PAN Dalam Pusaran Pilwali Surabaya

Oleh: Budiharto Tasmo

Pilkada serentak yang akan digelar 9 Desember 2020 membuat semua parpol sibuk menimang nimang jagonya dan mencari mitra koalisi. Tak terkecuali Partai Amanat Nasional (PAN) Jawa Timur, terutama DPD PAN Kota Surabaya.

Sejatinya dari internal PAN dulu ada balon yang berani maju dengan  modal duit pribadi. Sangat besar, dan modal sosial yang bisa, dikembangkan lebih luas. Kalau  didukung partai !

Walau semula dapat rekom dari DPW PAN Jatim dan dukungan dari partai partai lain...tapi mungkin akibat ada ini itu....akhirnya PAN dengan sukarela dan bangga justru memberi dukungan, mungkin juga tiket, pada balon walikota yang dari luar, yaitu MA. Akibatnya, partai partai lain jadi enggan mendukung calon internal PAN

Begitulah kira kira budaya politik dari partai politik kita, termasuk PAN

Saya, belum pernah mendengar hasil survey MA dari lembaga independen. Jadi selama ini ya hasil.survey yang parsial

Sebagi guiden / pemandu menganalisa.. yang jelas faktor Risma berpengaruh pada swing voters / massa mengambang terhadap calon yang direkom PDI P . Sedang pemilih PDIP, loyal terhadap calon yang diberi rekom


Warga pingin pembangunan era risma bisa dilanjutkan siapapun penggantinya.

Tapi yang jadi pertanyaan,  seberapa total Risma menjamin dan mendukung balon tersebut?

Sedang MA didukung semua partai ini malah bisa kontra produktif, kalau salah kelola malah jadi sibuk rebutan pengaruh untuk dekat dengan MA.

Dengan modal mesin partai dan Ormas serta didukung uang tunai yang memadai. Sebenarnya bisa untuk mengejar ketertinggalannya dalam popularitas dan elektabilitasnya.


Berkaitan dengan balon dari internal PAB, saat itu, waktu masih cukup lama 1 tahun, saya ramal, masih cukup waktu untuk buat team yang efisien dan susun program kerja yang terukur dan berkesinambungan. Tapi ya itu tadi rumput tetangga dIkira lebih hijau dari pada rumput di halaman rumah sendiri.


Untuk mengisi calon calon pemimpin mestinya partai memberi dukungan dan dorongan yang dibutuhkn kader. Dengan cara itu,, siapapun kader yang merasa punya,modal.( sosial, duit dan jaringan ) bisa mengasah diri, melakukan penggalangan, mencari simpatisan dan belajar kerja sama dalam sebuah team besar dalam lingkup internal partai  dan dengan partai partai lain...

Setelah dicoba untuk beberapa lama kerja awal, team akan mengetahui seberapa kuat si calon tersebut untuk didorong. Jika masih bisa naik polpularitas harus dibantu. Tapi kalau memang sudah mentok ya, tidak apa apa untuk ditunda pemberian tiketnya dan silakan diberikan ke calon lain meski dr eksternal.

Dengab begitu, pengkaderan kepemimpinan dan pengkaderan dalam kerja team jadi terasah yang selalu dibutuhkan. Setiap ada pilkada, pileg, pilpres dan sebagainya.(Sudono Syueb)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama