Tokoh Masyarakat: Intervensi Dedi Mulyadi Pada Tata Kelola Pemerintahan Kab. Purwakarta Harus Segera Dihentikan



PURWAKARTA (wartamerdeka.info) - Terlalu ikut campurnya Dedi Mulyadi pada Tata Kelola Pemerintahan Kab. Purwakarta semakin nyata terang benderang adanya, dan sudah bukan menjadi rahasia umum lagi.

Kekuatan Dedi Mulyadi untuk mempengaruhi bahkan mengganggu Pemerintahan Purwakarta yang sah yang dipimpin oleh Bupati Hj.Anne Ratna Mustika, kini semakin terkuak ke permukaan, bahkan para tokoh Masyarakat Purwakarta sudah mulai mengetahuinya.

Dedi masih memposisikan seolah masih sangat Kuat, berjasa dan berkuasa pada semua aspek tatanan kehidupan masyarakat Purwakarta. Dengan kekuatannya Dedi masih bisa mengendalikan Eksekutif dan Legislatif, bahkan Dedi masih bisa menggunakan kekuatannya untuk mengatur Pejabat Pemkab.

Power Dedi di Purwakarta masih kuat. Walaupun dia sudah tidak punya kewenangan seperti dulu ketika dia menjabat sebagai Bupati, akan tetapi seorang Dedi Mulyadi masih bisa memegang dan mengendalikan para Kepala Desa untuk mengikuti arahannya.

Melihat gelagat seperti ini Para tokoh Masyarakat di Purwakarta mulai menyuarakan hastag Save Purwakarta, Selamatkan Purwakarta dari Persaingan antara Kekuatan Dan Kekuasaan, serta meminta ketegasan Bupati Purwakarta untuk menghentikan tindak tanduk Dedi Mulyadi yang kurang etis dalam memposisikan siapa dirinya.

Seperti yang dikatakan tokoh masyarakat Purwakarta, Memet Hamdan, yang dikutip oleh wartamerdeka.info diacara Diskusi yang berjudul, Ada Dua lisme Kepemimpinan, beberapa waktu lalu.

Memet Mengatakan, tidak ada dua isme Kepemimpinan di Purwakarta, yang ada hanyalah Persaingan Antara Kekuasaan dan Kekuatan.

Akan tetapi hal ini tidak boleh ada. Kekuasaan harus menampilkan sikap dan jati dirinya sebagai pemegang kekuasaan, karena dia memegang kekuasaan itu resmi setelah melalui proses "Pemilihan" yang tuntas, Resmi dan Sah.

Pemegang kekuasaan harus menjadi Negarawan, karenanya dia harus tampil dan memanfaatkan fasilitas yang diberikan Negara kepada dirinya, antara lain, Kekuasaan, Kewenangan, dan Kekuatan yang harus dibarengi dengan Etika dan Moralitas sehingga pada sa'atnya dia bisa memberikan keteladanan bagi Rakyat banyak.

"Sedangkan untuk yang mengintervensi kekuasaan semata hanya menggunakan Kekuatan, dia cenderung mengabaikan moral serta etika dan bahkan memaksakan kekuatannya, sehingga tidak mustahil dia bisa disebutkan sebagai penjahat atau sebutan lain yang cenderung berarti tidak baik," papar Memet.

Pasca digugat cerai istrinya yang prosesnya masih berjalan, Intervensi kekuatan Dedi semakin keliatan secara kasat mata,. Dia datang ke lingkungan Pemda mengumpulkan para pejabat Pemkab dengan dalih acara Sosialisasi ketahanan pangan dan pengendalian inflasi di Gedung Yudistira (14/11/2022) ketika Bupati Anne sedang melaksanakan Umroh.(AsBud) 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama