Galaunya Pendidikan Di Masa Covid-19


Oleh: Dr E Handayani Tyas
(Dosen FKIP - UKI Jakarta)

MENCERMATI mewabahnya pandemi covid-19 yang masih berlangsung sampai dengan saat ini, sedangkan dunia pendidikan harus tetap jalan dan tidak boleh berhenti, maka setiap kita yang peduli pada urusan pendidikan harus mengerahkan segala daya dan pemikiran kreatif kita untuk mencari solusi terbaik demi tetap berjuang untuk mencerdaskan seluruh anak khususnya usia sekolah/kuliah dan merealisasikan Pasal 31 UUD 1945.

Kita semua pastinya berharap keadaan akan segera membaik, namun pada kenyataannya tidaklah demikian. Tidak saja bidang kesehatan dan ekonomi yang terpuruk, bidang pendidikan sungguh sangat ‘terpukul’ dibuatnya. Semboyan tiada hari tanpa belajar nyaris terubahkan menjadi hari-hari belajar dari rumah, ‘membosankan’, tanpa sentuhan kasih sayang dari guru, tanpa pujian dan tepuk tangan dari teman-teman seperjuangan jika berhasil menjawab pertanyaan bapak/ibu guru atau berhasil mengerjakan tugas/percobaan di laboratorium, tiada canda tawa, sepi rasanya!

Sampai kapan keadaan ini harus berlangsung, tak seorangpun yang tahu, semuanya serba tidak pasti, namun harapan kembali baik dan normal tidak boleh pudar alias harus tetap menyala. Seluruh tenaga dan pikiran Mas Menteri Pendidikan Nadiem A. Makarim sudah dicurahkan. Ada istilah Merdeka Belajar, Kampus Merdeka, Guru Penggerak dan berbagai kebijakan Pemerintah yang memutuskan untuk mengundurkan jadual pelaksanaan Asesmen Nasional (AN) yang seyogianya bulan Maret menjadi bulan September/Oktober 2021, semua sudah dilakukan.

Terkait hal itu, guru, siswa dan orangtua diminta tetap tenang. Anak tidak perlu didorong-dorong untuk mengikuti bimbingan belajar AN yang kini marak di masyarakat. Mas Menteri memastikan bahwa Ujian Nasional (UN) yang sudah dihapus tidak akan kembali dimunculkan. Akan tetapi program AN akan tetap terus berjalan dan hasilnya akan digunakan pemerintah untuk membantu meningkatkan mutu sekolah, hasil AN tahun 2021 untuk memotret mutu sekolah, bukan untuk menghakimi sekolah. Sedangkan untuk jadual Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tahun 2021 akan tetap dibuka pada bulan Mei - Juli 2021. 

Pembelajaran semester genap 2020/2021 baik di tingkat sekolah maupun kampus masih diwarnai tarik ulur dan buka tutup dengan keraguan antara diselenggarakan secara on line  atau off line? Kebijakan PSBB, PPKM bahkan diperpanjang sampai dengan Februari 2021, yang berarti mau tidak mau suka tidak suka pembelajaran pada semester genap ini nantinya akan terus berlangsung secara on line. Bagaimanapun juga belajar daring masih menjadi pilihan, dengan catatan sekolah/kampus mengemasnya dengan lebih kreatif dalam mengembangkan metode belajar- mengajar yang kontekstual, faktual, aktual, dan tetap berkualitas.

Tidak mudah memang, sebelum muncul pandemi covid-19 dunia pendidikan sudah dihadapkan dengan pesatnya perubahan teknologi dan lingkungan global yang dampaknya sangat terasa dalam peradaban manusia, kini dunia pendidikan harus mampu melewati masa krisis pandemi covid-19. Jika kondisi ini berlangsung terus dan masih lama lagi, kemana 50 juta siswa dan 10 juta mahasiswa bisa leluasa memperoleh pembelajaran yang berkualitas? Belum lagi nantinya pasti jumlah pengangguran terdidik melambung tinggi; sebuah kenyataan yang menyedihkan.

Lalu siapa yang harus membenahi wajah suram pendidikan di Indonesia? Pemerintah, guru, orangtua, masyarakat, atau siapa yang paling bertanggung jawab dalam hal ini? Dengan mengingat bahwa pendidikan adalah modal utama untuk memajukan bangsa dan demi mencapai kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia, maka ada baiknya jika mengacu pada negara Jepang dan China dalam mengelola pendidikannya. Bukankah  setelah Perang Dunia ke 2 usai tahun 1945, Jepang sudah sangat peduli dengan menanyakan: ‘Berapa jumlah guru dan tenaga medis yang masih hidup?’ Dan kemudian ditindaklanjuti dengan mengirimkan mereka ke negara-negara maju untuk dididik sesuai bidangnya masing-masing.

Pemerintah Indonesia sudah begitu serius dalam hal pendanaan dan penetapan kebijakan, Kemendikbud juga serius dalam mengimplementasikannya, para pendidik juga harus bertanggung jawab dalam melaksanakannya, diikuti dengan orangtua/masyarakat dengan penuh kesadaran melibatkan diri/ambil bagian dalam urusan pendidikan, serta seluruh siswa/mahasiswa sadar diri bahwa mereka harus giat belajar dengan penuh sukacita mencerdaskan dirinya masing-masing. Membangun  sinergi, kordinasi, kolaborasi, dan komunikasi yang dilandasi semangat gotong royong yang masif, demi kemaslahatan seluruh umat manusia.

Insan pendidikan di seluruh pelosok tanah air hendaknya bersiap untuk yang terbaik, tetapi siap juga untuk keadaan terburuk, karena cara terbaik untuk memprediksi masa depan adalah dengan menciptakannya dan tetap semangat untuk melakukannya.  Bersikap optimis, berpikir positif, tidak berhenti berpikir, membuat terobosan-terobosan yang kreatif dan inovatif niscaya pendidikan di Indonesia akan tetap ‘bersinar’, semoga!

Jakarta, 24 Januari 2021

Salam sehat 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama