Wah...! Belum 100 Hari, Pak Yes Sudah Terima 2 Penghargaan

Oleh : W. Masykar

BUPATI Lamongan Yuhronur Efendi menerima penghargaan, pertama,  selaku Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), dan kedua, penghargaan sebagai Kabupaten / Kota Terbaik Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Berkelanjutan Kategori Enabling Environment.

Penghargaan itu, diserahkan langsung oleh Gubernur Jawa Timur Khofifah Indarparawansa di Gedung Grahadi Surabaya, Rabu (7/4).

Pertanyaan yang kemudian bermunculan, lho baru dilantik Bupati Lamongan sudah menerima penghargaan, dan dua sekaligus? Wah, kayak e seneng pencitraan, deh! Seabrek tanda tanya pun bermunculan. Bisa saja, pertanyaan bernada su'udzon, atau bisa jadi pertanyaan spontan. Sebaliknya, mereka yang husnudzon juga tidak sedikit, merasa bangga karena bupati baru sedang menuntaskan program 100 hari sudah diberi penghargaan, setidaknya sebagai pemicu semangat untuk lebih giat merakyat dan semakin dekat mewujudkan janji janji kampanyenya tempo hari.

Lepas dari realitas empiris lahirnya pro kontra, penghargaan sebagai suplemen vitamin untuk menambah motivasi semakin meningkat dalam mengemban amanat rakyat tak bisa dipungkiri. Sebaliknya, dua penghargaan tersebut, sebagai pembentuk awal membangun pencitraan bupati Yes, juga tidak bisa dibantah.

Apalagi pengertian citra sangatlah abstrak atau intangible, tetapi wujudnya dapat dirasakan dari penilaian, baik semacam tanda respek dan rasa hormat dari publik. 

Publik akan semakin menaruh rasa optimisme besar, dan menilai sudah ada hasil, setidaknya premis itu yang akan muncul dari persepsi publik, meski sesungguhnya penilaian tersebut sangatlah prematur.

Jalaludin Rakhmad “Dalam Soemirat Dan Elvinaro Ardianto, 2007:114”

menulis citra sebagai gambaran tentang realitas dan tidak harus sesuai dengan realitas, citra ialah dunia menurut persepsi. 

Publik mau mempersepsikan apa dan bagaimana, terserah saja.

Diberi 2 penghargaan oleh gubernur ke bupati Yes, mau tidak mau akan melahirkan pendapat nyinyir, pejabat hobbi penghargaan. 

Penghargaan akan melahirkan citra diri dan pencitraan atas semua kinerja. Apalagi, penghargaan yang diterima itu, tidak berkorelasi langsung dengan kebutuhan publik secara umum. Maka, persepsi yang mengemuka, aduh bupati Lamongan suka "penghargaan"!.

Apalagi, disaat wabah pandemik Covid 19 melanda, rakyat tidak butuh pejabat dapat penghargaan atau tidak, publik akan cuek soal itu. Tidak akan memunculkan gelaran kegiatan unjuk rasa hanya soal tidak mendapat penghargaan.

tapi lebih penting bagaimana memulihkan dan membangkitkan kembali kondisi perekonomian. 

Meskipun upaya yang disebut belakangan terus menjadi agenda utama bupati Yes, bagaimana memulihkan roda perekonomian masyarakat kota Tahu Campur ini.(*)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama