Debloyet, professor senior yang terkenal di Prancis. Sabiq ingin menunjukkan itu semua ke Kapten Laurent. 

Maka Sabiq menawarkan agar Kapten Laurent yang datang, sebenarnya untuk menggertak saja. Meskipun Sabiq juga akan bingung jika dijawab iya oleh Kapten Laurent. Tentu akan menjadikan teman-teman labo nya tahu, terus juga bagaimana jika pembimbing dan kampus tahu bahwa Sabiq sedang ada masalah dengan kepolisian. 

Maka sebelum Kapten Laurent menjawab, Sabiq berfikir alternatif apa jika jawabannya iya. Belum selesai Sabiq berfikir, kapten Laurent menjawab.
“Bon, d’accord, on va vous visiter à votre bureau", (baik, setuju kita akan mendatangi kamu di kantor kamu) jawab Kapten Laurent.
“Okay, je vous invite pour prendre déjeuner au resto-u campus deux, jeudi vers midi", (baik, saya mengundang anda untuk makan siang di resto kampus dua, kamis tengah hari) jawab Sabiq.
“Okay, à jeudi et bonne journey”, (baik, sampai ketemu kamis, dan selamat hari baik) jawab Kapten Laurent.
"Okay, à jeudi", (baik, sampai ketemu kamis) jawab Sabiq.

Sabiq bersyukur punya ide spontan mengajak pertemuan sambil makan siang di restoran kampus. Tentu jika datang ke kantor tempat Sabiq riset akan muncul banyak pertanyaan dari teman-temannya, apalagi jika Kapten Laurent datang berseragam polisi.

Malam itu Sabiq seperti biasa, menjelang magrib mengayuh sepedanya dari asrama menuju masjid An Nour. Pada bulan Juni, magrib sudah hampir pukul 10 malam. Pukul 9 malam matahari masih cerah. An Nour adalah rumah kedua Sabiq. Pengurus masjid dan teman-teman masjid sama sekali tidak tahu kalau Sabiq sudah mondar mandir ke kantor polisi masalah tuduhan anggota jaringan teroris. Sama sekali mereka tidak tahu.

Dalam perjalanan ke masjid itu, sambil mengayuh sepeda Sabiq teringat interview ketiga kemarin lusa. Pada interview yang kedua masih menyisakan pikiran yang dalam bagi Sabiq, karena ternyata Kapten Laurent mencari informasi yang sangat detail tentang aktivitas Sabiq, termasuk menemui Hassane, presiden asosiasi muslim Hérouville – Caen. Semenjak itu, Sabiq berfikir mencari jalan solusi dengan berbagai skenario.

"O iya Sabiq, kamu khan juga aktif di PPI, kontak kedutaan saja agar nanti dibantu", sahut temannya dari Jerman.

Awalnya Sabiq berfikir akan merahasiakan itu semua, apalagi kepada kedutaan Indonesia. Tetapi karena semakin detail interview nya dan terasa semakin berat dirasakan Sabiq, dan juga masukan teman-temannya, maka pikirannya berubah.

Pesan terakhir dari bendahara Komite zakat wilayah Jerman itu, menjadikan Sabiq tersadar dan berfikir dengan tekat bulad dalam hati.

"O iya, alhamdulillaah… Bismillaah… khan secara fakta tidak ada satupun masalah, karena yang dia dan temna-teman kerjakan selama ini adalah bantuan sosial kemanusiaan. Apalagi beberapa orang kedutaan dan bahkan juga teman-teman labo pernah ikut nitip sumbangan saat menerima edaran dari Komite zakat. Kalau gitu saya akan kontak kedutaan, toh saya juga mantan ketua PPI", pikir Sabiq agak tenang.

Maka Sabiq menutup komputer nya dan lari menuju pintu keluar labo, tidak terlupa membawa kartu magnetik untuk keluar masuk labo. Karena sudah di atas pukul 17h, pintu labo sudah pasti terkunci otomatis dan hanya yang bawa kartu magnetik yang bisa masuk labo. Sabiq menuju kotak telpon di samping labo, yang biasa digunakannya untuk menelpon. Alhamdulillaah, masih ada kartu telpon yang aktif, artinya ada saldo yang bisa untuk menelpon."Halo, assalaamu’alaikum …. Ini Sabiq, mohon maaf mengganggu, bagaimana kabarnya Bu ?",

"Iya, Sabiq, kabar baik, bagaimana kabar kamu, ada apa ?", jawab orang di seberang yang nerima telpon.

Dia tidak lain adalah Ibu Yuli, salah satu diplomat di kedutaan bidang kebudayaan yang sudah dianggap seperti kakak sendiri, karena Sabiq adalah mantan ketua PPI Prancis yang sering mendukung kegiatan promosi seni budaya yang dilakukan oleh kedutaan.

"Alhamdulillaah baik, begini Bu… maaf baru cerita sekarang, saya sudah dua kali dipanggil ke kantor polisi terkait dengan aktivitas sosial kemanusian yang saya lakukan. Besok Senin ini saya harus ke kantor polisi lagi yang ketiga kalinya", jelas Sabiq.

"O itu ya, yang Sabiq lakukan tentang kegiaatan mengumpulkan sumbangan infaq untuk dikirim ke Indonesia itu ya ?", tanya Ibu Yuli

"Iya, betul. Mohon berkenan bantuan kedutaan, jika nanti terjadi sesuatu dengan saya ya Bu?”, jawab Sabiq sambil meminta bantuan.

“O iya, jangan khawatir, pasti kita akan lindungi semua warga negara Indonesia yang ada di Prancis. Jangan lupa Sabiq bawa identitas yang lengkap ya…. Jawab apa adanya dan tidak perlu Panjang lebar. Semoga tidak terjadi apa-apa", jawab Ibu Yuli.

"Alhamdulillaah… baik Bu, terima kasih dan salam untuk adik-adik”, kata Sabiq mengakhiri telponnya. 

Sabiq memang dekat dengan Ibu diplomat tersebut, sehingga dengan anak-anak nya juga kenal, sehingga titip salam untuk mereka.

Alhamdulillaah… langkah Sabiq terasa agak ringan, kembali menuju ke ruang computer di labonya. Kembali Sabiq membuka komputernya dan lagi-lagi sore itu hanya ingin membuka email. Tidak ada semangat lagi mengerjakan yang lain sampai menunggu hari Senin. Hening. Yang baru tahu tentang panggilan kepolisian itu, hanya Sabiq, teman-temannya di Komite zakat, Ibu Yuli dari kedutaan, sedangkan madame de menage hanya tahu sampul nya saja. Yang lain, teman-teman labo, teman-teman masjid, keluarga Sabiq di Indonesia, juga teman-teman di Indonesia, semuanya belum ada yang tahu dan tidak perlu tahu. Sabiq tidak akan memberitahu mereka semua.

Di ruang Kapten Laurent, seperti biasa ditemani koleganya Madame Dubois. Sabiq disambut dengan berbagai dokumen di depannya, di atas meja. Kali ini Madame Dubois duduknya di depan Sabiq di samping Kapten Laurent. Jadi, Sabiq seperti disidang, berhadapan dengan dua orang. Sebelumnya, Madame Dubois duduk di samping Sabiq, agak jauh sedikit.

"Malheureusement, je n’ai pas trouvé un interpréteur la langue indonésienne sur Caen. Alors j’ai décidé de l’entendre de vous-même", (sayang, saya tidak menemukan penerjemah bahasa Indonesia di Caen. Maka saya memutuskan untuk mendengarnya dari kamu langsung) kata Kapten Laurent.

"Alors, maintenant vous pouvez nous expliquer toutes votre activités concernant de votre association", (jadi, sekarang kamu dapat menjelaskan ke kami semua aktivitas kamu terkait dengan asosiasi kamu) tambah Kapten Laurent.

Sabiq baru tahu, kalau tumpukan yang diprint Kapten Laurent itu ternyata pembicaraan diskusi di Komite zakat. Kemudian Sabiq menjelaskan apa itu Komite zakat, sistem kerjanya, anggotanya, dan asal dana-dananya, kemudian juga penyalurannya. Semua dijelaskan dengan sejelas-jelasnya. 

Kapten Laurent juga menunjukkan print bukti transfer rekening Sabiq, asal dana dan juga tujuan dana. Semua di jelaskan oleh Sabiq. Termasuk aktivitas Sabiq di PPI Prancis, promosi budaya Indonesia, bagaimana dia juga kenal dengan walikota Herouville juga dengan orang-orang kedutaan Indonesia. Pertemuan interview yang ketiga itulah yang terlama, hampir 4 jam, mulai pukul 10h hingga pukul 13h45 an. Tetapi justru Sabiq benar-benar puas telah tuntas menjelaskan semuanya. Meskipun sebenarnya masih tetap menyisakan kegelisahan bagi Sabiq karena belum ada kejelasan.

Lamunan Sabiq tentang interview ketiga itu terhenti, ketika ayunan sepadanya sudah tiba di halaman masjid. Sabiq berencana berlama-lama di masjid sampai sholat isyak. Selesai sholat magrib, tanpa diketahui Sabiq sebelumnya, ternyata ada yang aqiqah. Jadi banyak makanan di nampan yang telah disiapkan. 

Bulan Juni memang sudah agak sepi, mahasiswa sudah banyak yang pulang, apalagi mahasiswa S1 S2. Jadi mahasiswa yang pergi ke masjid sudah jarang, kecuali remaja masjid yang memang bersama orang tuanya asli tinggal di dekat masjid.
“Sabiq…. Tu restes avec nous après la prière du magrib”, (sabiq, kamu tinggal dengan kita di sini sehabis magrib) kata Abou Bakr.
"Oui, ne t’inquiètes pas… je resterai avec vous jusqu’à la prière d’isyak", (iya, jangan khawatir, saya akan tinggal bersama kamu sampai sholat isyak) jawab Sabiq. 
"C’est qui ? qui a la fête d’aqiqah ?", (siapa, yang punya hajat aqiqah) tanya Sabiq ke Abou Bkr ketika ke dapur masjid melihat banyak hidangan yang telah disiapkan, couscous (makanan khas Maroko, kesukaan Sabiq).
"Le petit fils de M Abd Rahmane, le fils d’Ibrahim", (cucu dari Pak Abd Rahmane, anak laki-laki nya Ibrahim) jawab Abou Bakr.
"Déjà … alhamdulillaah ça passe vite le temps, c’était déjà un an alors la fête de mariage d’Ibrahim, dans cette mosquée", (ah … sangat cepat waktu, alhamdulillaah… sudah satu tahun pesta pernikahan Ibrahim, di masjid ini) tambah Sabiq.
Sabiq ingat saat pesta pernikahan Ibrahim, karena saat itu juga diadakan di masjid. Pagi diadakan pernikahan di la mairie (kantor wali kota) dan malamnya pesta di masjid. Sederhana pestanya. Saat itu Sabiq yang diminta membacakan ayat suci Al Qur’an sebelum ada ceramah dan makan-makan.(*)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama