Politisi Sontoloyo dan Gendruwo


Oleh : Pangeran Karyonagoro

Main mata dan mesum dengan HTI dan kelompok intoleran-radikal lainnya,  gemar sebar hoax, menghasut, mengujar kebencian dan diuntungkan kalau rakyat bodoh dan berhenti berpikir adalah ciri-ciri yang melekat pada politisi Sontoloyo.

Politisi Sontoloyo mempunyai standar moral yang  berlawanan dengan akal sehat. Menyebarkan HOAX dan memfitnah tanpa merasa bersalah, mempercayai suatu informasi karena berasal dari kelompoknya sendiri tanpa merasa perlu verifikasi, sudah jelas  bersalah namun tetap ngeles dan enggan meminta maaf.  Mentalnya mau menang sendiri, suka keroyokan, menyalahkan siapapun selain dirinya dan kelompoknya sendiri, selalu memosisikan dan mempersepsikan dirinya sebagai korban.

Politisi sontoloyo itu sama dan sebangun dengan politisi bedebah dan brengsek. Mereka terlalu bernafsu untuk berkuasa dan merebut kekuasaan. Batas-batas etika dan etiket politik dianggap tidak penting dan diabaikan begitu saja. Pernyataannya garing, tendensius, retoris dan malah blunder. Mengatasnamakan kepentingan rakyat dan umat "nganu" namun nyatanya rakyat dan umat "nganu" dimanfaatkan untuk kepentingan ekonomi-politik mereka sendiri.

Simaklah cara bani sontoloyo ini berpidato, miskin esensi dan makna. Data dan fakta ? Sama sekali tidak penting. Senjata andalannya adalah retorika garing dan kosong. Aura yang ditampilkan ialah aura negatif yang menimbulkan kecemasan dan ketakutan masyarakat.  Indonesia akan bubar, sebagian besar rakyat indonesia kurang gizi, apbn bocor, elit politik indonesia maling semua (sambil mengelus-elus kucingnya) adalah contoh retorika murahan. Data dan fakta hanya berarti apabila mendukung pesan yg ingin disampaikannya. Bagaimana jika data dan fakta tidak mendukung ? Bikin fakta dan data buatan (fabrikasi data dan fakta).

Politisi Sontoloyo telah meredusir makna tindakan berpolitik untuk kebaikan umum dan kesejahteraan rakyat menjadi sekedar yang penting berkuasa dulu apapun caranya. Masalah menyejahterakan rakyat, emang gue pikirin ? Politisi macam ini tidak sungkan untuk bersekutu dengan setan dan kemudian bisa jadi menganggap setan sebagai tuhannya asalkan persekutuan tersebut mengantarkannya pada kekuasaan. Boleh jadi politisi jenis ini akan berganti tuhan apabila keinginannya tidak terpenuhi.

Maka ketika Jokowi mengungkapkan keprihatinannya terhadap politisi sontoloyo khususnya setelah provokasi HTI di hari Santri yang dijadikan oleh kelompok oposisi sebagai gorengan baru dan renyah dan justru mempertajam serta meningkatkan suhu politik dan potensi konflik horizontal, banyak yang kebakaran jenggot dan menyerang balik jokowi dengan retorika picisan. Siapa mereka ? Siapa lagi kalau bukan politisi sontoloyo bin kampret.

Banyak kalangan oposisi yang ucapan dan perbuatannya memenuhi kriteria politisi sontoloyo apalagi yang merasa mempunyai persamaan kepentingan dengan bani sontoloyo (baca : HTI) serta bani sumbu pendek atau pentol korek yang gagal ejakulasi gegara bendera yang dibakar. Indonesia akan maju apabila rakyat tidak memberikan mandat kepercayaan pada politisi sontoloyo di semua level lembaga pemerintahan.

Ucapkan Selamat Tinggal sekaligus kepada Politisi dan Bani Sontoloyo dan Gendruwo.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama