Mimpi Besar, Produksi Migas 1 Juta Barel

 


TARGET lifting migas tahun 2021 di dalam RAPBN sebesar 1,68 - 1,72 juta BOEPD.

Dengan rincian lifting minyak 690 - 710 ribu BOPD dan lifting gas 990 ribu - 1,01 juta BOEPD.

Target lifting minyak khususnya, jauh di bawah target APBN tahun 2020 sebesar 755 BOPD. Dengan melihat kenyataan ini, lalu bagaimana nasib target 1 juta barel tahun 2030?

Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratmo mengatakan ada beberapa upaya yang akan dilakukan untuk merealisaikan ini. Mulai dari insentif hingga stimulus keekonomian proyek atau program kerja

"Demikian juga membantu percepatan persetujuan-persetujuan yang diperlukan oleh KKKS," ungkapnya.

Julius berharap agar bisa segera ditemukan lapangan yang bisa segera dikomersialkan.

Kalau lapangan raksasa tidak ditemukan, setidaknya, kata dia, yang menegah atau yang kecil bisa memicu target.

"Tapi harapannya akan ditemukan 2-3 giant fields yang bisa economic untuk dikembangkan," katanya.

Ia berujar,SKK Migas akan agresif mendorong KKKS untuk berkegiatan yang banyak.

Khususnya terkait dengan eksplorasi (studi umum, G&G, seismik, pemboran eskplorasi etc) serta membantu identifikasi awal potensi-potensi giant fields.

Sebelumnya, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan target lifting tahun ini cukup sulit. 

Ia berharap agar tahun depan bisa ada sedikit peningkatan produksi jika tidak ditemukan cadangan baru.

"Investasi yang lebih agresif jadi oleh karena itu nanti kami akan bicara dengan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) agar kita mengharapkan pengeboran dan investasi lain," paparnya.

Siapa yang menyangka asa besar untuk mewujudkan target lifting minyak bumi di Tanah air mencapai 1 juta barel per hari berawal dari sebuah mimpi.

Mimpi besar tersebut muncul dari Kepala Satuan Pelaksana Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi Dwi Soetjipto untuk menjadikan industri hulu migas bukan menjadi industri yang akan memasuki masa terbenamnya.

Mengutip wawancara buletin internal SKK Migas, Dwi menuturkan munculnya harapan besar tersebut dilatarbelakangi oleh kondisi cadangan minyak Indonesia yang tidak lama lagi habis.

Hal itu, kata Dwi, membuat stigma negatif pada kegiatan hulu migas dan menimbulkan pesimisme. Melihat kondisi itu, Dwi berupaya dengan memulai memetakan sejumlah lapangan yang ada.

“Ndilalah ketemu yang 128 cekungan itu. Di sinilah saya agak terkaget, yang belum digarap sama sekali ada 74 cekungan,” sebutnya.

Upaya yang dilakukannya itu guna mengangkat sebuah harapan bahwa industri hulu migas merupakan sunrise industry.

“Kalau inign membangun masa depan harus ada keberanian untuk membangun harapan. Harapan bisa dibangun dengan mimpi. Jadi awalnya dari sini,” ungkapnya.

Dwi menjelaskan, target tersebut tidak sebatas mimpi, tapi impian tersebut telah melalui berbagai penelitian yang melibatkan para ahli dan melewati proses studi yang panjang.

Dia mengatakan bahwa dirinya hanya mengangkat impian tersebut untuk bisa direaliasikan. Untuk itu, dia mengajak seluruh pihak untuk terlibat untuk membangun harapan besar tersebut.

“Yang penting manakala sudah menempatkan target, ya diikuti saja. Kalau berpikir kaya begitu engga berani, bagaimana mau bermimpi?” katanya.

Adapun, Dwi mengutarakan,seluruh pihak untuk fokus menghadapi musuh terbesar dalam mewujudkan target tersebut.

Menurutnya, musuh terbesar untuk lifting 1 juta barel per hari tersebut adalah masa depan. Untuk itu, dia meminta semua pihak untuk fokus dalam merealisasiikannya dengan adanya detil program, dan strategi-strategi.

“Kalau aktivitas masing-masing in the right track, maka orang akan percaya ini akan menuju satu juta barel, tapi sebaliknya, kalua misalnya banyak delay, wah omong kosong ini satu juta. Jadi yang kami lihat aktivitasnya,” tuturnya.


Penulis : Andy Ar Evrai

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama